Tak Mudah untuk Menjadi Pendamping Korban (2)

* Kustiah- www.Konde.co

Melihat makin banyaknya jumlah korban perempuan, maka kebutuhan untuk pendamping korban atau pendamping kemanusiaan sangatlah tinggi. Lalu apa saja yang dialami para pendamping korban selama ini? Kadang-kadang para pendamping mengalami tak sadar ketika kondisi mentalnya juga diabaikan.

Seorang pendamping di sebuah Puskesmas di kawasan Pasar Minggu, Jakarta bercerita, dia sering merasa pikiran dan perasaannya terkuras saat melakukan pendampingan korban. Yang ia sedihkan justru ketika korban ditangani penegak hukum. Dia merasa energi, waktu, dan perasaannya terkuras saat polisi memproses secara hukum kasus yang dialami korban.

Jane L. Pietra, psikolog di Yayasan Pulih, berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar pendampingan. Ia juga menjelaskan tentang apa saja yang sering dialami pendamping korban di masa sulitnya:

A. Pendamping Korban Mengalami Burn Out:

1. Kelelahan sangat

2. Kesedihan, depresi, ketakberdayaan

3. Kebingungan, kehilangan orientasi

4. Kemarahan, cepat tersinggung

5. Hilangnya kepedulian/ kelembutan

6. Sinisme/kegetiran yang berlebih dan digeneralisasi ke dalam aspek hidup lain

7. Gangguan somatik/ tubuh (sakit kepala, sakit sendi, gangguan perut dll) yang tidak jelas penyebabnya dan tak kunjung sembuh

B. Pendamping Korban Mengalami Kelelahan Kepedulian :

1. Rasa tanggung jawab yang besar

2. Beban tanggung jawab yang memang besar

3. Identifikasi (kelekatan kuat) pada yang didampingi

4. Kepedulian besar, keinginan membantu yang besar, namun terbentur situasi nyata yang sangat sulit.

5. Kesadaran tentang keterbatasan kemampuan

C. Tanda-Tanda Kelelahan Kepedulian

1. Kelelahan sangat

2. Ketidakberdayaan

3. Kesedihan

4. Kebingungan

5. Perasaan bersalah

Lalu bagaimana cara agar pendamping menjaga kesehatan? Antaralain dengan cara tidak menyalahkan diri sendiri, karena seringkali pendamping merasa gagal jika korban mendapatkan kekerasan berulang, hal ini sering membuat pendamping korban merasa frustasi yang amat sangat. Maka pendamping korban juga bisa berkonsultasi tentang kesehatannya, dan ia juga harus menemui orang yang tepat untuk ia ceritakan kesedihannya dalam mendampingi korban.

Secara fisik, pendamping korban juga membutuhkan makan yang teratur dan bernutrisi, olah raga, pemeriksaan medis secara teratur untuk pencegahan dan penyembuhan. Juga harus ambil cuti saat sakit dan melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti berenang, berlari, bermain, berlibur sekaligus istirahat yang cukup.

Hal penting lainnya adalah: menikmati waktu bersama orang yang menyenangkan dan tetap berhubungan dengan orang-orang yang berarti dalam hidupnya (selesai)

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

(Tulisan ini merupakan bahan dari Yayasan Pulih yang disampaikan oleh narasumber dan fasilitator kepada peserta pelatihan “Care For Caregiver” yang dikuti penulis pada akhir tahun 2017 lalu)

* Kustiah, mantan jurnalis Detik.com. Saat ini pengelola www.Konde.co dan pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!