Tradisi Natal yang Menyatukan

Frida Hati- www.Konde.co

Di Belanda, tempat saya tinggal selama ini, Natal selalu berlangsung meriah. Ini juga merupakan tradisi yang menyatukan. Saudara saling hadir, tak ubahnya lebaran di Indonesia.

Sebagai perempuan Indonesia muslim, saya senang melihat kemeriahan ini. Banyak remaja-remaja yang non Kristen dan non Katolik merayakannya. Natal sudah membawa tradisi, salah satunya tradisi kebahagiaan dan kemeriahan di musim salju.

Sebelum natal tiba, di awal Desember banyak pasar yang digelar untuk menjual barang-barang pernik natal. Tradisi ini tidak hanya terjadi di Belanda, namun juga di jerman. Mereka menjual pernik-pernik sinterklas, pasar yang sangat meriah karena diwarnai dengan hiasan dan penuh lampu. Anak-anak sangat senang datang dan kemudian membeli pernik-pernik ini untuk menghias pohon natal.

Di bulan-bulan di awal Desember ini, anak-anak kemudian juga mendapatkan hadiah dari sinterklas. Sinterklas datang memberikan hadiah, hadiah ini yang memberikan orangtua kepada anaknya melalui sinterklas yang datang dengan kapal di pelabuhan. Anak-anak kemudian menyambut sinterklas, selain membagi hadiah, sinterklas juga membagi makanan, kue kering cokelat rasa cengkeh dan pala.

Pada tanggal 5-24 Desember masing-masing rumah penganut agama Kristen dan Katolik telah memasang lampu Natal. Karena musim dingin, maka sore sudah menjadi gelap, lampu pun mulai dinyalakan jam 4 sore untuk menghanagatkan suasana dan bahagia. Karena manusia akan depresi jika kurang sinar matahari, jadi lampu akan menolong membawa kebahagiaan.

Saat Natal tiba, yaitu tanggal 25 Desember orang-orang lalu datang ke rumah saudara, setelah ke gereja, mereka biasanya makan malam dengan menu lengkap seperti kalkun. Semua bisa datang, bisa memeriahkannya dengan saudara atau teman, karena Natal adalah tradisi saling berkunjung dan bercengkarama.

Selain makan makanan yang dihidangkan, beberapa orang kemudian juga menikmati anggur yang dihangatkan. Minum anggur memberikan kehangatan di musim dingin ini.

Natal di Belanda sejatinya tidak pernah identik dengan agama kristen dan katolik saja, karena Natal disini sebenarnya sudah menjadi tradisi untuk saling berkunjung dan memberikan suasana persaudaraan di musim dingin yang gelap. Saya melihat banyak kebahagian di setiap hari itu tiba, perempuan yang bergegas menyambut tamu, anak-anak yang bahagia menikmatinya.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

*Frida Hati, Blogger, tinggal di Belanda.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!