Mengintip Anak Maluku, Di Masa Lalu

Luviana – www.konde.co


“Pada 1999, di tengah deraan konflik yang menyengsarakan, ketika banyak orang terjebak dan “terpaksa” terlibat langsung atau tidak dalam amuk kekerasan, tak sedikit anak Maluku yang dengan caranya masing-masing meng¬ambil jarak dan bersikap kritis terhadap konflik. Bersamaan dengan itu, mereka mulai berusaha memperjuangkan perdamaian. Carita Orang Basudara berisi kisah-kisah mereka.”

Seberapa penting pengaruh tulisan bagi seseorang? Menurut sejumlah orang, pengaruh tulisan sangatlah besar. Tulisan bisa memberikan perbedaan, sekaligus pengalaman. Tulisan bisa membawa kita pada masa lalu sekaligus masa depan seseorang.

Mungkin tak semua bacaan atau tulisan nantinya akan menjadi kekuatan yang menggerakkan. Bisa saja ia hanya membawa seseorang pada fase pengalaman yang berbeda. Namun tetap saja, banyak pihak yang akan membaca pengalaman ini. Banyak pihak yang akan menjumpai pengalaman, melalui tulisan-tulisan. Pengalaman pada sebuah luka lama, dan pengalaman untuk belajar keluar dari masa lalu yang mencekam. Bacaan pasti tetap akan mengantarkan seseorang pada nasib yang berbeda, pada kebahagiaan dan  kemuraman yang berbeda.


Maluku dan Carita Orang Basudara

Cerita-cerita kecil, Carita Orang Basudara (COB, 2014) seperti mengingatkan kembali bahwa kegiatan membaca dan menulis adalah seperti sebilah mata uang. Ada sejumlah anak-anak muda Maluku baik perempuan dan laki-laki dengan berbagai latar belakang (pelajar, jurnalis, mahasiswa, masyarakat biasa) mencoba memberikan pengalaman hidupnya dalam tulisan, lalu mengijinkannya untuk dibaca orang lain.

Perbincangan mengenai pengalaman membaca adalah perbincangan mengenai sebuah tulisan atau bacaan. Jika di satu sisi adalah pengaruh membaca maka di keping yang lain adalah pengaruh sebuah tulisan.

Masa Lalu Maluku

Membaca COB seperti membaca pengalaman masa lalu Maluku, keluarga-keluarga Maluku yang dengan demikian pedih melewati perang saudara yang sangat mencekam, penuh jeritan, malam yang mencekam, para ibu yang menangis dan derita para anak-anak yang tak punya cita-cita.

Tulisan Gerry van Klinken di buku ini sangat mencekam menuliskan masa hitam keluarga-keluarga di Maluku.

Seorang Jurnalis, Rudi Fofid menambah kekelaman itu. Ia taruh penanya, dan kemudian memutuskan menjadi aktivis kemanusiaan bersama kekasihnya—yang belakangan menjadi istrinya dan melahirkan anak-anak Maluku yang tak lagi melewati masa kelam seperti ayah dan ibunya.

Tiap orang, tentu, boleh membaca rahasia orang lain. Membaca isi hati orang lain.

Membaca buku COB adalah membaca pengalaman yang sangat berharga, lebih dari sekedar mendengar yang diceritakan orang. Lebih dari sekedar membaca berita di koran yang penuh dengan gegap-gempita. Namun ini adalah pengalaman baru: membaca cerita-cerita kecil, orang-orang biasa, perempuan-perempuan biasa dan selanjutnya kisah-kisah perdamaian.

Dalam salah satu paragrafnya, Gerry menuliskan—ini bukanlah tentang siapa yang memulai dan siapa yang mengakhiri atau siapa yang menang dan siapa yang kalah, namun ini adalah membaca pengalaman merajut perdamaian. Dan kemudian memberikan ruang masa lalu pada masa dulu dan memberikan ruang baru untuk masa depan anak-anak Maluku.

Menulis tentang perdamaian dan dibaca oleh orang lain adalah seperti sebilah mata uang. Dalam tulisan, si pembaca akan bertemu langsung dengan penulisnya, dan mencatat perdamaian dan memasukkannya dalam ruang pengalaman baru. Dan selanjutnya berbagi pengalaman. Untuk sebuah upaya yang terus diperjuangkan.

Maka, “ menulislah terus, suaramu tak akan tertelan angin. Jika kau mati, maka tulisanmu akan terus hidup”

Kisah-kisah perdamaian ini akan terus hidup. Untuk mimpi anak-anak Maluku, para perempuan Maluku yang terus diperjuangkan.

Penulis Abidin Wakano, Aholiab Watloly, Almudatsir Sangadji, Dian Pesiwarissa, Dino Umahuk, Elifas Maspaitella, Hasbollah Toisuta, Helena Rijoly, Hilary Syaranamual, Inggrid Silitonga, I.W.J. Hendriks, Jacky Manuputty, Azis Tunny, Noor Tawainela, M.J. Papilaja, Nancy Soisa, Novi Pinontoan, Rudi Fofid, Sandra Lakembe, Steve Gaspersz, Thamrin Ely, Theofransus Litaay, Tiara Melinda, Weslly Johanes, Zainal A. Sandia, Zairin Salampessy

Penerbit Lembaga Antar Iman Maluku (LAIM) & Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Paramadina, 2014

Editor Jacky Manuputty, Zairin Salampessy, Ihsan Ali-Fauzi, Irsyad

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!