The Hunting Ground, Kekerasan Seksual di Universitas

Luviana- www.konde.co

Apa saja film-film yang menceritakan kehidupan di kampus? Banyak yang mengangkatnya dan selalu menjadi sebuah ruang menarik untuk diceritakan. Kehidupan kampus memang selalu menarik untuk diceritakan. Di Indonesia misalnya kebanyakan film juga menceritakan kehidupan kampus, mulai dari kisah tentang perjuangan dan gerakan mahasiswa di kampus seperti film “Gie”, hingga kisah percintaan yang banyak diangkat di sinetron-sinetron.

“The Hunting Ground”, sebuah film karya Kirby Dick dan produser Amy Ziering membidik kehidupan kampus-kampus di Amerika dari perspektif yang berbeda.

Sebagai sebuah film yang menceritakan kehidupan di kampus, The Hunting ground (2015) merupakan film yang memberikan cerita dan perspektif yang tak umum tentang apa yang terjadi di kampus. Film ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kekerasan seksual  di kampus di Amerika. Film dokumenter yang pertamakali  diputar di Sundance Film Festival 27 Februari 2015 ini kemudian banyak banyak diputar di kampus-kampus di Amerika dan merubah berbagai kebijakan penting di kampus.

Kirby Dick dan Amy Ziering  kemudian juga menghadirkan komentar dari para korban-korban perkosaan yang selama ini diam karena situasi. Kebanyakan korban tidak melaporkan kasus yang dialaminya. Mahasiswa, terutama perempuan, yang baru saja masuk memulai tahun pertama di kampus menjadi target pemerkosaan dan kekerasan seksual. Pihak kampus banyak yang diam dan tak menyelesaikan persoalan ini. Mahasiswa yang melakukan kekerasan seksual atau perkosaan biasanya hanya dihukum selama 1 semester , selama musim panas atau membayar denda. Namun hal ini tidak akan menghilangkan apa yang terjadi pada para korban. Trauma yang mereka alami, keterasingan yang mereka rasakan.

Perkosaan merupakan salah satu tindakan teror politik kepada minoritas. Para feminis melihat, jika tidak ditindak maka hal ini akan melanggengkan nilai-nilai patriarkhi dalam masyarakat. Perkosaan merupakan tindak kejahatan manusia.  Feminis radikal melihat, jika pelaku tidak ditindak dan kebijakan tak merubahnya, maka ini akan menjadi legitimasi bahwa perkosaan merupakan tindakan yang boleh dilakukan.

Di Hawaii, di mana film ini diputar beberapa kali, para anggota legislatif disana kemudian meninjau kebijakan kampus dan membuat rekomendasi untuk membuat peraturan atau  kebijakan kekerasan seksual.

Di Illionis, anggota legislatif juga terilhami film ini dan membuat kebijakan untuk menghentikan kekerasan di universitas-universitas disana.

The Hunting Ground juga telah dibantu gerakan mahasiswa di Amerika, yang telah mendorong agar kampus mengakhiri tindakan pemerkosaan yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Annie Clark, salah seorang pendiri organisasi anti kekerasan seksual di kampus, menggunakan film ini untuk mendidik anggota parlemen dan memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu tentang kekerasan seksual kampus

The Hunting Ground juga telah memotivasi anggota parlemen untuk hadir di banyak pemutaran. Hingga kini, msmagazine.com menuliskan bahwa hampir 1.000 pemutaran dilakukan di universitas-universitas, kantor pemerintah dan lokasi lainnya. Dan hampir 50 pejabat negara  di Amerika telah menerima salinan film tersebut.

Sejumlah universitas kemudian juga melakukan kampanye untuk menghentikan kekerasan yang terjadi di kampus, mengajak semua orang  untuk melakukan aksi menghentikan kekerasan seksual di kampus, melakukan training gender.

The Hunting Ground mendapatkan penghargaan The Stanley Kramer . Stanley Kramer Awards merupakan penghargaaan dari Producers Guild of America setiap tahunnya kepada produksi film, produser atau individu lain yang berprestasi dan kontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu sosial yang penting.

Artis Lady Gaga juga menyanyikan lagunya ‘Till It Happens to You’ yang menjadi soundtrack film ini. Lagu ini juga merupakan kisah personal dari Lady Gaga dan kehidupan kampus yang ia alami dulu.

(Sumber: msmagazine)

(Foto: Film The Hunting Ground/ youtube.com)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!