Perempuan Penembus Batas

“Perempuan-perempuan penembus batas adalah perempuan yang berjuang dalam ruang-ruang yang tak terbatas untuk melawan ketidakdilan.”

Luviana- www.Konde.co

Jakarta, Konde.co – Batas yang dimaksud disini ialah batasan yang dimunculkan di berbagai ruang baik publik maupun domestik, serta sistem kenegaraan, sistem hukum, sistem ekonomi serta budaya yang melahirkan ketidakadilan serta kekerasan bagi perempuan di seluruh pelosok negeri. Ini merupakan ungkapan yang terjadi dalam acara perayaan perempuan batas yang diadakan di LBH Jakarta pada 4 Maret 2018 lalu.

Leni Suryani, wakil dari Pekerja Rumah Tangga (PRT) adalah potret satu dari perempuan penembus batas yang bercerita tentang perjuangannya sebagai PRT. Ia meninggalkan anaknya di desa, kemudian bekerja di kota Jakarta, untuk membiayai hidup anaknya.

Perjuangan lain ditunjukkan oleh perempuan PRT buruh migran yang bekerja di luar negeri untuk menyelamatkan keluarga dari kemiskinan.

Citra Referendum, Project Manager acara perempuan penembus batas menyebutkan bahwa tema ini diambil untuk mengajak publik supaya terinspirasi dari hal-hal hebat yang sudah dilakukan oleh perempuan di berbagai bidang.

“Acara ini juga merupakan satu dari berbagai upaya kreatif dan ruang alternatif yang dicipkatan bagi para perempuan dan laki-laki pro feminis untuk memberikan sanjungan dan penghargaan bagi para perempuan penembus batas,” kata Citra Referendum.

Perempuan-perempuan yang selama ini telah berandil besar di perjuangan akar rumput, memberikan inspirasi bagi kerja masa depan gerakan dan menghimpun kekuatan perempuan berbagai lintas sektor, bakat dan kreatifitas.

Selain itu ruang ini juga merupakan ruang edukasi bersama antara para korban, penyintas, aktivis serta komunitas masyarakat untuk saling menguatkan dan mendukung serta membangun sinergi yang lebih solid lagi kedepannya dalam memperjuangkan keadilan.

Dari ruang ini diharapkan lahir soliditas masyarakat sipil untuk berjuang bagi keadilan secara umum dan keadilan bagi perempuan secara khusus dalam berbagai isu seperti keadilan hukum dalam gerakan perempuan seperti: menolak Revisi KUHP yang berpotensi kuat mengkriminalisasi perempuan dan anak, gerakan mendesakan lahirnya Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual, gerakan melawan perebutan ruang dan lahan dari petani dan nelayan perempuan, gerakan memperjuangkan keadilan dan pemenuhan hak-hak normatif bagi buruh perempuan, gerakan melawan diskriminasi bagi kelompok disabilitas; gerakan melawan kriminalisasi berbasiskan kondisi minoritas agama/keyakinan atau ras, gerakan merebut keadilan bagi para korban pelanggaran HAM masa lalu, dan berbagai gerakan perjuangan bagi keadilan lainnya di seluruh nusantara.

Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan seperti Women Talk (Tutur Para Perempuan), lapak dagangan komunitas korban, layanan konsultasi hukum, layanan kesehatan reproduksi, layanan konseling psikologis, layanan konsultasi kecantikan dan pertunjukan seni. Pengisi acara lainnya yaitu: perempuan seniman Melanie Subono, Retno Listyarti, guru dan aktivis anak, kelompok paduan suara penyintas Tragedi 1965 Dialita.

Kesemuanya adalah perempuan yang telah berjuang selama bertahun-tahun, memupuk solidaritas bersama para perempuan lain dengan menembus batas, bersolidaritas dengan banyak kelompok dan jaringan untuk memperjuangkan keadilan. Penyintas 65 dan Dialita adalah para perempuan yang selama ini berjuang dari stigma yang dilekatkan seumur hidup mereka. Namun patah untuk berjuang bukanlah ciri perjuangan yang telah mereka pilih. Hingga sekarang perjuangan demi perjuangan telah dilakukan. Begitu juga Sumarsih, ibu dari Wawan, korban HAM 1998. Setiap Kamis melakukan aksi Kamisan di depan istana. Sumarsih adalah tonggak perjuangan seorang ibu terhadap anaknya, perlawanan perempuan pada kuasa yang tak berpihak pada korban.

“Keseluruhan acara ini dilakukan oleh, dari dan kepada para korban dan komunitas masyarakat yang konsisten memperjuangkan keadilan gender bagi perempuan. Seluruh layanan disediakan dengan gratis dari jaringan LBH Jakarta – Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Inez Kristanti feat. Angsa Merah, Komunitas Millah Abraham -sebagai wujud solidaritas dan perjuangan bersama dalam merebut keadilan.”

Acara perempuan menembus batas ini sebagai pengingat bahwa LBH Jakarta menyerukan dan mengajak seluruh perempuan dan korban bersatu bergandengan tangan dari berbagai latar belakang dan isu menyerukan keadilan juga kesetaraan bagi perempuan.

(Perempuan penembus batas, foto: LBH Jakarta)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!