Women’s Club

Luviana – www.konde.co

Di kampus tempat saya mengajar, ada sebuah klub perempuan- perempuan mahasiswa. Namanya women ‘s club. Kelompok ini bertemu tiap jumat siang dan ngobrolin apa saja soal perempuan, dari buku sampai film hingga diskusi kecil. Pokoknya apa saja tentang perempuan.

Seruuu..

Dulu waktu kuliah awal- awal, saya juga pernah membuat klub perempuan. Namanya kelompok studi gender Kalinka. Tapi karena lama lama peminatnya berkurang, maka kelompok studi kami lama lama bubar. Awalnya kelompok yang kami bikin ini juga berdiskusi soal film dan buku-buku perempuan. Lama lama kami berdiskusi soal sulitnya menjadi perempuan. Harus tampil cantik,harus dandan dan terlihat menarik. Padahal dulu kami tidak terlalu suka dandan. Dari sinilah maka kami jadi berdiskusi tentang apa yang kami inginkan dan tidak kami inginkan. Juga tentang apa yang kami butuhkan dan tidak kami butuhkan. Dari sini kami jadi belajar tentang mengenali diri kita sendiri. Disini kita juga belajar bagaimana kami boleh menolak atas hal hal yang tidak kami sukai.

Namun karena kesibukan kuliah,dapat kelas yang tidak sama, jam kuliah yang berbeda maka kelompok studi gender kami lalu bubar setelah setahun berdiri.

Teman saya yang lain dahsyat banget. Ia sudah mendirikan Kelompok studi gender waktu SMA. Lucu memang ada anak anak perempuan berbaju abu abu sudah ngomong tentang gender. Dimulai dari sesama teman di pers siswa di sekolah tersebut, maka kelompok studi gender ini kemudian berdiri yang anggotanya kebanyakan adalah amggota pers siswa atau kelompok pembuat majalah dinding siswa. Dari cerita teman teman saya, mereka sering mengadakan diskusi kelompok dengan banyak topik yang seru. Misalnya ngobrolin tentang risihnya dapat haid ketika pelajaran olahraga, malesnya ke sekolah pas lagi haid, sampai diskusi soal bagaimana kalau perempuan nembak pacar duluan? Dari sinilah kemudian mereka ngobrol tentang gender dan konstruksinya yang melekat pada perempuan. Lalu lama-lama berdiskusi soal tubuh perempuan. Dari ngobrol soal wajah, kaki, penilaian atas baju yang mereka kenakan hingga perlakuan apa saja yang tidak membuat nyaman perempuan.

Jika ingat ini semua, terasa geli dan lucu. Kami yang masih kuliah semester satu dan kawan kami yang masih SMA sudah banyak bicara tentang tubuh kami.

Women’s Club di Sejumlah Negara

Women’s club atau klub atau kelompok perempuan ini memang banyak sekali berdiri di dunia dengan berbagai macam type dan kegiatan yang berbeda. Di University of California Santa Cruz misalnya, women’s club  di sini dibentuk untuk komunitas pemimpin dan perempuan pebisnis. Kegiatan mereka adalah mengumpulkan dana/fundraising untuk memberikan beasiswa bagi para mahasiswa disana.

Di Genewa, Swiss, para perempuan Amerika yang tinggal disana membentuk The American International of Women’s club. Kegiatannya karena mereka berada di perantauan, maka belajar bahasa menjadi salah satu kegiatan women club ini. Selain itu ada belajar cara membuat berbagai ketrampilan, nonton film, diskusi buku, olahraga dan juga menjadi volunteer. Setiap hari Rabu di minggu kedua setiap bulan mereka akan bertemu dalam acara Welcome Coffee. Dalam acara ini mereka akan saling ngobrol sambil diperkenalkan jika ada anggota baru.

Di Belanda, ada women’s club yang terdiri dari perkumpulan perempuan-perempuan yang berasal dari negara yang sama. Mereka bertemu sekali dalam sebulan sambil minum kopi dan makan kue. Acaranya sederhana, ngobrol dan saling membantu kesulitan teman-temannya.

Womens’s club pada masa masa awal banyak dibuat di Amerika, yaitu pada tahun 1860an. Kelompok perempuan ini biasanya diinisiasi oleh kelas menengah perempuan. Mereka awalnya banyak berdiskusi buku dan film. Lalu lama-lama mereka juga membantu secara sosial seperti menjadi volunteer di rumah sakit atau di perpustakaan. Mereka mengajak masyarakat untuk datang ke perpusatakaan dan mengunjungi komunitas-komunitas masyarakat dan mengajak mereka untuk membaca. Mereka juga mencari dana untuk pembangunan dan pengembangan perpustakaan.

Untuk Solidaritas Perempuan

Sejumlah aktivis perempuan melihat pentingnya untuk menumbuhkan rasa solidaritas antar perempuan. Mulanya bisa dari berdiskusi atau bertemu, namun yang paling penting yaitu menumbuhkan solidaritas antar perempuan (in sisterhood) untuk menyelesaikan persoalan persoalan perempuan. Jadi pertemuan yang dilakukan diharapkan akan menjadi ruang untuk bersolidaritas terhadap perempuan lainnya untuk keluar dari kekerasan dan diskriminasi.

(Foto: Luviana dan Ucgluzon.org)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!