Penghargaan Wiji Thukul, IKOHI dan Brigade Negra Kecam Informasi Salah

Luviana- www.konde.co

Konde.co,
Jakarta – Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) mengecam penyebaran
informasi yang salah mengenal Wiji Thukul, aktivis dan korban penghilangan
paksa di tahun 1997/1998.

Awalnya,
penyebaran ini didapatkan dari dari akun  Ndorokakung di media sosialnya (Path) pada
Kamis, 17 Maret 2016. Isi path ini mempertanyakan kelayakan Wiji Thukul
mendapat pengakuan, tentang tempat dan bagaimana Wiji Thukul mati. Path juga
berisi  tuduhan bahwa Fitri Nganthi Wani
yang merupakan anak dari Wiji Thukul  telah mendapat hadiah uang.



Ketua IKOHI
Wanmayetti menyatakan pernyataan ini telah melukai keluarga dan sahabat yang
memperjuangkan dan mendukung perjuangan Wiji Thukul.

“Menyebarkan
berita tanpa bukti tentunya sangat melukai hati keluarga, sahabat, dan
komunitas yang telah memperjuangkan ini selama lebih dari 17 tahun. Penyebaran
informasi salah bahwa Fitri Nganthi Wani telah mendapat hadiah uang juga
menambah perlukaan dan kekecewaan dan kemarahan bagi keluarga dan sahabat,”
ujar Wanmayetti.

Sebelumnya Thukul telah mendapatkan sertifikat penghargaan dari  Asosiasi Brigada Negra Pada Rabu, 16 Maret 2016
lalu.  Asosiasi Para Pejuang Brigada
Negra yang diketuai oleh Xanana Gusmao telah memberikan Sertifikat Pengakuan
kepada anggota dan organisasi-organisasi yang telah mendukung perjuangan saat
merebut kembali kemerdekaan Timor-Leste.

Wiji Thukul
dan Bimo Petrus  yang keduanya adalah
korban penghilangan paksa 1997/ 1998 adalah 2 dari 8 orang dari Indonesia yang
diberikan Sertifikat atas jasa mereka dalam proses membangun solidaritas
nasional dan internasional untuk kemerdekaan Timor-Leste. Penghargaan lainnya juga diberikan kepada aktivis-aktivis PRD lainnya: Budiman Sudjatmiko, Dita Indah Sari, Danial Indra Kusuma, Wilson, Andi Arief dan Fransisca Ria Susanti.

“Pada Wiji Thukul dan segenap kawan, kita berhutang atas nikmat kebebasan pers
dan informasi saat ini. Tugas kita adalah untuk melanjutkan perjuangan, bukan
sebaliknya,” ujar Wanmayetti. 

Untuk itu IKOHi dalam pernyataan persnya meminta pemilik akun Ndorokakung untuk
mencabut tuduhannya dan meminta maaf kepada keluarga Wiji Thukul.

IKOHI juga merekomendasikan Presiden
Jokowi untuk membentuk Pengadilan HAM Ad-hoc, merekomendasikan presiden serta
segenap insitusi pemerintah serta pihak terkait untuk segera melakukan
pencarian terhadap 13 aktivis yang masih hilang termasuk Wiji Thukul,
merekomendasikan pemerintah untuk merehabilitasi dan memberikan kompensasi kepada
keluarga korban yang hilang termasuk keluarga Wiji Thukul.

Rekomendasi
yang lain yaitu meminta pemerintah agar segera meratifikasi Konvensi Anti
Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan
praktek penghilangan paksa.

Sementara Asosiasi Brigade Negra yang memberikan penghargaan kepada Wiji Thukul menyayangkan akun Ndorokakung yang menyatakan bahwa Wiji Thukul adalah orang Indonesia yang telah memasok dan ikut merakit bom yang dipakai tentara Timor Leste untuk melawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Dalam pernyataan persnya, Asosiasi Brigade Negra menyatakan bahwa berita ini sama sekali tidak benar. 

Asosiasi Brigade Negra juga mengklarifikasi bahwa pihaknya tidak memberikan uang kepada anak Thukul, Fitri Nganti Wani. Dan selanjutnya mereka meminta akun Ndorokakung untuk meminta maaf atas penyebaran akun ini, juga kepada keluarga Wiji Thukul. 

Sementara
dalam akunnya, Ndoro kakung kemudian menyatakan permintaan maafnya. Awalnya ia
menyebarkan cerita tentang Wiji Thukul yang ia dapat dari salah seorang
sahabatnya yang melihat tayangan tentang pemberian penghargaan kepada Wiji
Thukul di salah satu TV di Timor Leste.Akun ini kemudian
menceritakan kabar dan cerita ini dan disebarkan di kalangan terbatas. Namun
informasi ini kemudian beredar kemana-mana. Dalam akun juga disebutkan bahwa ia tidak bermaksud membuka luka baru dan masalah baru terutama bagi keluarga Thukul.

“Status di
path bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk memulai upaya pencarian
kebenaran.”

Wiji Thukul
lahir di Solo, Jawa Tengah 26 Agustus 1963. Ia kemudian hilang sejak diculik
pada 27 Juli 1998. Thukul sebelumnya aktif mengorganisir buruh-buruh di Solo
dan aktif di  Partai Rakyat Demokratik
(PRD). Hingga ssat ini istrinya Dyah Sujirah atau Sipon dan dua anaknya Fitri
Nganti Wani dan Fajar Merah bersama IKOHI dan sejumlah organisasi Hak Asasi
Manusia (HAM) lainnya terus mencari keberadaan Thukul dan meminta
pertanggungjawaban negara.

Selain mengorganisir buruh, dari tangan Thukul juga tertulis sejumlah puisi
yang mengobarkan semangat perjuangan melawan pemerintahan Orde Baru. Puisi-pusi
Thukul antaralain berjudul: puisi Bunga dan Tembok, puisi Peringatan, puisi
Kesaksian dan masih banyak lagi yang lain. 

(Foto: wijithukul.tk dan bumirakyat.wordpress.com)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik. Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!