Stop! Tubuhku bukan Bahan Bercanda

Estu Fanani – www.konde.co

Saya membaca status seorang laki-laki berinisial DS di facebook hari ini.
Dia membuat candaan tentang kasus pembunuhan seorang perempuan. Saya menilainya
sebagai candaan yang jorok (dirty joke)
yang sebetulnya sangat tidak pantas diungkapkan dan sangat seksis. Belum lama
ini juga ada dua orang laki-laki penumpang pesawat Garuda yang ditangkap karena
membuat joke yang seksis juga. Ceritanya ketika ditawari minum oleh pramugari,
mereka meminta kopi dan ketika ditanya apakah mau memakai susu? Mereka bercanda
dengan menjawab yang kiri atau kanan!

Kita sering mendengar candaan-candaan yang ceritanya menyerempet ke hal
porno ataupun seksis dari para laki-laki ketika mereka sedang berkumpul. Memang
tidak semua laki-laki menyukai dirty joke,
tapi kebanyakannya mereka menyukai candaan yang menyerempet porno atau seksis.

Apakah hanya para laki-laki saja yang menyukai dirty jokes? Apakah tidak
ada perempuan yang menyukainya? Terkadang kita juga mendengar ada perempuan
yabg bercanda dengan candaan yang jorok dan seksis. Entah itu disadari atau tidak
oleh perempuan tersebut. Namun jarang perempuan yang berani memasang dirty jokes di media sosial atau
bercerita ketika ada laki-laki. Ada anggapan bahwa dunia canda itu bukan arena
perempuan.

Saya masih ingat ketika mengikuti seminar oleh motivator terkenal, tentang
bagaimana menjadi seorang pembicara publik atau trainer. Motivator itu
mengatakan kalau perempuan sebaiknya tidak membuat candaan ketika menjadi
pembicara karena akan terlihat tidak angun dan tidak elegan. Apakah ini
mewakili pemikiran masyarakat Indonesia lainnya? Saya sendiri tidak tahu apakan
seperti itu atau bukan. Jika kita melihat Stand Up Comedi Indonesia, dari 16
orang pemenang, hanya ada satu orang perempuan yang menjadi pesertanya. Maka
kita bisa menjadikan hal ini indikator bahwa dunia canda atau komedi memang
diidentikkan dengan dunianya laki-laki.

Hal ini karena konon katanya seorang laki-laki harus bisa membuat candaan
agar dia populer di teman-teman cowok ataupun cewek. Apalagi jika candaan
tersebut agak jorok, katanya makin terlihat jantan dan dianggap dia sebagai
laki-laki yang berpengalaman dalam hal urusan seks. Mereka ceritakan entah di
kantor, di media sosial atau bahkan di whatsapp group. Dan kadang perempuan
sering merasa jengah mendengar candaan mereka, tetapi tidak berani protes,
karena dianggap tidak gaul atau terlalu sensitif. Baper!

Pernah saya protes ketika dalam satu grup whatsapp yang saya ikuti, ramai
dengan candaan yang jorok dan seksis. Setelah ada protes, bercandaannya masih
dilanjutkan dan bahkan kemudian menyangkut candaan tentang seorang janda.
Kebetulan dalam grup tersebut ada teman yang suaminya sudah meningal. Saya
kembali protes karena tahu bahwa teman saya itu pasti merasa sangat tidak
nyaman dengan joke tersebut, namun dia tidak berani protes. Dia lebih memilih
keluar dari grup karena tidak mau membuat grup tersebut pecah.

Seringkali kita juga mendengar candaan yang tidak hanya jorok tapi juga
menyerang fisik perempuan dan mengadu antara satu perempuan dengan perempuan
lainnya. Seperti candaan dibawah ini :

Andy, yang tinggal di sebuah apartemen, setiap pagi berangkat kerja dia
bertemu dengan seorang purel yang cantik dan seksi di lift. Mereka selalu
bertukar senyum. Dan suatu hari Andy memberanikan diri bertanya berapa harga
sekali kencan. Perempuan itu menjawab, “dua juta! Andy yang merasa dirinya
ganteng dan yakin kalau purel itu suka dengan dirinya. Dia bertanya bagaimana
kalau dua ratus ribu! Perempuan itu hanya tersenyum dan menjawab “Dua juta!
Sambil keluar lift.

Setiap pagi kebetulan bila bertemu, Andy selalu mengulangi pertanyaannya,
“Dua ratus ribu, boleh! Dan selalu dijawab “dua juta!

Sekitar seminggu kemudian, Andy bersama istrinya di gym, istrinya ingin
mendapatkan bentuk tubuh ideal, jadi dia mengajak Andy fitnes. Mereka bertemu
sang purel. Purel itu melihat Andy dan istrinya bersama dan berkata:
“Lihat apa yang kamu dapatkan dengan dua ratus ribu!”.

Kini saatnya kita kritis, tidak ikut tertawa  dan berani menegur orang
yang melontarkan candaan yang seksis, porno, diskriminasi atau mengarah ke fisik.
Agar semua orang belajar untuk menghargai orang lain meskipun itu hanya sebuah
candaan. Seperti yang dilakukan pramugari Garuda yang berani melaporkan
penumpangnya yang membuat candaan seksis. Dari kebiasaan untuk berani bersuara
dan mengemukakan pendapat serta menegur ketika ada kesalahan dan ketidakadilan
inilah, kita mulai melakukan perubahan agar perempuan dilihat sebagai manusia
yang bermartabat. Karena bercanda yang seksis adalah bagian dari kekerasan seksual.

foto : 

www.northeaststate.edu

society6.com

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!