Habibie & Ainun 3, Seksisme dan Diskriminasi yang Dialami Ainun

“Persepsi seksisme dan diskriminasi berdasarkan gender pernah dialami Ainun muda. Namun pandangan ini tak pernah menyurutkan Ainun untuk menyelesaikan kuliah di fakultas kedokteran yang dipilihnya.” 

*Levina Vania Putri Herlambang- www.Konde.co

Konde.co- Film “Habibie & Ainun 3” banyak menceritakan tentang Hasri Ainun Besari di masa muda. Pemeran Ainun Muda dimainkan oleh Maudy Ayunda.

Berbeda dengan film-film sebelumnya, film ini lebih fokus bercerita mengenai Ainun muda saat sebelum menjalin cinta dengan pasangan hidupnya, mantan presiden Indonesia, Habibie.

Pada film ini diceritakan kehidupan kampus Ainun di masa muda, Ainun merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia. Pada masa itu Indonesia baru saja merdeka, meskipun telah merdeka, pandangan orang Indonesia masih banyak yang belum merdeka terutama pandangan yang memerdekakan perempuan.

Banyak pandangan dari masyarakat, persepsi yang mengatakan bahwa seorang perempuan tidak bisa bekerja di bidang apapun, termasuk menjadi dokter. Perempuan hanya cocok bekerja di dapur menurut pemikiran masyarakat saat itu.

Tidak hanya diremehkan oleh senior di kampusnya, Ainun juga mendapatkan tekanan dari dosen yang mengajarinya. Di masa-masa ini, Ainun menghadapi berbagai tekanan terkait pilihannya menjadi dokter.

“Perasaan sentimentil perempuan yang lebih tajam dari laki-laki membuat ilmu kedokteran tidak cocok untukmu,” ujar laki-laki tersebut yang sempat membuat Ainun putus asa.

Namun Ainun yang telah bermimpi menjadi seorang dokter sejak kecil tetap berusaha selalu memberikan yang terbaik dan melawan pemikiran salah tersebut, pemikiran yang menganggap perempuan tidak pantas bekerja sebagai dokter.

Dengan tekadnya, akhirnya Ainun dapat menjadi dokter yang hebat dan dapat bekerja sebagai dokter di Indonesia.

Saya sangat terkesan dengan film yang digarap Hanung Bramantyo ini, bahwa setiap orang dapat mempunyai hak untuk bermimpi dan menggapai cita-cita yang mereka inginkan tanpa adanya persepsi seksisme  yaitu diskriminasi atau penilaian kepada seseorang berdasarkan gender.

Saat ini sejumlah perempuan telah bebas untuk melakukan hal yang mereka pilih, namun masih banyak perempuan di luar sana yang tidak dapat melakukan apa yang mereka sukai karena adanya diskriminasi gender ini, ini banyak terjadi di lingkungan kerja. Diremehkan pilihannya, tidak diberikan kesempatan dalam bekerja, adanya stigma karena mereka perempuan.

Soal peremehan dan stigmatisasi ini tak hanya menimpa perempuan, namun juga menimpa pada disable dan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Mereka banyak diremehkan dan tak banyak diberikan kesempatan kerja.

Jika mengalami hal ini, maka kita wajib untuk bertanya, karena perempuan atau semua orang berhak untuk menentukan sendiri hidupnya. Lets support woman rights!

(Foto: 21cinepplex.com)

*Levina Vania Putri Herlambang, Mahasiswa Jurusan Hubungan Masyarakat Program Vokasi, Universitas Indonesia.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!