Pentingnya Bahasa Komunikasi bagi Kelompok Disabilitas

Estu Fanani – www.konde.co

Seperti biasanya, kepala ini penuh dengan rasa penasaran dan keingintahuan yang meletup-letup. Kali ini, letupan-letupan energi di otak mengerucut pada rasa penasaran terhadap manfaat huruf-huruf alternatif yang pernah saya kenal dan pelajari. Antara lain sandi morse, sandi rumput, semaphore, huruf braille. Apakah itu?

Pemikiran ini dipicu ketertarikan saya yang diakhir tahun lalu mulai mempelajari kembali bahasa isyarat dan huruf Braille.

Mengapa kawan-kawan tuli gencar mengadvokasi Bisindo padahal sudah ada SIBI, termasuk pentingnya bahasa isyarat ini bagi kawan tuli yang menggunakan alat bantu dengar? Kemudian mengapa kawan-kawan tuna netra tetap menganggap penting huruf Braille dan keharusan untuk mempelajarinya?

Pentingnya Bahasa Isyarat

Saya sendiri bersepakat bahwa bahasa isyarat penting diketahui dan dikuasai oleh kawan-kawan tuli dan kawan-kawan yang mendengar. Pun dengan huruf Braille, penting untuk diketahui dan dikuasai oleh kawan-kawan netra. Lebih bagus lagi jika kawan-kawan yang melihat juga bisa mengenali dan menguasai huruf Braille. Mengapa?

Karena bahasa isyarat dan huruf Braille merupakan cara berkomunikasi yang utama bagi kawan-kawan tuli dan netra. Menurut Ruben Brent D dan Lea P Stewart, komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat

menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

Kita bisa membayangkan bagaimana jika kita tidak mempunyai alat komunikasi dan tidak dapat berkomunikasi, bisa dipastikan kita bagaikan katak dalam tempurung. Menjadi orang yang hanya mengetahui dunianya hanya yang di dalam tempurung dan tidak mengetahui bahwa di luar tempurung ada dunia dan keadaan yang jauh lebih beragam, lebih berbeda dengan di dalam tempurung. Banyak pilihan dan peluang yang dapat digunakan.

Disinilah kemudian kekuatan imaginasi yang melampaui fakta saat ini, jika dikombinasikan dengan pengetahuan serta penguasaan teknologi dan informasi dapat menjadi satu kekuatan besar yang bisa menciptakan perubahan. Ya, menjadi sesuatu yang mungkin ditakutkan atau menjadi sesuatu yang berguna bagi banyak umat manusia.

Komunikasi bagi Kelompok Disabilitas

Kembali ke kelompok disabilitas, berawal dari menguasai komunikasi dasar, dapat dikembangkan menjadi penciptakaan teknologi komunikasi dan informasi yang aksesibel bagi kelompok disabilitas. Di tengah keterbatasan fungsi inderanya, kawan-kawan disabilitas masih mempunyai kekuatan imaginasi. Imaginasi yang diturunkan menjadi mimpi dan coba diwujudkan melalui penguasaan alat komunikasi, teknologi dan informasi dapat melahirkan hal yang bermanfaat.

Dan tentunya semua dikuatkan dengan imaginasi akan perubahan dan kehidupan yang setara. Itulah mengapa bahasa isyarat atau huruf Braille menjadi penting, karena penguasaan terhadap komunikasi dapat menciptakan teknologi dan akan menjadi modal dasar ke jenjang penguasaan pengetahuan dan teknologi serta informasi yang lebih lanjut.

Sudah banyak contoh orang-orang dengan disabilitas yang menjadi tokoh dunia dan mampu membawa perubahan bagi kelompok disabilitas maupun umat manusia, berawal dari imaginasi dan kemampuannya berkomunikasi. Louis Braille, seorang Perancis yang mengalami kebutaan pada umur 3 tahun dan kemudian menciptakan huruf Braille yang selesai dikembangkan pada tahun 1834.

Louis Braille ini sempat mendapatkan larangan menggunakan dan mengajarkan huruf ini kepada anak-anak netra. Namun karena banyaknya dukungan akan pentingnya huruf Braille bagi disabilitas netra, akhirnya pada akhir abad 19 huruf Braille diterima secara universal.Helen Keller, seorang tuli dan netra yang menjadi penulis dan aktivis politik dan aktivis perempuan, yang mempelajari komunikasi dari gurunya, Anne Sullivan yang seorang netra. Kedua perempuan ini menjadi tokoh penting dalam pergerakan perempuan di Amerika dan dunia periode 1930an.

Saya kemudian jadi berpikir dan membayangkan kawan-kawan disabilitas paralyze yang tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya pasti akan bisa mengatasi keterbatasannya ketika ada perkawinan antara imaginasi, pengetahuan dan teknologi komunikasi dan informasi. Dan inilah yang dilakukan oleh Stephen Hawking yang paralyze dan menciptakan alat komunikasi bagi dirinya sehingga dia bisa menyampaikan gagasan dan bergerak serta berpindah.

Begitu pula jika misalnya ada seorang yang paralyze juga tuli atau netra, bisakah mereka berkomunikasi? Lagi-lagi, saya berdialog dengan diri sendiri, apakah huruf-huruf alternatif tersebut di bagian atas tulisan ini bisa membantu? Saya pun menjawabnya sendiri, mungkin saja mereka bisa berkomunikasi. Tentunya kekuatan kombinasi tadi sangat dibutuhkan. Pengetahuan akan teknologi penggerak kursi roda yang menggunakan basis salah satu huruf alternatif misalnya sandi  morse atau huruf Braille yang dikombinasikan dengan sensor penggerak melalui kedipan mata atau gerakan otot pipi atau hembusan nafas/tiupan, atau ketukan jari (jika satu jari masih bisa digerakkan).

Kekuatan kombinasi imaginasi, mimpi, komunikasi, pengetahuan, teknologi dan informasi juga ditunjukkan oleh seorang perempuan muda Amerika di masa milenial sekarang, Christine Sun Kim, yang terlahir tuli, yang pada awalnya berkeyakinan bahwa suara bukan bagian dari dunianya. Namun seiring berjalannya waktu dan kekuatan kombinasi imaginasi, mimpi, pengetahuan, teknologi dan informasi, ia mengembangkan bahasa isyarat American Sign Languange (ASL) dan menciptakan bahasa isyarat untuk seorang tuli bisa memainkan musik maupun menghayati musik tersebut. Bagaimana kemudian nada bisa dimainkan, naik turunnya nada maupun panjang pendek nada. Sungguh dunia menjadi semakin indah bagi kawan-kawan disabilitas.

Ya, semua itu mungkin. Dari kekuatan kombinasi imaginasi, mimpi, pengetahuan, teknologi dan informasi inilah, kita semua bisa membuat perubahan. Akses atas komunikasi, pengetahuan, informasi dan teknologi bagi disabilitas adalah keniscayaan untuk bisa mandiri, maju dan turut berkontribusi bagi kehidupan. Kekuatan imaginasi dan komunikasi yang mampu melampaui segala keterbatasan yang ada.

(Foto: https://pixabay.com/en/appointment-meeting-lamp-conference-1996108/)

Sumber:

1. Ruben Brent D dan Lea P Stewart. (2006). Communication and Human Behavior. United States: Allyn and Bacon,

2.http://m.cnnindonesia.com/teknologi/20141203100236-199-15466/alat-canggih-yang-bikin-stephen-hawking-bicara-diperbaharui/

3. https://youtu.be/2Euof4PnjDk)

    Tim Konde.co

    Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
    Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

    Creative Commons License

    1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

    2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

    Let's share!