Kekalahan Hillary Clinton Kekalahan Perempuan

Poedjiati Tan – www.konde.co

Donald Trump dari partai Republik akhirnya menjadi presiden baru Amerika.
Aktivis perempuan di dunia duduk lemas dengan kemenangan Donal Trump. Ketika
masa kampanye, semua orang merasa Hillary akan menjadi presiden perempuan
pertama di Amerika. Banyak aktivis perempuan yang mendukung dan menaruh harapan
kepada Hillary. Selain itu Hillary mendapat dukungan penuh dari Barrack Obama
dan Michelle Obama. Mereka mengatakan Trump tidak mungkin bisa mengalahkan Hillary.

Bahkan beberapa saat sebelum berakhirnya masa kampanye, banyak tuntutan
pelecehan seksual yang diajukan ke Donald trump. Bahkan meme yang melecehkan
Trump bertebaran di media sosial. Ada yang mengatakan bahwa Trump tidak layak
menjadi Presiden dan tidak patut menjadi contoh dengan track record yang telah
dilakukan terhadap banyak perempuan. Banyak sekali analisa para ahli di Amerika
mengenai Donald Trump terkait masalah rasis, seksis, dan pelecehan serta
kesalahan dia dalam debat calon presiden. Juga anggapan dia seperti bocah tua
nakal, yang dianggap tidak mungkin membuat dia terpilih menjadi presiden.
Tetapi ternyata Trump menang dengan angka yang cukup mencolok  276 melawan 218. Kemenangan Trump ini sungguh
banyak mengejutkan orang-orang.

Apakah kemenangan Trump ini menunjukan bahwa Amerka Serikat masih belum
bisa menerima perempuan sebagai pemimpin? Dari beberapa komentar atau diskusi
yang mengatakan bahwa banyak perempuan Amerika yang konservatif tidak menyukai
Hillary yang pro-choice. Selain itu budaya patriarki dan misogini atau
kebencian terhadap perempuan masih cukup kuat, sehingga Hillary tidak terpilih
menjadi presiden. Michelle Obama pernah mengatakan  the best
remedy for this strain of sexism is simply for America to see a woman in the
White House and get used to it.
Tapi ternyata semua angan-angan keinginan
Perempuan memimpin Amerika hanya Impian belaka.

Ada ketakutan di rakyat Amerika bila perempuan yang menjadi presiden.
Perempuan yang menguasai semuanya dan para laki-laki harus berada di bawah
kekuasaannya. Ini jelas terlihat bagaimana Amerika belum sepenuhnya mengakui
kesetaraan perempuan, terbukti dengan kekalahan Hillary Clinton dalam pemilihan
presiden. Fakta lainnya adalah Amerika sampai saat ini belum meratifikasi
konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan.

Salah satu komen kekecewaan pendukung Hillary yang saya kutip dari ABC

Two young Australian women who
travelled to the US to work on the Clinton campaign have told ABC News 24
hearing the election result was “extremely disappointing”.

“Mainly it was a woman being a
president. That seemed to be number one. A woman being chief of the army, a
woman being in charge of the finances of America. That seemed to be the real
problem, which is just so unfortunate in this day and age.”

“Devastating. It’s heartbreaking
to us. We’ve dedicated so much time and spirit to this campaign. And we all
really truly believed in her. And we still do. I guess I’m feeling it a lot
now.

Kekalahan Hilary Clinton dalam pemilihan presiden Amerika ini, seperti
kekalahan perempuan. Kekalahan perempuan agar bisa setara dalam politik,
kekuasan dan menjadi pemimpin dunia. Ini menunjukan jalan masih panjang dan
kerja keras untuk para perempuan.

Foto:

https://twitter.com/HeathHarro/status/796261972698230785/photo/1

Sumber

http://www.abc.net.au/news/2016-11-08/us-election-trump-pulls-ahead-of-clinton-live/8006596

https://www.theguardian.com/commentisfree/2016/oct/21/donald-trump-rolled-back-gains-american-women-torrent-misogyny

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!