Mengapa Tangal 8 Maret Disebut Hari Perempuan Internasional?

Hari perempuan internasional yang kita peringati pada tanggal 8 Maret hari
ini tak pernah lepas dari peluh perjuangan para buruh perempuan di pabrik-pabrik,
para aktivis perempuan yang kemudian meewarnai tradisi protes dan aktivisme
politik.

Sejumlah tokoh perempuan seperti Clara Zetkin lahir di masa itu.
Mereka menggelorakan semangat para buruh perempuan dan  membawa persoalan kehidupan mereka ke dalam ruang-ruang
politik yang lebih luas.

Pemikiran Clara Zetkin yang terkenal yaitu “pertanyaan perempuan”lahir
dari perspektif sosialis. Selain membantu para buruh perempuan untuk melahirkan
8 Maret sebagai hari perempuan internasional, Zetkin kemudian meyakinkan banyak
orang bahwa satu-satunya rute emansipasi bagi perempuan adalah keterlibatan
perempuan dalam produksi dan menyingkirkan sistem kapitalisme.

Apa saja yang harus kita ketahui tentang sejarah hari perempuan
internasional yang selalu kita peringati setiap tanggal 8 Maret? Berikut catatan tentang Sejarah Hari Perempuan Internasional yang kami ambil dari bumirakyat:

Hari Perempuan Internasional  lahir dalam pergolakan sosial yang besar,
diwarnai dengan tradisi protes dan aktivisme politik. Bertahun-tahun sebelum
tahun 1910, pada pergantian menuju abad 20, kaum perempuan di negara-negara
yang tengah mengalami industrialisasi, mulai memasuki kerja upahan.

Pekerjaan mereka dipisahkan menurut
jenis kelamin, dan umumnya kaum perempuan ditempatkan di industri tekstil,
manufaktur, dan layanan-layanan domestik dimana kondisi-kondisinya sangat parah
dan menyengsarakan.

Saat itu adalah masa dimana
Serikat-Serikat Buruh tengah mengalami perkembangan dan di sisi lain
sengketa-sengketa industrial mulai meletus, termasuk sengketa yang muncul di
antara seksi-seksi pekerja perempuan yang tidak bergabung dalam serikat. Eropa
saat itu tengah berada dalam kemungkinan terseret ke dalam api revolusi.

Banyak perubahan dalam kehidupan
perempuan mendorong munculnya perlawanan terhadap batasan-batasan politik di
sekitar mereka.

Di seluruh penjuru Eropa, Inggris,
Amerika, dan kurang lebih juga di Australia, kaum perempuan dari seluruh
lapisan sosial berjuang dan berkampanye untuk menuntut hak pilih dalam
pemilihan umum. Terkait hal ini terdapat banyak sudut pandang berbeda atas
mengapa isu ini menjadi suatu isu yang penting dan bagaimana cara untuk
mencapai tuntutan itu. Berikut dicantumkan sedikit perbedaan tersebut.

Beberapa kelompok sosialis memandang
bahwa tuntutan terhadap hak pilih terhadap perempuan kurang begitu penting
dalam gerakan kelas pekerja, sementara beberapa feminis sosialis dan pejuang
perempuan lainnya seperti Clara Zetkin dari Jerman dan Alexandra Kollontai,
berhasil memperjuangkannya untuk diterima sebagai bagian penting dan tak
terpisahkan dari program kelompok sosialis.

Sementara kaum sosialis lain menyatakan
bahwa lebih penting untuk menghapus kepemilikan pribadi terlebih dahulu
daripada berkampanye menuntut hak pilih yang mana kalau hal itu berhasil
seperti di Inggris akan berakibat hak pilih juga untuk kaum perempuan dari
kalangan berpunya.

Di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1903,
serikat buruh perempuan dan perempuan profesional liberal yang berkampanye
untuk hak pilih bagi perempuan mendirikan Liga Serikat Buruh Perempuan untuk
membantu mengorganisir kaum perempuan yang berada di kerja upahan untuk
memperjuangkan kepentingan politik dan kesejahteraan ekonomi mereka.
Tahun-tahun tersebut merupakan masa-masa pahit bagi banyak kaum perempuan yang
berada dalam kondisi kerja yang parah dan tinggal di pemukiman kumuh serta
rentan terhadap kekerasan.

Tahun 1908, pada Ahad terakhir di
Februari, kaum perempuan sosialis di AS menyelenggarakan Hari Perempuan
Nasional yang pertama dengan melancarkan demonstrasi besar untuk menuntut hak
pilih bagi perempuan serta hak-hak ekonomi dan politiknya sekaligus. Tahun
berikutnya sebanyak 2.000 orang turut menghadiri peringatan Hari Perempuan
Nasional di Manhattan.

Di tahun 1909 tersebut, pekerja garmen
perempuan melancarkan pemogokan massal. Dimana sebanyak 20.000 hingga 30.000 buruh
perempuan mogok selama 13 minggu di suatu musim dingin demi menuntut upah yang
lebih besar dan kondisi kerja yang lebih baik. Liga Serikat Buruh perempuan
menyediakan dana bantuan bagi para demonstran baik untuk mendanai pemogokan
massa itu sendiri maupun untuk membebaskan para demonstran yang ditangkap
polisi.

Di tahun 1910 berikutnya Hari Perempuan
mulai diselenggarakan oleh semua kaum perempuan sosialis dan feminis di seluruh
negara. Beberapa bulan kemudian berbagai delegasi kemudian menghadiri penyelenggaraan
Kongres Perempuan Sosialis di Kopenhagen dengan niatan untuk mengajukan Hari
Perempuan sebagai suatu hari peringatan internasional.

Kongres ini sebenarnya terinspirasi oleh
tindakan dari kaum pekerja perempuan AS dan juga dari feminis sosialis mereka
yaitu Clara Zetkin, yang juga telah menawarkan proposal kerangka kerja untuk
mengadakan konferensi perempuan sosialis dimana perempuan sedunia harus
memfokuskan diri untuk memperjuangkan satu hari khusus untuk peringatan hari
perempuan internasional demi menuntut hak-hak mereka.

Sehingga berhasil dilaksanakanlah
Konferensi yang dihadiri lebih dari 100 perempuan dari 17 negara yang mewakili
Serikat-Serikat Buruh, Partai-Partai Sosialis,  Kelompok-Kelompok
Perempuan Pekerja, dan termasuk tiga perempuan pertama yang terpilih dalam
Parlemen Finlandia, yang mana semuanya menyambut sarann Zetkin dengan
persetujuan bulat sehingga sebagai hasilnya dicapailah kesepakatan untuk Hari
Perempuan Internasional.

Konferensi tersebut juga menyorot ulang
mengenai pentingnya hak pilih bagi kaum perempuan, hak pilih yang tidak
didasarkan oleh hak milik serta menyerukan suatu emansipasi universal—hak pilih
baik bagi kaum perempuan dan laki-laki dewasa.

Konferensi tersebut juga membahas
mengenai manfaat-manfaat maternitas (keibuan) yang mana, meskipun ada
intervensi dari Alexandra Kollontai atas nama ibu-ibu yang tidak menikah, hanya
dimiliki oleh perempuan-perempuan yang menikah.

Selain hal itu juga diambil keputusan
bersama untuk menentang kerja malam karena mempengaruhi kesehatan sebagian
besar kaum pekerja perempuan meskipun dalam hal ini kaum pekerja perempuan
menyatakan bahwa kerja malam diperlukan untuk menopang nafkah dan hidup mereka.
(*Diterjemahkan dari tulisan karya Joyce Stevens)

(Disadur dari: https://bumirakyat.wordpress.com/2012/03/08/sejarah-hari-perempuan-internasional/)

(Foto:Pernyataan Sikap World Federation of Trade Unions (WFTU) pada
Hari Perempuan Sedunia dan Clara Zetkin/ kabarburuh.com)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!