The Happy Trash Bag

Jika anda menemui tas-tas yang terbuat dari bungkus permen,bungkus kopi
atau minyak goreng, juga dompet dan boneka yang banyak dipajang di hotel
dan supermarket, bisa jadi itu adalah produk dari The Happy Trash Bag.
Kini produknya sudah menembus di sejumlah negara seperti Singapura,
Dubai, Australia dan Amerika. Produk yang terbuat dari limbah ini
dikerjakan oleh para perempuan disabilitas.

Kustiah- www.Konde.co

Tangerang, Konde.co – Di lantai dua di sebuah ruangan yang lumayan luas, sekitar 5×10 meter, di kawasan Ciputat, Tangerang, Nining, 34 tahun tengah sibuk menjahit plastik spanduk yang akan ia buat menjadi tas jinjing. Ia tampak mahir.

Dengan cekatan menggunting, melipat dan menjahit plastik dengan cepat.

“Ini tas pesanan dari hotel,” katanya kepada penulis beberapa waktu lalu.

Nining tak sendiri, di ruangan itu ada tiga temannya yang juga melakukan hal yang sama kecuali Tejdo (42) yang duduk di lantai memasang kancing tas.

Siang itu suara mesin jahit bersahutan. Sesekali satu di antara mereka pergi ke toilet atau ke dapur untuk kencing atau makan bergantian. Hanya Nining yang kadang keluar rumah untuk melemaskan kaki. Maklum, saat itu Nining tengah hamil enam bulan.

Siang itu seharusnya, jika datang semua, karyawan yang bekerja menurut Nining berjumlah sembilan orang. Namun, hari itu penjahit yang bekerja hanya empat orang. Mereka semua penyandang tuna rungu seperti Nining.

Nining adalah bungsu dari tiga bersaudara. Bersama kakaknya, Sunarti (42) dan Sunarni (39), Nining melanjutkan bisnis pengolahan limbah plastik seperti bungkus kopi, bungkus pewangi cucian, plastik spanduk, yang dibangun ibunya, Kasmi (almarhum).

Usaha pengolahan limbah itu diberi nama ‘The Happy Trash Bag’.

Menurut Nani, panggilan Sunarni, ia dan kakaknya tak heran dengan perkembangan pesat keterampilan dan kemahiran adiknya menjahit. Karena, ibunya memang telah mempersiapkan Nining sejak usia 14 tahun. Dengan disiplin keras dan tempaan didikan ibunya, Nining menjadi pengajar sekaligus penerus bisnis happy trash bag yang bisa diandalkan.

Mendirikan Usaha karena Kondisi Anak

Usai melahirkan dan mengetahui kondisi anak bungsunya yang menyandang tuna rungu, Kasmi seperti hidup tak tenang. Ia berpikir keras mencari cara supaya kelak saat anaknya dewasa bisa memiliki masa depan yang baik tanpa bergantung ke orang lain.

Nani bercerita, ibunya adalah sosok perempuan pekerja keras. Meski tak berpendidikan tinggi (tak lulus SD) ibunya memiliki kesadaran tinggi soal pendidikan dan masa depan anaknya. Ia juga sadar bahwa mengandalkan pendapatan suaminya sebagai buruh bangunan bukanlah keputusan yang tepat.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Kasmi kemudian menjual gorengan dengan berkeliling  sepeda membawa serta ketiga anaknya.

Suatu hari tetangganya menawari pekerjaan Kasmi sebagai pengasuh anak di keluarga ekspatriat. Perempuan asal Wonogiri, Jawa tengah ini tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia memikirkan masa depan anak-anaknya. Tak mungkin ia dan keluarganya akan selamanya tinggal mengontrak di rumah bedeng, rumah dengan dinding seng, berlantai semen yang luasnya tak seberapa.

Akhirnya, kedua anaknya yang besar ia titipkan kepada ibunya di Wonogiri. Sementara Nining tinggal bersamanya.

Beruntung, majikan Kasmi sangat baik. Mereka tak keberatan Kasmi membawa anaknya saat bekerja. Dan yang membuat Kasmi senang, majikannya mempersilakan ia mengikuti kursus menjahit, merias pengantin, dan memasak.

“Majikan ibu saya katanya senang dengan kemauan dan kerja keras ibu,” ujar Nani.

Pertama belajar menjahit Kasmi diajarkan membuat boneka yang biasa dimiliki orang luar negeri, seperti boneka halloween, puteri cinderela, nenek sihir, dan lainnya.

Dan seiring waktu berjalan keterampilan Kasmi berkembang pesat. Selain membuat boneka dari kain parca, kuda-kudaan Kasmi juga membuat tas atau dompet cantik dari bahan limbah. Beruntung, saat Kasmi tengah merintis usaha masa tugas majikannya di Indonesia juga  sudah berakhir. Jadi ia bisa leluasa dan fokus mengembangkan usahanya(bersambung)

Kustiah, Mantan jurnalis Detik.com. Kini pengelola www.Konde.co dan Pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta

(Foto: areamagz.com)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!