Cerita Perselingkuhan: Faktor Kesuksesan Drama Korea The World of the Married

Serial The World of the Married Couple sangat populer tidak hanya di asalnya yaitu Korea Selatan tapi juga di Indonesia.

The Conversation Indonesia

Ranny Rastati, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

The World of the Married, yang dikenal juga dengan A World of Married Couple, adalah drama asal Korea Selatan yang sedang populer di kalangan para penggemar drama Korea (drakor).

Dibintangi oleh Kim Hee Ae (sebagai Ji Sun Woo), Park Hae Joon (sebagai Lee Tae Oh), dan Han So Hee (sebagai Yeo Da Kyung), drakor ini dirilis pada 27 Maret 2020. Saking populernya, The World of the Married bahkan memecahkan rekor baru sebagai drakor rating tertinggi sepanjang sejarah pertelevisian Korea pada 2 Mei 2020.

Drakor yang dirilis pada masa pandemi COVID-19 ini menceritakan kisah rumah tangga yang dibumbui perselingkuhan dan pengkhianatan. Diceritakan, Sun Woo adalah seorang dokter yang terlihat memiliki segalanya. Karir yang sukses, keluarga yang bahagia, dan finansial yang mumpuni.

Namun, yang tidak Sun Woo ketahui, segala yang tampak indah di permukaan ternyata menyimpan kisah kelam yang bertahun-tahun disimpan rapat oleh suaminya, Tae Oh. Pernikahan satu dekade itu ternyata coreng-moreng akibat perselingkuhan yang dilakukan Tae Oh bersama Da Kyung. Yang lebih menyakitkan, sahabat dan teman dekat Sun Woo mengetahui perselingkuhan itu namun turut merahasiakannya.

Menurut Nielsen Korea, rating rata-rata The World of the Married mencapai 24,33% secara nasional, mengalahkan rekor drakor SKY Castle yang sebelumnya sebesar 23,78%.

Penayangan episode akhir pada 16 Mei 2020 bahkan menjadi trending nomor satu di Twitter Indonesia dengan tagar #TheWorldoftheMarried.

Ada setidaknya tiga faktor mengapa drakor ini begitu sukses tidak hanya di Korea tapi juga di luar negeri, termasuk Indonesia. Ketiga faktor ini datang baik elemen-elemen di dalam drakor itu sendiri maupun konteks masyarakat yang menonton.

Skenario oke dan akting yang mumpuni

The World of the Married diadaptasi dari serial BBC One berjudul Doctor Foster, tapi tampaknya kesuksesannya melebihi serial aslinya.

Berbeda dengan drakor genre senada yang mengumbar cerita cinta penuh sensasi dan bertele-tele, The World of the Married menawarkan keunikan dengan plot cerita yang sangat cepat dan sulit untuk ditebak. Di sini, tidak ada kisah ala Cinderella yang menceritakan gadis miskin diselamatkan oleh pangeran kaya raya lalu berjuang atas nama cinta. Narasi usang itu dijungkirbalikkan oleh sosok Sun Woo sebagai pencari nafkah utama sekaligus penyandang dana perusahaan hiburan milik Tae Oh. Karakter-karakter The World of the Married ini juga lebih rasional, memiliki sisi baik dan buruk, serta tidak ada yang menjadi sosok suci tanpa dosa.

Kim Hee Ae bukanlah nama baru dalam industri hiburan Korea. Sebelum The World of the Married, ia berperan dalam drakor My Husband’s Woman, A Wife’s Credentials , dan Secret Affair yang semuanya bertema prahara rumah tangga.

Sebagai seorang yang berpengalaman memainkan peran sebagai istri yang dikhianati maupun yang mengkhianati, Hee Ae mampu mengangkat karakter Sun Woo ke level yang lebih tinggi. Hanya dengan ekspresi dan sorotan mata, Hee Ae dengan apik memainkan psikologis penonton mulai dari simpati, geram, bingung, dan bertanya-tanya.

Totalitas akting Hee Ae pun ramai diperbincangkan netizen setelah ia melakoni adegan menceburkan diri ke laut tanpa peran pengganti. Ia bahkan dikabarkan benar-benar hanyut akibat ombak yang besar dan udara yang dingin.

Park Hae Joon yang berperan sebagai suami Sun Woo pun menunjukkan kualitas akting yang mumpuni.

Karakter Tao Oh pun seperti dibentuk untuk memenuhi semua kriteria suami selingkuh yang terdapat dalam sebuah artikel ilmiah yang mengamati tentang ketidaksetiaan pasangan, seperti membeli ponsel baru secara diam-diam, menghindari menjawab panggilan telepon tertentu saat berada di dekat pasangan, sering menghapus pesan, dan berbohong.

Tema pengkhianatan dan cinta terlarang

Selama beberapa dekade, perselingkuhan merupakan hal tabu dan serius bagi masyarakat Korea.

Sebab sejak 1953, perselingkuhan merupakan salah satu kejahatan yang dapat dijerat dengan hukuman. Jika terbukti bersalah, pelaku perselingkuhan dapat dituntut selama dua tahun penjara.

Namun, pada 2015 Mahkamah Konstitusi Korea telah membatalkan undang-undang tersebut dengan pertimbangan kehidupan seks seseorang adalah masalah personal dan setiap orang berhak untuk memilih nasib dan pasangannya.

Perselingkuhan menjadi alasan utama pasangan mengajukan perceraian di Korea saat ini. Sebuah survei yang dilakukan pada 2016 oleh Institut Korea untuk Seksual dan Kesehatan Suami Istri menunjukkan 50,8% dari laki-laki Korea selingkuh dari istrinya, sementara hanya 9,3% perempuan Korea yang berselingkuh dari pasangannya.

Sebagai sesuatu yang pernah ditutup-tutupi di masyarakat, tema perselingkungan memang selalu menarik perhatian. Oleh karena itu, drakor bertema perselingkuhan dalam ikatan pernikahan selalu menarik minat penonton di Korea.

Beberapa drakor populer lain seperti The Last Empress, VIP, dan Love Affairs in the Afternoon juga menampilkan perselingkuhan.

Situasi pandemi

Pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang tetap di rumah tampaknya menjadi salah satu alasan melambungnya popularitas The World of the Married.

Senada dengan riset dari sosiolog budaya populer dari Jepang Kinko Ito tentang kepopuleran drama Korea di kalangan ibu paruh baya Jepang, perilaku menonton drakor pada masa pandemi COVID-19 dapat menjadi pelengkap kehidupan yang membosankan, tidak memuaskan, dan kurang kegiatan.

Drakor dapat menjadi candu yang dengan mudah memikat seseorang dengan perkembangan cerita yang menarik. The World of the Married dapat dianggap sebagai kesuksesan fenomenal budaya pop Korea di tengah upaya untuk tetap berada di rumah.The Conversation

Ranny Rastati, Researcher, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!