Ibu Lahore Berduka

Luviana – www.konde.co

Konde.co, Pakistan – Lahore kembali Berduka. Semua bersimpuh untuk anak-anak, perempuan dan para ibu disana.

Malam paskah pada Minggu (27/03/2016) lalu tak hanya menimbulkan duka mendalam, kemarahan, mengoyak luka. Para ibu, menyaksikan anak-anaknya mati bersimbah darah ketika sedang bermain dalam perayaan paskah di Taman Lahore, Pakistan. Mereka berlari kebingungan dihantam bom. 70 orang meninggal dunia dan 300 orang terluka dalam peristiwa ini. Korban rata-rata adalah anak-anak dan para perempuan yang pada saat peristiwa terjadi sedang merayakan Paskah.

Lahore merupakan salah satu kota di Pakistan, provinsi ini merupakan provinsi terkaya disana. Pengeboman di Pakistan sudah berulangkali terjadi sejak Desember 2015, namun peristiwa bom bunuh diri Minggu lalu merupakan peristiwa pengeboman terbesar yang terjadi dalam setahun ini. Para ibu berduka melihat anak-anaknya harus menjadi korban kekerasan disana.

Tak hanya perempuan yang menjadi korban kekerasan di Pakistan, anak-anakpun kerap menjadi korban disana. Zohra Yusuf, Ketua The Human Rights Commission of Pakistan (HRCP) atau Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan dalam pernyataan sikapnya menyatakan rasa duka mendalam dan mengutuk keras orang yang melakukan bom bunuh diri yang menewaskan anak-anak dan perempuan di taman bermain Lahore.

“Hati kami hancur, melihat banyak keluarga harus kehilangan anak-anak. Mereka adalah anak-anak Pakistan, anak kami semua. Sulit bagi kami untuk mengatakannya, mengapa tidak ada keamanan yang memadai di area taman dimana ada perayaan Paskah disana yang dihadiri oleh banyak orang?.”

Salah satu faksi di Taliban dilaporkan telah mengaku bahwa merekalah yang melakukan perbuatan tercela ini dengan melakukan bom bunuh diri dan menargetkan pengeboman pada warga yang sedang merayakan Paskah.

“Sudah seharusnya kita tak boleh menyerah dengan kelompok, jaringan, manusia-manusia yang haus akan darah. Seharusnya negara tak bertekuk lutut pada perilaku kekerasan dan pembantaian warga yang tak bersalah. Anak-anak Pakistan dan para perempuan harus menjadi korban kekejian ini,” ujar Zohra Yusuf.

Situasi Perempuan dan Anak-Anak Pakistan

Pakistan disebut sebagai negara kedua paling berbahaya di dunia. Di Pakistan  dibutuhkan kekuatan besar dan keberanian dari para perempuan untuk menerobos hambatan sosial dan politik yang terjadi disana. Para perempuan di Pakistan telah menorehkan perjuangan panjang agar hak mereka diakui di dalam konstitusi hukum negara, namun laporan Asian Human Rights Commission (AHRC) pada hari perempuan internasional 8 Maret 2016 lalu menyebutkan bahwa perempuan Pakistan masih menjadi warga negara kelas dua.

Banyak praktik budaya dan agama di Pakistan yang menimbulkan ancaman besar bagi perempuan, khususnya anak-anak karena perkawinan paksa, serangan pada mereka, tak boleh sekolah dan juga pembunuhan- pembunuhan yang terjadi pada mereka.

Kurangnya pendidikan merupakan rintangan utama yang dihadapi oleh banyak anak-anak. Hari ini terdapat 16 juta anak-anak perempuan usia 6-11 tahun yang harus keluar dari sekolah.

Meskipun di Pakistan terdapat lonjakan jumlah undang-undang yang dikeluarkan disana, namun AHRC menyebutkan bahwa perbaikan hukum saja tidak cukup karena harus disertai dengan pendidikan yang baik untuk masyarakatnya.

Menurut data yang dikeluarkan Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan (HRCP), terdapat seribu kasus pembunuhan yang dilaporkan pada tahun 2014. Adanya banyak peristiwa kekerasan terhadap perempuan namun mereka tak bisa menuntut para pelaku. Di luar itu adanya sikap para pejabat di lembaga peradilan, yang kebanyakan adalah laki-laki, yang tidak menguntungkan untuk perempuan pencari keadilan. 51% perempuan dan anak-anak di Pakistan hingga kini  mengalami diskriminasi, kekerasan dan ketidakadilan.

Dalam laporannya AHRC menyatakan  bahwa negara harus berperan aktif untuk memastikan bahwa mereka menjamin hak konstitusi para perempuan Pakistan, menghormati perempuan yang sudah melakukan upaya luar biasa dalam memecahkan hambatan dalam hidup mereka dan berjuang untuk anak-anak disana.

(Foto: indianexpress.com dan dawn.com)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!