Pencemburu, Stigma Negatif yang Dilekatkan pada Perempuan



“Dalam relasi pacaran, perempuan seringkali mendapat stigma negatif. Salah satu stigma yang sering dilekatkan kepada perempuan adalah: perempuan itu punya sifat pencemburu. Mengapa orang tidak pernah bertanya: apa yang membuat seseorang bisa cemburu? Atau apa yang telah dilakukan pasangannya sehingga membuat perempuan bisa cemburu?”

*Nabelia- www.Konde.co

Konde.co- Bahkan beberapa orang sering mengaitkan cemburu dengan emosi yang berlebihan. Jadilah perempuan punya stigma lagi, yaitu sebagai orang yang pencemburu dan sebagai orang yang punya emosi berlebihan.

Pertama, saya tak pernah setuju jika perempuan mendapatkan stigma ini. Yang kedua yang harus dicari tahu adalah: mengapa seseorang bisa merasakan cemburu? Barangkali mereka punya pengalaman buruk dengan pasangannya, seperti pengalaman teman perempuan saya ini.

Selain dicap sebagai perempuan  pencemburu, anggapan salah ini juga pernah mengakibatkan teman perempuan saya mengalami toxic relationship. Anggapan ini telah membuatnya melakukan tindakan seperti minum obat-obatan berdosis tinggi bahkan sempat menyayat pergelangan tangannya.

Apakah orang yang menyebabkan dan memberikan stigma sebagai perempuan pencemburu pernah memperhitungkan ini sebelumnya?

Saya punya kesimpulan bahwa teman perempuan saya ini sedang mengalami depresi berat karena perasaan tertekan yang dialaminya.

Awalnya, dia sering bercerita, bahwa dia sangat mencintai pacarnya yang mulanya adalah rekan kerjanya. Dia juga bercerita tentang ketidaktahuannya bagaimana mengelola hubungan dimana ia harus terus menekan perasaan cemburunya.

Bagaimana tidak cemburu jika si pacar ini masih mencintai mantannya?. Ini yang sering kudengar setelah kami sering bercerita.

Teman saya mencoba mempertahankan hubungan yang menurut saya sangat toxic. Mulanya dia mencoba mendiamkan saat si pacar terus curhat soal mantannya yang punya banyak kelebihan. Tapi seiring berjalannya hubungan mereka, saya merasa ada yang janggal dengan sikap teman saya, dia menjadi sering berdiam diri, kadang menangis dan moodnya sering naik turun.

Saya mencoba untuk mengajaknya bicara, karena tidak mungkin ia selalu berada dalam kondisi seperti ini. Katanya dia jadi tidak percaya diri jika dekat dengan pacarnya, dan dia harus menekan perasaan cemburunya karena ingin menampilkan dirinya yang kuat dihadapan pacarnya.

Selain masih suka dengan mantan pacarnya, kecemburuannya yang lain adalah ketika si pacar masih sering jalan dengan cewek lain bahkan jika itu teman satu kantor mereka.

Lagi-lagi karena alasan cinta dan untuk menjaga stabilitas pekerjaan mereka di kantor, teman saya ini rela mempertahankan hubungan itu.

Nah, puncaknya saat ia bertengkar dengan si pacar di depan umum lalu diketahui oleh rekan kerja mereka. Kejadian itu membuat teman saya harus menanggung banyak stigma negatif yang terus dilontarkan kepadanya di lingkungan kerja, yaitu dicap sebagai perempuan pencemburu. Banyak stigma negatif setelah itu yang menyebut teman saya sebagai pencemburu.

Pertanyaannya, siapa sih yang mau dihantui terus oleh perasaan cemburu? Tentu setiap orang bersikeras untuk menghindari perasaan negatif tersebut. Apalagi, bila cemburu disebabkan karena relasi yang tidak sehat dengan orang yang dicintai.

Yang perlu digaris bawahi di sini seharusnya anggapan remeh soal perasaan cemburu. Pasti orang-orang yang menganggap remeh rasa cemburu tidak pernah berupaya mencari tahu bagaimana orang-orang seperti teman saya ini harus melalui masa-masa sulit sehingga memiliki pikiran untuk melukai dirinya sendiri?

Pasti mereka tidak pernah tahu bagaimana harus melewati masa-masa dimana mereka merasa tak dicintai, tidak dihargai dan seperti dibuang begitu saja.

Lalu dimana perasaan laki-laki yang membuat cemburu? Sepertinya ia malah lepas dari anggapan negatif. Padahal cemburu ini terjadi ketika laki-laki pacarnya tak lagi menghargai perasaan teman saya.

Sekali lagi, saya tak pernah setuju dengan memberikan cap perempuan sebagai pencemburu.  Yang kedua, mengapa laki-laki yang membuat cemburu seolah lepas dari cap buruk dan omongan orang?

Mengapa orang tidak bertanya: apa yang membuat seseorang bisa cemburu? Apa yang sudah dilakukan pasangannya dalam kondisi ini? Stop memberikan stigma pencemburu terhadap perempuan.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

*Nabeliapenulis adalah mahasiswi di jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, IAIN Tulungagung, Jawa Timur. Ia juga seorang peneliti muda di Lembaga Institute for Javanese Islam Research (IJIR) yang berkonsentrasi pada isu-isu perempuan lokal dan tradisi. Sekarang, ia tengah berproses dalam aktivitas menulis dan membaca.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!