Suara Perempuan 65: Dunia Milik Kita

Jo Yohanna Wardani – www.konde.co

Yogyakarta, Konde.co
– Setelah merilis album “Dunia Milik Kita” pada tanggal 17 Agustus 2016 lalu,
Dialita, sebuah Paduan suara para perempuan korban 65 pada Sabtu malam, 1
Oktober 2016 kemarin mementaskan lagu-lagu ini di Universitas Sanata Dharma,
Jogjakarta.

Ada 10 lagu dalam
album ini yang ditulis para perempuan anggota Dialita di dalam penjara dan di
luar penjara. Lagu-lagu ini merupakan refleksi perjuangan dari para perempuan
Dialita.

Aransemen musik
dikerjakan oleh seniman-seniman muda Jogja seperti: Lani Frau, Sisir tanah,
Cholil Mahmud, Lintang Radityya, Prihatmoko Catur, Keroncong Agawe, Nadia Hatta
dan diproduseri oleh Yes No Wafe Music.

Dalam situs yesnowave.com
misalnya dituliskan tentang bagaimana album ini kemudian menjadi sejarah
pengingat bagaimana kondisi politik terjadi di tahun 1965:

“Ingatan adalah barang debil dan kerdil di negeri ini. Setiap usaha
mengingat adalah usaha melawan sebuah rezim. Karena dalam ingatan tersimpan
peristiwa muram dan ingatan akan melahirkan kesadaran. Sejarah ditekuk, realita
ditimpa, ingatan kolektif bangsa ini ditentukan buku teks. Di luar peristiwa
itu adalah bohong dan siapapun yang mengatakan sebaliknya adalah pendusta. Dosa
borongan ditempelkan kepada siapapun yang berusaha melakukan rekonsiliasi.

Album yang ada di tangan anda ini adalah upaya untuk mendengar kembali suara
yang dibungkam. Suara yang dipaksa sunyi karena dosa kolektif dari sebuah
asosiasi, mereka yang dianggap terlibat pada peristiwa 65, pengkhianat,
komunis, dan segala yang menyertainya. Kemudian ketika rezim yang menindas itu
tumbang, suara-suara yang dulu dipaksa hilang, dipaksa sunyi, dipaksa bungkam,
kembali hadir dengan cara yang segar tentu saja.

Paduan Suara Dialita, singkatan dari Di Atas Lima Puluh tahun, adalah bunyi
merdu dari masa lalu. Bunyi yang dipaksa sunyi oleh rezim penguasa seusai Enam
Lima. Paduan suara ini beranggotakan keluarga atau mereka yang pernah ditahan
karena tersangkut peristiwa Enam Lima. Mereka yang pernah ditahan, dipenjara,
dibuang, diasingkan, dan dibuat melakukan kerja paksa tanpa pernah tahu
kesalahannya.”

Pementasan di Universitas
Sanata Dharma ini memang dilakukan untuk menyasar anak-anak muda di kampus dan
umumnya, agar mereka mengetahui kebenaran sejarah dan bisa menuturkannya pada
orang lain.

Salah satu anggota
Dialita, Utati menyatakan bahwa penerimaan yang sangat baik dari para generasi
muda di Jogjakarta ini menambah semangat positif untuk perjuangan pengungkapan
kebenaran dan keadilan.

Sejumlah lagu yang
ditampilkan dalam album “Dunia Milik Kita” ini antaralain berjudul: Ujian,
Salam Harapan, Di Kaki Tangkuban Perahu, Padi Untuk Dia, Taman Bunga
Plantungan, Viva Ganefo, Lagu Untuk Anakku, Kupandang Langit, Dunia Milik Kita,
Asia Afrika Bersatu.

(Pementasan Paduan Suara Dialita di Universitas Sanata Dharma Jogjakarta pada 1 Oktober 2016. Referensi dan Foto:
Yesnowave.com dan Jo Yohana)

*Jo Yohana Wardani, Aktif di Paduan
Suara Dialita dan Magenta, lembaga yang mengadvokasi kekerasan terhadap
perempuan di Indonesia.  

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!