Bagaimana Penggunaan Internet pada Anak dan Remaja di Indonesia?

Luviana – www.konde.co

Dalam beberapakali perbincangan dengan para orangtua, ada banyak orangtua yang mengeluhkan anak-anaknya yang selalu tak bisa dipisahkan dari handphone. Umumnya anak-anak ini mengakses film-film atau video game maupun menggunakan sosial media. Keluhannya rata-rata sama, karena anak-anak jadi sibuk dan dininabobokkan oleh ini, bahkan kadang lupa bermain dan belajar.

Sejumlah orangtua kemudian memberikan peraturan bahwa: anak-anak boleh mengakses internet asal di hari libur. Namun banyak orangtua yang kemudian sulit menegakkan peraturan ini karena anak-anaknya terlanjur menjadikan internet sebagai teman bermain, yaitu ketika orangtua tak di rumah, maka internet kemudian dijadikan alat untuk menemani mereka dan mengisi kesibukan mereka.

Internet pada dasarnya adalah media baru. Sejumlah aktivis internet menyatakan bahwa internet seharusnya digunakan sebagai media untuk memperoleh pengetahuan baru dan alat pendidikan baru. Namun begitu, tetap dibutuhkan pendidikan literasi bagi anak-anak juga orangtua untuk memahami hal ini.

Ada sebuah studi menarik tentang penggunaan internet oleh anak dan remaja yang dilakukan oleh UNICEF dan Berkman Center for Internet and Society, Harvard University yang bekerjasama dengan Kementerian Kominfo. Secara umum hasil studi menyebutkan bahwa 79,5 persen anak dan remaja di Indonesia adalah pengguna internet. Namun, banyak yang tidak menyadari potensi resiko yang ada ketika berbagi data pribadi dan bertemu orang asing secara online. Dan seperti di banyak negara lain, sejumlah besar anak-anak di Indonesia telah menjadi korban cyberbullying. Bagaimana hasil studi ini dan apa yang harus dilakukananak-anak, orangtua dan guru di sekolah? Berikut kami paparkan hasil survey yang kami ambil dari  www.unicef.org dan www.kominfo.go.id:

Hasil Survey: Penggunaan Internet dan Kesenjangan

Studi yang dilakukan di tahun 2011-2013 pada anak-anak di 11 kota di Indonesia ini berjudul “Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia”. Studi ini bertujuan untuk menyediakan informasi-informasi penting tentang cara-cara anak dan remaja yang berumur 10-19 tahun dalam menggunakan sosial media dan teknologi digital, motivasi mereka menggunakan media komunikasi tersebut, dan potensi risiko yang mereka hadapi dalam dunia digital.

Hasil survei menemukan fakta, bahwa setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi.

Hasil studi juga menemukan bahwa 80 persen responden yang disurvey merupakan pengguna internet, dengan bukti kesenjangan digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan dan lebih sejahtera di Indonesia, dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan (dan kurang sejahtera).

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta dan Banten, misalnya, hampir semua responden merupakan pengguna internet. Sementara di Maluku Utara dan Papua Barat, kurang dari sepertiga jumlah responden telah menggunakan internet. Kesenjangan yang paling jelas terlihat, di daerah perkotaan hanya 13 persen dari anak dan remaja yang tidak menggunakan internet, sementara daerah perdesaan, menyumbang jumlah 87 persen.

Studi ini mengungkapkan bahwa 69 persen responden menggunakan komputer untuk mengakses internet. Sekitar sepertiga – 34 persen – menggunakan laptop, dan sebagian kecil – hanya 2 persen – terhubung melalui video game. Lebih dari setengah responden (52 persen) menggunakan ponsel untuk mengakses internet, namun kurang dari seperempat (21 persen) untuk smartphone dan hanya 4 persen untuk tablet.

Ada sekitar 20 persen responden yang tidak menggunakan internet, alasan utama mereka adalah tidak memiliki perangkat atau infrastruktur untuk mengakses internet atau bahwa mereka dilarang oleh orang tua untuk mengakses internet.

Perubahan struktur media di Indonesia, terutama dengan meningkatnya penggunaan ponsel, telah mengubah akses dan penggunaan media digital internet di kalangan anak dan remaja, yang cenderung menggunakan: personal komputer untuk mengakses internet di warung internet dan laboratorium komputer sekolah, laptop di rumah, dan di atas semua-ponsel atau smartphone selama kegiatan sehari-hari.

Dalam survey juga ditemukan bahwa anak-anak dan remaja memiliki 3 motivasi utama untuk mengakses internet yaitu untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan.

Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi. Maka pola komunikasi anak dan remaja melalui internet rnengungkapkan bahwa mayoritas komunikasi mereka dilakukan dengan teman sebaya, diikuti komunikasi dengan guru, dan komunikasi dengan anggota keluarga juga cukup signifikan.

Isu Privasi dan Keamanan

Terkait isu privasi, secara umum studi ini menemukan bahwa ada banyak anak dan remaja yang memberikan informasi pribadi seperti alamat rurnah, nomor telepon, atau alamat sekolah.

Selain itu, hampir semua dari mereka tidak setuju terhadap isi pornografi di internet. Narnun, sejumlah besar anak dan remaja telah terekspos dengan konten pornografi, terutama ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan yang memiliki bernuansa vulgar.

Pesan-pesan tentang keamanan digital harus berimbang dengan menekankan pada kemanfaatan internet bagi pendidikan, penelitian, dan perdagangan.

Anak-anak dan remaja harus terus dimotivasi untuk memandang dan menjadikan internet sebagai sumber informasi yang berharga, dan untuk memanfaatkan teknologi digital secara maksimal untuk membantu pendidikan, meningkatkan pengetahuan, memperluas kesempatan dan keberdayaan mereka dalam meraih kualitas kehidupan yang lebih baik.

Perlu dikembangkan cara-cara efektif untuk mengkampanyekan keamanan digital secara online maupun offline melalui segala bentuk saluran media tradisional maupun digital, seperti televisi, radio, websites, atau media sosial yang sering digunakan oleh anak dan remaja.

Pihak orangtua mungkin ketinggalan dari anak-anak mereka dalam hal menguasai dan menggunakan media digital, sedikit dari orangtua yang mengawasi anak-anak mereka ketika mengakses internet, dan sedikit yang menjadi ‘teman’ anaknya dalam jejaring sosial.

0rangtua dan guru semakin menyadari manfaat media digital untuk mendukung pendidikan dan pembelajaran anak. Misalnya, semakin banyak guru yang menugaskan siswa untuk mengumpulkan informasi dari internet untuk mengerjakan berbagai tugas. Hal ini langkah yang baik untuk meningkatkan pemanfaatan internet sebagai sarana pendidikan.

Rekomendasi Penelitian: Pendidikan Literasi 

Rekomendasi utama yang dihasilkan dari studi ini sebagai bahan masukan antaralain karena internet telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari anak-anak dan remaja di Indonesia, diperlukan upaya – upaya untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kaitannya dengan keamanan berinternet. Hal ini dapat dicapai melalui sosialisasi, pendidikan Iiterasi maupun pelatihan.

Pemahaman penggunaan dan keamanan media digital sangat penting – utamanya – dari perspektif anak-anak dan remaja, sebelum merancang program-program informasi tentang keamanan digital. Termasuk memahami tentang cara mereka mengartikan dan menggunakan teknologi digital, komunikasi secara online dan perilaku berisiko atau tidak aman.

Anak-anak dan remaja tertarik untuk belajar tentang keamanan berinternet. Setiap kampanye atau program yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus didasarkan pada bukti-bukti empiris dan meIibatkan anak-anak dan remaja itu sendiri sehingga kampanye atau program tersebut tepat sasaran.

Pihak orang tua dan guru harus mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka dalam aktivitas digitalnya, dan terlibat didalamnya. Salah satu cara sederhana, contohnya orang tua dapat menjadi ‘teman’ di akun jejaring sosial anak, karena di sinilah anak-anak dan remaja ‘bermain’ di dunia maya. Di sini orang tua dapat bergabung dan berkomunikasi secara intensif dengan anak- anak untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka di dunia cyber.

Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan isi internet – ISP dan pemerintah – perlu meningkatkan keamanan konten atau proteksi sehingga dapat menjadikan dunia maya sebagai ruang yang aman dan positif bagi anak anak dan remaja untuk hidup dan tumbuh. Studi ini menemukan bahwa banyak anak-anak yang tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up atau melalui link yang menyesatkan.

Dibutuhkan kader-kader muda teladan dalam keamanan berinternet, yang dapat membagikan hal tersebut kepada teman-temannya melalui media digital, melalui sarana audio dan video di media massa, maupun secara offline di sekolah-sekolah maupun kampus

(Sumber: www.unicef.org dan www.kominfo.go.id)

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay.com)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!