More Than Work, Potret Buram Tubuh Perempuan di Media

Tumbuhnya media menjadi sesuatu yang tak terbendung sejak masa reformasi. Data Dewan Pers menunjukkan jumlah media yang meningkat tajam di Indonesia, yaitu sebanyak 47 ribu media di Indonesia. Belum lagi tumbuhnya sosial media, ada website, blog dan vlog yang jumlahnya hingga jutaan.

Tumbuhnya media ini kemudian memberikan catatan penting tentang bagaimana media memotret perempuan. Beberapa media bertumbuh secara positif, ini terlihat dari komitmen beberapa media dalam menuliskan persoalan kekerasan yang menimpa perempuan.

Namun banyak media yang lebih senang menuliskan sensasionalisme tubuh perempuan. Media seperti ini juga tumbuh subur. Sensasi ini tidak hanya ada dalam tulisan, namun juga merambah pada bagaimana cara pandang media terhadap pekerja perempuannya. Juga bagaimana orang-orang dan kebijakan yang kemudian mengatur tubuh perempuan

Dan dalam kepesatan jumlah media ini, nasib perempuan pekerja media perempuan ini tak banyak diperbincangkan. Mereka seolah tenggelam oleh hiruk-pikuk media yang banyak tumbuh.

Para perempuan pekerja media misalnya banyak mendapatkan penilaian atas tubuhnya. Konstruksi budaya inilah yang kemudian menjadikan orang-orang terbiasa melakukan penilaian terhadap tubuh perempuan.

Sebuah film yang berjudul “More Than Work” (2019) karya Luviana akan dilaunching pada:

Sabtu, 15 Juni 2019

jam 16.00

di IFI atau pusat kebudayaan Perancis di Indonesia- Jl. Thamrin, Jakarta Pusat.

Isi form nya disini jika ingin datang menonton:

https://bit.ly/2WoKbnP

.

Atau kontak nomer berikut:

Masboi 087865822233

Yoanne ‭081211790151

Launching film ini diselenggarakan Jakarta Feminist Discussion Group (JFDG) dan didukung oleh IFI. Film “More than Work” adalah film yang bercerita tentang bagaimana kondisi perempuan di media. Bagaimana perubahan media baru, conten media yang banyak diperbincangkan saat ini, jarang membicarakan tentang potret perempuan di media. Juga jarang membicarakan persoalan yang menimpa pekerja-pekerja perempuan di media.

Film ini banyak menceritakan kisah potret buram tubuh perempuan di media: Dhiar, pekerja media yang bercita-cita bekerja di media namun akhirnya mendapatkan kekerasan seksual oleh jurnalis atasannya, Kumalasari yang harus mengeluarkan banyak uang agar bisa tampil sebagai pemeran utama sinetron di televisi, serta kisah-kisah lain tentang sensasionalisme tubuh perempuan di media

Film produksi Konde Production ini merupakan bagian dari Program Cipta Media Ekspresi dan mendapat dukungan dari Ford Foundation dan Wikimedia. Film selanjutnya akan diputar secara berkeliling di kota-kota di Indonesia.

Trailer: https://www.youtube.com/watch?v=o23G752aH-E

Email: morethanworkfilm@gmail.com

HP: 0816-4809-844

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!