Tragedi Pulse Orlando Duka Kita Sebagai Manusia

Poedjiati Tan – www.konde.co

Dunia dikejutkan oleh Peristiwa penembakan 12 Juni 2016 di sebuah gay club
di Orlando yang menewaskan 49 orang dan 53 orang terluka. Penembakan yang
terjadi ditengah perayaan bulan Pride di Amerika. Perayaan memperingati
perjuangan atas perlawanan terhadap homophobia, transphobia dan biphobia. Ini
adalah peristiwa penembakan dengan jumlah korban terbanyak sepanjang sejarah
legalnya kepemilikan senjata di Amerika serikat.

Peristiwa ini seperti menunjukan bahwa kekerasan terhadap LGBT masih ada
dan tidak ada tempat yang aman untuk LGBT. Kebencian atau homophobia dan
transphobia masih sering terjadi baik itu berupa kekerasan fisik, kekerasan
verbal ataupun diskriminasi lainnya. Bahkan ada beberapa orang ataupun golongan
yang membenci LGBT ataupun LGBTphobia menganggap bahwa apa yang dilakukan Omar
Mateen itu sebagi tindakan yang benar dan tindakan heroik.

Komentar dengan nada kebencian dapat kita lihat di beberapa sosial media.
Mereka beranggapan bahwa apa yang dilakukan Omar Mateen adalah benar dan sesuai
ajaran Tuhan. Bahkan ada beberapa pendeta di Amerika yang menganggap tindakan
ini menjadi contoh untuk mengatasi homoseksual. Tidak hanya di Amerika, di
Indonesia juga banyak orang yang berkomentar dengan kebencian dan mengatakan
apa yang dilakukan Omar juga patut dilakukan di Indonesia untuk menyerang dan
membunuh komunitas homoseksual. Komentar miring juga datang dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Fahri Hamzah dalam cuwitannya
tanggal 13 Juni 2016 pukul 06.00 yang menyebut bahwa akibat LGBT lah penembakan
di Pulse Orlando terjadi.

Forum LGBTIQ Indonesia yang merupakan forum beberapa organisasi LGBTIQ di
Indonesia menunjukan sikapnya dan merilis pernyataan atas Tragedi Kemanusiaan
Di Pulse Orlando yang ditayangkan tanggal 15 Juni 2016 di
forumlgbtiqindonesia.org ;

Pernyataan sikap Forum LGBTIQ Indonesia antara lain:

  1. Duka mendalam
    untuk kawan-kawan LGBTIQ yang menjadi korban penembakan di Pulse Orlando,
    doa dan cinta kami kirimkan dan sampaikan dari Indonesia
  2. Kami mengutuk
    keras tindakan kekerasan yang dilakukan atas dasar kebencian yang
    berlandaskan orientasi seksual, identitas dan ekspresi gender berbeda yang
    menimpa individu maupun komunitas LGBTIQ secara spesifik dan segeala
    bentuk kekerasan yang menimpa kelompok minoritas lainnya.
  3. Amerika Serikat
    sebagai Negara yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan
    berpendapat untuk mengusut tuntas kejadian penembakan ini dan melakukan
    kajian ulang aturan kepemilikan senjata, agar kepemilikan senjata tidak
    lagi disalah-gunakan sehingga dapat merugikan nyawa orang lain.
  4. Perserikatan
    Bangsa-bangsa (United Nation) untuk dapat mengkaji ulang
    perlindungan bagi kelompok minoritas gender dan seksual dan merumuskan
    strategi penghapusan kekerasan terhadap orang berbasis orientasi seksual,
    identitas dan ekspresi gender (SOGIE) yang dapat diadopsi dan
    diimplementasikan bagi seluruh Negara yang tergabung dalam PBB.
  5. Pemerintah
    Indonesia mengantisipasi dan memastikan agar tidak terjadi kekerasan
    serupa yang berlandaskan pada SOGIE, dan jenis kekerasan apapun terhadap
    kelompok minoritas lain.
  6. Masyrakat
    Indonesia untuk bersimpati dan berempati pada kekerasan yang dilakukan
    oleh pelaku dengan ideologi kebencian yang telah merenggut nyawa manusia
    dalam jumlah yang tidak sedikit dan tidak memperkeruh suasana dengan
    memberikan ujaran kebencian dan hinaan serta dukungan pada pelaku
    kekerasan.

Solidaritas terhadap tragedi penembakan di Orlando dilakukan hampir di
seluruh belahan dunia, dan juga dilakukan di beberapa kota di Indonesia seperti
di Jakarta dan Surabaya. Aksi Solidaritas ini dilakukan di kedutaan Amerika
yang diikuti beberapa aktivis kemanusian dan Organisasi LGBTIQ. Mereka semua
ikut merasakan duka yang mendalam dan menyayangkan ternjadinya penembakan itu.

Setiap manusia mempunyai hak untuk hidup apapun orientasi seksualnya. Kita
tidak berhak menghakimi dan menjadi Tuhan untuk menentukan siapa yang boleh
hidup atau tidak. Dunia seakan terbukakan matanya bahwa Homophobia itu masih
ada. Meskipun di Amerika sudah mengakui dan mensahkan pernikahan sejenis tetapi
kekerasan terhadap LGBTIQ masih kerap terjadi dan puncaknya adalah penembakan
di gay club Pulse Orlando. Mungkin ini saatnya kita melihat orang lain sebagai
manusia seutuhnya tanpa melihat apa orientasi seksualnya, apa gendernya, apa
agamanya, apa sukunya, dan apa politiknya, karena manusia adalah manusia yang
setara satu sama lainnya dan mempunyai hak yang sama.  

foto : www.pbs.org

www.usmagazine.com

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!