KB Tak Hanya Untuk Perempuan

Poedjiati Tan – www.konde.co

Beberapa hari ini kita sering melihat iklan Keluarga Berencana (KB) Pilhanku. Digambarkan disana ada
seorang perempuan yang keluar dari dalam rumah dengan galau karena suaminya.

Lalu
tetangganya, seorang perempuan mendekati dan mengatakan “Mau tahu rahasia kami? sambil
melihat ke arah suaminya yang sedang mencuci mobil dan tersenyum bahagia.

“Kami ikut KB! Ada IUD implant yang praktis,
ada pil dan suntik, banyakkk pilihannya!

Dengan mimik yang meyakinkan. Lalu
tetangganya menenteng sepatunya dan berkata “Mau
ahh biar mas Ramadhan tenang!

Program Keluarga Berencana (KB) sudah dicanangkan sejak jaman Orde
Baru-Soeharto. Dengan tekanan dari atas sampai ke bawah, dari perkotaan sampai
ke desa-desa. Dengan slogan dua anak cukup. Di desa-desa kita lihat bagaimana
genting rumah di cat ada tulisan KB. Semua yang menikah seperti “dipaksa” untuk
ikut KB. Iklan KB sudah diproduksi oleh BKKBN sejak tahun 1970 sampai sekarang.

Hampir semua iklan KB sasarannya adalah perempuan dan para laki-laki hanya
terlihat sebagai pendukung atau pelengkap saja dan bukan pemakai. Terjadi
Konstruksi sosial dalam iklan KB di media massa. Seakan-akan KB dan Kesehatan
Reproduksi (KR) hanya untuk perempuan saja. Tampak hegemoni dari pemerintah,
melalui komunikasi persuasif agar warganya mau dan tetap ber-KB. Pemerintah
seperti menciptakan kesan nilai-nilai dalam masyarakat untuk kepentingan
pengendalian pertumbuhan penduduk. Ada hegemoni ideologi dari pemerintah yang
dominan dalam penciptaan ragam realitas simbolik di media.

Sesuai
rekomendasi dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD)
tahun 1994 di Kairo dan Convention on the Elimination of all Forms of
Discrimination Against Women (CEDAW), Indonesia telah mulai melaksanakan
program keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi (KR) yang berorientasi
pada hak-hak asasi manusia, keadilan dan kesetaraan gender.Pemberian
kesempatan kepada kaum perempuan untuk berperan di dalam pembangunan, seperti
tergambar dalam arah program pembangunan dari women in development (1970-1980),
women and development (1980-1990), sampai pada gender and development
(pertengahan 1990-an sampai dengan sekarang). Dukungan terhadap keadilan dan
kesetaraan gender yang diperjuangkan ferninisme, dikenal dengan istilah
‘profeminisme’.

Tetapi bagaimana dengan pelaksanaan di lapangan tentang program keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi untuk perempuan? Kontrasepsi tidak hanya
milik perempuan saja tetapi harusnya juga milik laki-laki. Laki-laki juga bisa
berpartisipasi dalam KB misalnya dengan penggunaan kondom atau vasektomi. Seperti
kita tahu alat-alat kontrasepsi untuk perempuan mempunyai resiko yang besar
untuk perempuan dibandingkan alat kontrasepsi untuk pria.

Tetapi tidak ada iklan KB yang menampilkan laki-laki sebagai pengguna. Bahkan
Iklan kondom yang ada ditampilkan bukan untuk alat KB tapi ditekankan kepada
sexual pleasure, dengan menampilkan Jupe dengan pakaian yang seksi dan iklan kondom
lainnya kurang lebih hampir sama. Kesan yang ditampilkan adalah hot, seksi dan
seronok. Sehingga memberikan kesan bahwa penggunaan kondom hanya untuk
kesenangan dan perempuan hanya sebagai objeknya saja.

Semua iklan KB hanya ditujukan untuk perempuan, padahal alat kontrasepsi
untuk perempuan semua mempunyai resiko dan bahayanya masing-masing untuk
kesehatan perempuan.  Dengan demikian,
Iklan KB yang ditampilkan hanya realitas simbolik mengenai profeminisme yang
dikonstruksi dalam iklan layanan masyarakat KB dan KR. Iklan KB hanya bersifat
artifisial realitas simbolik yang ada dan malah memperkuat serta melanggengkan
bias gender dalam masyarakat patriarkal. Ideologi feminisme yang diperjuangkan
oleh kaum feminis tidak terwakilkan.

Belum lagi ada beberapa kebijakan pemerintah yang melarang penjualan kondom
di mini market atau supermarket dengan alasan mencegah seks bebas pada remaja.
Ini membuat laki-laki yang membeli kondom jadi merasa malu dan seakan-akan
hendak melakukan seks bebas, bukan sarana mendukung perempuan dalam menjalankan
Keluarga berencana.

Dan sepertinya tanggung jawab keluarga berencana hanya ada
di pundak perempuan, menjadi urusan perempuan saja. Dan cita-cita untuk terjadi
kesetaraan gender di kesehatan reproduksi dan keluarga berencana masih terus
harus diperjuangkan. Harusnya program KB mulai memikirkan tidak hanya untuk
perempuan saja tetapi juga laki-laki. Laki-laki di encourage untuk ikut berperan dan menjadi pengguna KB sehingga
mengurangi resiko terhadap perempuan.   

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!