Perempuan Endog Abang Penjaga Tradisi Sekaten

Febriana Sinta, www.konde.co

Konde.co – Ada yang menarik jika kita datang ke Jogjakarta menjelang peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Ada perayaan pesta rakyat atau Sekaten. Sekaten artinya Syahadat Ain yang didalamnya kental dengan dakwah Agama Islam. Dalam rangakain Sekaten, selalu ada perayaan yang ditunggu – tunggu yaitu Grebeg. Grebeg adalah perayaan dimana masyarakat akan berebut makanan ataupun sayuran dalam bentuk gunungan.

Di acara Grebeg inilah , kita selalu melihat ibu – ibu yang sudah berusia lanjut mempertahankan tradisi yang telah ada dengan menjual endog abang atau telur merah. Tradisi menyediakan telur merah adalah tradisi turun temurun yang harus dilakukan selama proses Grebeg Maulud Nabi.

Ibu Boniyem adalah seorang salah penjual telur merah. Ia telah berjualan kurang lebih 20 tahun lamanya. Menurut perempuan asal Bantul ini berjualan telur merah memberikan ketenangan bagi hidupnya dan keluarga.

“ Saya selalu diparingi (diberikan) kesehatan dan ketenangan dalam hidup. Untuk itu saya ingin berterima kasih, caranya ya dengan berdoa dan berjualan endog ini,”ujarnya saat perayaan Grebeg Maulud akhir tahun lalu.

Selain berjualan telur merah, perempuan yang berusia 70 tahun ini juga berjualan kinang. Kinang adalah daun sirih yang diberi injet (kapur yang telah diberi air), tembakau, disertai bunga kantil yang dilipat. Ada sebuah kepercayaan saat mengunyah kinang atau disebut dengan nginang akan menambah kekuatan bagi orang yang mengunyahnya.

Ada juga Mbok Waji, perempuan asal Imogiri, Bantul ini mengatakan dirinya berjualan tidak mencari untung namun mencari berkah agar diberikan panjang umur, kesehatan dan rejeki yang lancar.

Dengan senang hati perempuan berusia 52 tahun ini memberikan resep pembuatan telur merah.

“ Gampil sanget. Tigan dipun celup wonten toya ingkang sampun diparingi pewarna lajeng dipun godhog,”ujar Mbok Waji.
(Gampang sekali. Telur dimasukkan ke dalam air yang sudah diberi pewarna merah kemudian direbus)

Menjelang Grebeg Maulud, Mbok Waji menyiapkan telur setiap harinya 3 hingga 5 kilogram telur. Satu butir telur dihargai Rp3.000. Jika pengunjung banyak datang hingga malam hari, maka Mbok Waji dan teman – temannya akan tidur di halaman Masjid Gede Kauman.

Mengapa hanya perempuan saja yang dapat berjualan telur merah?. Makna dari telur adalah  melambangkan kesuburan. Warna putih telur di bagian dalam menjadi simbol bibit atau benih manusia. Sedangkan warna merah pada kulit luar telur melambangkan gumpalan darah yang ada di perempuan. Jadi makna telur merah adalah sebuah kelahiran baru, yang hanya dapat dilakukan seorang perempuan.

Puluhan ibu – ibu yang berdagang telur merah dan kinang di halaman Masjid Gede ini pun tidak pernah berebut pembeli, mereka percaya hidup, berkah, dan rejeki sudah ada yang mengatur.

“ Semoga kami selalu diberikan bagas waras (kesehatan) sehingga bisa terus mengabdi dan menjalankan tradisi ini,”ujar Mbok Waji.

Foto : Febriana Sinta

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!