Bebaskan Pilihan Kami, Para Perempuan

Poedjiati Tan- www.konde.co

Seperti yang lain, perempuan diharapkan untuk tangguh, berani dan mengambil resiko. Hal ini menegaskan kembali bahwa perempuan tak beda dengan makluk lainnya. Jadi sudah seharusnya kita membebaskan pilihan-pilihan perempuan, membebaskan mimpi mereka, sejak ia masih kanak-kanak hingga ia menemukan pilihan-pilihannya ketika ia dewasa. Berikut adalah cerita saya, masa kecil dan bagaimana orangtua mendidik kami hingga dewasa:

Waktu saya kecil, orang tua saya tidak pernah menentukan permainan saya yang sesuai dengan jenis kelamin saya. Mereka membiarkan saya bermain layang-layang, kelereng, prez, gambar dan permainan anak cowok lainnya. Bahkan papa saya tidak menolak permintaan saya ketika saya minta mainan sarung tinju.

Begitu pula dengan mama saya yang tidak menolak ketika saya minta dibelikan baju kostum Batman. Ketika saya minta atau bermain masak-masakan atau boneka mereka juga tidak bertanya. Saya termasuk orang yang dibebaskan untuk bermain apa saja sesuai keinginan saya. Mau manjat pohon atau genteng juga dibiarkan. Setiap hari selalu terluka karena jatuh, bahkan luka lutut belum kering sudah terluka lagi. Paling mama saya yang mengomel ketika mengobati, karena belum sembuh, namun sudah terkena luka lagi.

Bahkan di keluarga kami tidak membedakan jenis pekerjaan dalam rumah tangga. Saya masih ingat mama saya cerita ketika baru menikah, mama saya tidak bisa memasak dan papa saya yang memasak nasi dan lauk sebelum berangkat kerja. Kakak saya yang cowok juga diajarkan menyapu, merapikan ranjang dan cuci piring. Kadang disuruh ke pasar membeli cabe atau bawang sampai dipanggil nonik oleh tetangga. Semua pekerjaan dikerjakan bergantian dan siapa yang bisa melakukan.

Membebaskan Pilihan Anak Perempuan

Ketika kelas 3 SD saya minta untuk les Taekwondo dan papa saya mengijinkannya. Saya diantarkan dengan sepada tuanya dan menunggui saya. Saya masih ingat setelah pulang latihan, saya diajak makan soto ayam. Dan waktu itu papa saya mengatakan seperti ini:

“Jadi anak perempuan harus bisa melindungi diri sendiri. Papa dan koko belum tentu bisa menjaga kamu terus. Bila ada laki-laki yang memukul kamu, kamu harus berani membalas, jangan diam saja. Bahkan bila suamimu memukul kamu, kamu harus berani melawan. Bila kamu kalah kuat cari sesuatu untuk melindungi diri dan membalas. Kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri, tidak tergantung dengan orang lain dan harus bisa mandiri”.

Terus terang waktu itu saya heran dengan nasehat papa saya yang spektakuler itu. Meskipun kurang paham maksudnya, saya hanya mengangguk.

Papa juga mengajarkan saya bermain catur waktu masih SD. Dia mengajarkan cara bermain catur dan strateginya. Katanya bermain catur harus memikirkan tiga langkah ke depan dan juga langkah lawan. Seperti kehidupan yang harus memikirkan apapun tindakan kita ke depan. Segala langkah pasti ada konsekuensi dan resikonya. Waktu itu saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan papa saya.

Pada suatu hari, ketika bersepeda dengan melepas tangan, saya tiba-tiba menabrak bakul sate dan satenya jatuh semua ke tanah. Pedagang sate itu kaget dan marah. Dengan perasaan sangat takut saya segera pulang dan memberitahu papa saya. Papa saya sama sekali tidak marah. Dia kemudian menyuruh saya kembali dan bertanya kepada penjual sate berapa yang harus dibayar sebagai ganti sate yang jatuh.

Papa saya tidak mau keluar menemui pedagang sate itu. Katanya, “Nggak usah takut, jadi orang harus berani bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukan dan jangan jadi pengecut”.

Meskipun takut menghadapi tukang sate tapi saya tahu bahwa saya tidak sendirian, Papa saya mengawasi saya dari depan pagar rumah. Saya menjadi lega dan papa saya hanya berpesan kalau bersepeda hati-hati lain kali. Dan saya jadi mengerti apa yang dimaksud dengan konsekuensi dan resiko.

Sejak SMP saya mulai sering ikut pertandingan taekwondo. Papa saya selalu hadir di setiap pertandingan saya bila itu di Surabaya. Ketika saya mulai sering ikut pertandingan di lain kota, papa saya selalu berpesan untuk berhati-hati dan percaya diri dalam pertandingan. Katanya, Kalah atau menang itu biasa yang penting lakukan yang terbaik dan terus berusaha.

Banyak hal yang tidak saya mengerti nasihat papa saya waktu saya kecil atau apa yang dilakukan papa saya untuk saya. Tapi ketika sudah dewasa dan bekerja menjadi psikolog. Saya baru paham dengan apa yang dikatakan papa saya. Ketika menghadapi klien perempuan yang mengalami kekerasan dari suaminya, saya jadi sadar apa yang dimaksud papa saya.  Saya melihat banyak perempuan yang tidak bisa keluar dari lingkaran kekerasan dalam rumah tangga karena ada ketergantungan dengan suami, ketakutan untuk melawan kekerasan yang dialami. Atau menangani anak perempuan yang di bully teman-temannya di sekolah. Saya jadi sadar selama ini saya percaya diri dan berani karena orang tua saya tidak pernah mengekang saya dan membiarkan saya tumbuh menjadi anak yang bebas tapi bertanggung jawab.

Ketika menjadi dosen, saya melihat mahasiswi yang menjadi juara atau berprestasi adalah mahasiswi yang percaya diri dan berani untuk maju. Dan biasanya mereka sudah terbiasa aktif sejak SMA atau menjadi juara di beberapa kegiatan atau pelajaran. Mereka biasanya anak-anak yang kreatif, cerdas, kritis dan mau mencoba sesuatu yang baru.


Anak Perempuan yang Tangguh

Anak perempuan yang diajarkan untuk mandiri dan tangguh dari kecil, dia akan menjadi anak yang lebih percaya diri dan berani. Dia tidak akan menjadi anak perempuan yang cengeng atau gampang diintimidasi. Dia akan memiliki self esteem yang lebih baik, mengenal kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tidak gampang minder dengan orang lain dan biasanya akan memiliki leadership yang lebih baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heather Johnson-Nicholson, PhD, director of research for Girls Inc, anak perempuan yang sukses adalah anak yang merasakan cinta dari orang tuanya, lingkungan rumah yang nyaman dan orang dewasa yang bisa diajak bicara tanpa menghakimi. Membiarkan mereka mengekplore dan membongkar stereotype yang ada.

Dan setiap anak perempuan bisa menjadi apa saja yang dia mau tidak terbatas pada gender yang mengikatnya. Biarkanlah anak perempuan tumbuh dengan bebas tanpa harus berpegang pada konsruksi sosial dan gender.

Sumber:
Raising strong Confidence girls. http://www.m-webmd.com/baby/features/raising-strong-confidence-girls

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!