Mudik dan Lonceng Kematian Perempuan

Poedjiati Tan
– www.konde.co

Tulisan ini adalah tanda duka mendalam bagi para perempuan yang meninggal
ketika mudik lebaran di tahun 2016 ini, sekaligus sebagai sebuah pertanyaan
besar: mengapa semua korban ini adalah perempuan?

Dari 11 dari 12 data yang dirilis detik.com,
menyebutkan bahwa semua korban mudik di Brebes, Jawa Tengah ini adalah
perempuan. Ada perempuan muda hingga perempuan yang sudah lanjut usia. Berikut
ini data detik.com.

1.     Azizah (1) meninggal dalam
perjalanan ke Puskesmas Tanjung pada tanggal 3 Juli 2016. Dia diduga meninggal
akibat keracunan karbon dioksida setelah mobil yang ditumpanginya terjebak
macet lebih dari enam jam menjelang pintu keluar Tol Brebes Timur.

2.     Yuni Yati (50), warga Magelang,
meninggal dunia setelah dalam kondisi sakit keras terjebak macet di Tol Brebes,
pada tanggal 3 Juli. Yuni sempat dibawa ke Rumah Sakit Bhakti Asih, namun tak
tertolong.

3.     Turinah (53), warga Kebumen,
meninggal di Rumah Makan Minang Karangbale pada tanggal 3 Juli 2016.

4.     Sundari (58), warga Kendal,
meninggal dunia karena sakit di Bus Pahala Kencana yang terjebak macet pada
tanggal 4 Juli 2016.

5.     Susyani (36), warga Bogor,
pingsan saat turun dari Bus Rosalia Indah. Korban mengeluh pusing karena bus
yang ia tumpangi kena macet di Tol Brebes. Susyani sempat dibawa ke Puskesmas
Larangan sebelum meninggal dunia pada 4 Juli 2016.

Sariyem (45), warga Banyumas, diturunkan dari mobil travel di Klinik dr Desy
Wanacala.

6.     Sariyem sebelumnya pingsan
karena kelelahan, setelah itu diperiksa kemudian meninggal dunia pada 4 Juli
2016.

7.     Suharyati (50) turun dari Bus
Sumber Alam karena tidak kuat menghadapi macet. Saat turun, ia pingsan dan
muntah-muntah. Dalam perjalanan ke rumah sakit dia meninggal pada 4 Juli 2016.

8.     Poniatun (46), warga Kebumen,
turun dari Bus Zaki Trans di Rumah Makan Mustika Indah, Kecamatan Tonjong. Tak
lama kemudian dirinya meninggal dunia pada 4 Juli 2016.

9.     Rizaldi Wibowo (17), seorang
warga Kendal, meninggal di dalam bus pada 5 Juli 2016.

10. Sumiatun (67), warga Serpong,
Tangerang, meninggal dunia di dalam bus pada 5 Juli 2016.

11. Sri (40) warga Wonogiri,
meninggal dalam perjalanan saat menggunakan mobil pribadi. Sri meninggal karena
serangan jantung pada 4 Juli 2016.

12. Suhartiningsih (49) warga
Jakarta, meninggal di dalam mobil pribadi pada tanggal 5 Juli 2016. 


Mengapa Perempuan?

Dari waktu puasa hingga lebaran, menyebabkan kesibukan perempuan akan meningkat
daripada biasanya. 

Ketika mudik, perempuan harus menyiapkan semuanya, mulai dari bekal selama
perjalanan dan menyiapkan oleh-oleh yang akan diberikan keluarga.

Memperhitungkan jumlah bekal yang akan dibawa agar tidak kehabisan bekal
sebelum sampai tujuan, atau kekurangan minum ketika terjadi kemacetan yang bisa
berjam- jam. Para perempuam juga harus menjaga agar makanan tidak rusak dalam
perjalanan tol.

Dalam perjalanan yang panjang mereka juga harus bisa menjaga emosi anak-anak
agar tidak rewel, bosan ataupun sakit menghadapi kemacetan akibat arus mudik.
Mereka juga harus bisa menenangkan anak-anak selama perjalanan, memberikan
makan dan minum, mengganti pakaian mereka ketika berkeringat kepanasan atau
kedinginan.

Pada tanggal 5 juli 2016 kemarin 12 orang meninggal akibat kemacetan yang
terjadi di Brebes dan semuanya adalah perempuan. Menurut Menteri Perhubungan
Ignatius Jonan menanggapi pemberitaan soal kemacetan di Tol Brebes Timur yang
mengakibatkan 12 orang meninggal dunia. 

“Kalau ada yang mengutip meninggal karena macet, kok saya baru tahu seumur
hidup saya ada yang begitu?” ujar Jonan.

Seandainya kabar tersebut memang benar, Jonan tidak yakin penyebabnya adalah
kemacetan luar biasa yang terjadi di Tol Pejagan-Pemalang tersebut. (Kompas
– 6/7/2016).

Memang penyebab meninggalnya bermacam-macam dan semua terjadi ketika mereka
sedang melakukan perjalanan mudik. Tapi hal ini bisa sebagai penanda bahwa
perempuan seringkali harus menanggung beban kerja yang dua kali lebih berat
ketika menjelang lebaran. Mulai dari menyiapkan sahur dan buka puasa selama
lebaran. Beban itu akan makin meningkat menjelang lebaran tiba. Mereka harus
membersihkan rumah, membuat kue atau membuat ketupat, makanan selama lebaran.
Belanja pakaian untuk seluruh keluarga, bila uang terbatas mereka harus
berkeliling mencari harga yang murah. 

Kalau mereka harus mudik mereka harus menyiapkan bekal selama perjalanan,
membeli oleh-oleh untuk keluarga di kampung. Membersihkan rumah sebelum
ditinggal mudik.

Jadi kalau mereka kelelahan dalam perjalanan mudik yang panjang dan padat
sehingga menyebabkan meninggal sangat mungkin terjadi.


Lonceng Kematian Perempuan

Perempuan adalah pejuang di saat krisis. Sejak di dalam rumah misalnya,
perempuan adalah penggerak roda kehidupan sejak ia bangun. Ia menggerakkan
anak-anaknya dalam pendidikan dan kehidupan di rumah. Ia juga harus berjuang
dalam sektor publik. Banyak yang bekerja secara domestik dan publik. 

Gerakan feminis dalam perjuangannya melakukan kritik soal ini karena struktur
kemudian menempatkan perempuan dalam kepercayaan sistem yang sangat stereotype:
yaitu menempatkan perempuan yang diasumsikan masyarakat, sebagai orang yang bekerja
secara publik dan domestik. Maka ini yang membuat perempuan harus memenuhi
permintaan sistem dan asumsi-asumsi yang terus terjadi. 

Hal inilah yang menempatkan perempuan harus sigap menangani kehidupan
sehari-hari dan di saat krisis. 

Kematian pemudik yang hampir seluruhnya para perempuan ini adalah lonceng kematian
yang harus ditanya: mengapa semua korban yang meninggal adalah para perempuan?
apakah perempuan pemudik ini menjadi korban karena asumsi yang menyebabkan
kondisi mereka memburuk? atau karena buruknya kondisi transportasi di
Indonesia? Atau karena tak memadainya fasilitas kesehatan di Indonesia? Karena
harus ada fasilitas kesehatan dan transportasi yang harusnya ramah terhadap
perempuan dan anak-anak. Yaitu bisa terjangkau, mudah dan bisa terakses secara
cepat. Belum lagi tidak tersedianya fasilitas toilet di sepanjang jalan tol. Bagaimana bila perempuan ingin buang air kecil atau sedang menstruasi dan perlu untuk berganti pembalut atau membersihkan diri. Dan semua itu tidak pernah dipikirkan oleh pemerintah. 

Yang jelas, masyarakat terutama perempuan berhak tahu tentang apa yang terjadi
dan bagaimana pemerintah sebagai penyelenggara negara menjawab soal ini. Karena
ini adalah lonceng kematian yang serius bagi perempuan.

foto : energitoday.com 

koleksi Yadi

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!