Butuh warga satu kampung untuk membesarkan seorang anak

File 20180809 30443 kmtjqb.jpg?ixlib=rb 1.1

Seorang warga Papua menyeberangi gelondongan kayu yang berfungsi sebagai jembatan sambil menggendong anak. Masyarakat adat di Indonesia dan Australia memiliki nilai yang sama tentang pentingnya komunitas dan lingkaran pengasuh yang luas selama 1000 hari pertama di kehidupan seorang anak.

www.shutterstock.com

Elle McLachlan, University of Melbourne

Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa kesehatan dan kesejahteraan anak pada 1000 hari pertama kehidupannya adalah saat yang krusial untuk membangun fondasi yang kuat bagi si anak untuk berkembang sepanjang hidupnya.

Namun pengetahuan ini menambah tekanan bagi para ibu, yang dalam budaya saat ini menanggung sebagian besar beban pengasuhan anak. Hasil survei dinamika rumah tangga, pendapatan, dan kerja di Australia yang terbaru menunjukkan bahwa setelah orang tua memiliki bayi yang baru lahir, maka persentase pekerjaan domestik dan tugas-tugas di rumah yang dikerjakan oleh ibu melonjak drastis.

Dua forum meja bundar di Australia dan Indonesia tahun lalu, yang membahas kesejahteraan masyarakat adat di Australia dan Indonesia, menemukan bahwa keluarga besar serta komunitas memegang peranan penting dalam merawat anak-anak dalam 1000 hari pertamanya.

Penghancuran komunitas masyarakat adat

Kolonisasi Australia menyebabkan penghancuran banyak komunitas orang asli di sana. Di seluruh dunia, urbanisasi terus menekan komunitas masyarakat adat.

Hancurnya komunitas masyarakat adat menyebabkan hilangnya jaringan sosial, keluarga, dan komunitas yang dibutuhkan para pengasuh untuk membantu mereka membesarkan anak.

Ini diperparah dengan tingginya kejadian trauma antar-generasi, depresi sebelum dan sesudah melahirkan, serta kekerasan domestik yang terjadi di seluruh bagian masyarakat di Indonesia dan Australia, namun lebih mencolok terjadi di komunitas orang asli dikarenakan sejarah kolonisasi yang mereka alami. Disintegrasi komunitas telah menghilangkan jaringan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah di atas.

Forum Australia-Indonesia

Forum mengenai kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adat diikuti 50 pembuat kebijakan, aktivis komunitas, akademisi, penyedia jasa, dan perwakilan lembaga swadaya masyarakat. Mereka mendefinisikan keluarga besar dengan sangat insklusif, memasukkan semua yang terlibat dalam pengasuhan: kakek-nenek, bibi, paman, pengasuh anak, hingga supir, semuanya berkontribusi dalam mengasuh anak.

Banyak masyarakat adat yang memiliki sejarah hidup secara komunal. Masyarakat adat di Indonesia dan Australia memiliki nilai yang sama tentang pentingnya komunitas dan lingkaran pengasuh yang luas selama 1000 hari pertama di kehidupan seorang anak.

Tak hanya pengasuh dan konsep non-biologis tentang keluarga yang memainkan peranan penting dalam pengasuhan si bayi, mereka juga memiliki peran besar dalam memberi sokongan pada pengasuh utamanya. Para peserta forum memandang bahwa hal ini dapat digunakan dalam kerangka 1000 hari pertama.

Para peserta juga percaya penguatan komunitas. Penghargaan terhadap komunitas dapat meningkatkan dukungan dan pengasuhan anak dan sangat berharga bagi si anak sepanjang hidupnya. Profesor Kerry Arabena, Direktur Eksekutif The First 1000 Days Australia mengatakan:

Pandangan tentang pentingnya komunitas adalah sesuatu yang bisa dinyatakan dalam kebijakan dan kemudian diimplementasikan.

Butuh sebuah pergerakan, kepercayaan dari masyarakat, serta aksi nyata untuk menciptakan persatuan komunitas.

Strategi penguatan peran komunitas

Meskipun sulit merumuskan penerapannya, terdapat beberapa insiatif dan strategi yang telah berhasil mempengaruhi penguatan komunitas di sekitar anak.

Pada 2012, masyarakat Aborigin di Mildura, Victoria, Australia, dan baru-baru ini di Teluk Moreton di Queensland, menghidupkan kembali upacara “Welcome baby to country” (Menyambut bayi dalam masyarakat). Upacara tersebut dilakukan oleh tetua adat yang menyambut seluruh bayi komunitas Aborigin ke tanah leluhur. Bayi-bayi dan keluarganya menjadi bagian komunitas dan dengan itu mereka kembali terhubung dengan budaya dan sejarahnya.

Di Indonesia pada 2016, sebuat pusat kesehatan ibu hamil menginisiasi kelas untuk para ayah. Kelas yang diberi nama “KASIH”, singkatan dari Kelas Ayah Sayang Ibu Hamil, dikembangkan dari kebutuhan untuk meningkatkan dukungan keluarga bagi ibu hamil, terutama dari pasangannya.

Baik di Indonesia maupun Australia, depresi saat dan sesudah kehamilan, gangguan kecemasan, dan kondisi lain yang mempengaruhi 1 dari 5 perempuan atau lebih. Dampak dari kekerasan dalam rumah tangga kebanyakan dirasakan oleh perempuan dan bertambah selama masa kehamilan di Australia dan Indonesia.

Kelas yang ditujukan untuk para ayah tersebut dapat berperan sebagai pengingat peran mereka dalam mengambil tanggung jawab yang sama bagi kesehatan dalam keluarga, terutama pada istri mereka selama masa kehamilan. Data menunjukkan bahwa kelas tersebut dapat berperan dalam menurunkan tingkat kematian ibu hingga meningkatkan kesehatan ibu hamil serta membantu pemenuhan hak kesehatan anak.

Strategi yang bertujuan untuk mempromosikan pemulihan bagi laki-laki, menghargai peran mereka sebagai pengasuh, panutan, dan pengasuh adalah hal yang penting dalam meningkatkan kesehatan bayi dan menurunkan ketidaksetaraan gender.

Bagi laki-laki di Indonesia dan Australia, masyarakat adat atau bukan, perlu perubahan perilaku untuk meningkatkan peranan mereka dalam 1000 hari pertama kehidupan anak. Bertambahnya contoh laki-laki sebagai pengasuh pada masa 1000 hari anak dianggap memiliki andil yang besar pada kesejahteraan dan kesehatan anak ke depan, terutama pada area kesehatan mental dan kesejahteraan.

Contoh lainnya adalah apa yang dilakukan oleh Bubup Wilam, Pusat Pembelajaran Awal Anak dan Keluarga di Melbourne, Australia. Mereka menyediakan pusat bagi komunitas Aborigin Australia di daerah tersebut.

Bubup Wilam bertujuan menyiapkan anak untuk sekolah, menciptakan rasa kepemilikan identitas, dan meningkatkan kekuatan dan ketahanan sehingga mereka mampu hidup bahagia dan sehat di masa depan.

Mereka menggabungkan cara pengajaran dari Barat dan metode pedagogi Aborigin dengan metode seperti pembelajaran lewat pengalaman. Bubup Wilam menggunakan seni dan kerajinan tradisional serta bahasa untuk mendorong anak memiliki rasa memiliki, kepercayaan diri dan identitas.

Bubup Wilam juga bertujuan untuk menyediakan ruang yang aman bagi anak-anak dan keluarga mereka untuk menjangkau pihak dan layanan yang dapat mereka percayai dalam komunitas.

Forum dan program-program yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa masyarakat adat dapat memimpin upaya membesarkan anak-anak yang sehat dan kuat menggunakan kearifan lokal, pengetahuan, dan nilai masyarakat dan kekeluargaan mereka. Kearifan lokal ini tidak mengenal batas ras dan negara, dan menemukan tempat mereka dalam kerangka waktu kesempatan emas yang unik – 1000 hari pertama kehidupan anak.The Conversation

Elle McLachlan, Research Assistant, Indigenous Health Equity Unit, University of Melbourne

Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!