Rasanya Kehilangan

*Febriana Shinta- www.konde.co

Saya, pernah kehilangan binatang kesayangan saya. Lebih tepatnya binatang kesayangan kami sekeluarga. Kesayangan saya dan anak perempuan kami.

Tiba-tiba Kora, binatang kesayangan kami ini pergi di pagi hari dan tak pernah kembali. Padahal biasanya setelah jalan-jalan sendiri di pagi hari, ia akan kembali setengah jam kemudian untuk makan pagi lalu mandi.

Rutinitas ini sudah berjalan 8 bulan ini. Anak perempuan saya, seperti punya adik baru. Ia juga punya rutinitas untuk memberi makan, memandikan, mengajak jalan-jalan dan becanda. Kora seperti bisa diajak bicara dan tahu keinginan kami.

Semangat dari Kora, menjalar kemana-mana. Anak saya jadi semangat bangun pagi hanya ingin memberi Kora makan. Di Sabtu dan Minggu pagi biasanya ia bangun siang, namun sejak ada Kora, ia bangun lebih pagi dan mengajak Kora jalan-jalan lalu memandikannya. Hidupnya penuh semangat.

Dari sinilah saya langsung bisa merasakan, betapa sulitnya kehilangan sesuatu. Sekecil apapun. Anak saya mengalaminya. Saya sering gak tega melihat dia masih menangis di depan pintu selepas Maghrib, menunggu Kora datang. Yang ditunggu tak kunjung pulang.

Namun begitulah kehilangan.

Ibu saya pernah uring-uringan karena kehilangan selendang. Karena selendang itu mengingatkannya pada bapak yang sudah meninggal. Hanya selendang saja, namun bagi setiap orang, benda sekecil apapun kadang punya arti yang besar.

Begitulah kami beberapa hari ini. Selalu menunggu binatang kecil kami untuk pulang. Saya dan anak perempuan saya sudah mencarinya kemana-mana, memasang pengumuman di instagram dan di group facebook penyayang binatang, memasang di wall WhatsApp, mengirimkan pengumumannya ke pengurus RT dan RW siapa tahu ada tetangga yang melihatnya, namun sudah seminggu lebih tetap tidak ada kabar.

Anak perempuan saya mencarinya hingga masuk keluar kampung kami dengan sepedanya selepas pulang sekolah. Sayapun begitu. Namun Kora, tak pernah kembali.

Beginilah rasanya kehilangan.

Saya membayangkan Kora akan kedinginan di malam hari, kepanasan, kehujanan dan tak ada yang menolongnya. Saya melongok, tempat makannya sudah bersih, tak ada makanan yang tersisa. Tempat minumnya juga bersih. Berapa banyak binatang yang akan bernasib seperti Kora? Kehujanan di jalan, mengais makanan dari tempat sampah, tak mandi berhari-hari, dan akhirnya mati kelaparan atau tertabrak pengendara di jalan.

Saya berharap, Kora akan baik-baik saja. Ditemukan orang yang mau merawatnya, memberinya makan dan ia mendapatkan hidup yang lebih layak. Karena binatang, sudah seharusnya mendapatkan tempat tinggal dan hidup yang layak seperti manusia.

Hari ini, saya masih melihat anak perempuan saya menitikkan air mata, di depan pintu, selepas Maghrib, menunggu Kora pulang.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

*Febriana Shinta, sehari -hari bekerja sebagai jurnalis dan dosen pengajar di Jogja. Menyukai binatang sejak kecil. Ini adalah binatang keduanya yang pergi dari rumah dan tak kembali lagi.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!