27 Steps of May: Tentang Trauma Panjang pada Perempuan Korban Kekerasan Seksual

Luviana- www.Konde.co

Apa yang selalu membuatmu takut? Masa depan, dan masa laluku.

Kalimat ini sering saya dengar ketika bertemu dengan sejumlah korban. Masa lalu adalah cerita pahit, dan masa depan kadang bisa menjadi jalinan cerita pahit berikutnya.

Film “27 Steps of May” adalah cerita tentang perjuangan anak perempuan yang tak pernah menyerah. Cerita trauma pada masa lalu yang pahit. Dalam beberapa saat, waktu juga bisa menjadi cerita kesia-siaan itu sendiri. Paling tidak ini pergulatan yang ada dalam film 112 menit ini.

Ini adalah tentang May (Raihaanun), anak perempuan berumur 14 tahun yang diperkosa ketika pulang ke rumah oleh banyak laki-laki. Ini juga tentang bapak (Lukman Sardi), laki-laki, sosok pelindung yang selalu merasa bersalah karena tidak bisa menjaga May. Paling tidak anggapan itu yang selalu ada di dalam pikiran bapak.

Banyak orang takut pada masa lalu. Apalagi para korban kekerasan seksual yang mengalami trauma panjang. Film 27 Steps of May kemudian menjadi representasi atas kasus perkosaan yang pernah terjadi di Indonesia pada Mei, 1998 lalu. Mencekamnya suasana, dialog yang minim merupakan representasi perlakukan kekerasan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan.

Menjumpai sosok May adalah seperti menjumpai seorang pahlawan. 8 tahun ia berada di rumah, tak mau mengenal dunia luar. Ia berdiam diri di rumah, menangis, marah, beberapakali melakukan upaya bunuh diri karena frustasi dengan keadaan.

Setiap hari May ditemani dengan boneka-boneka yang merupakan bagian dari rutinitas kegiatan May, ia menjahit baju bagi boneka-boneka perempuan yang kemudian akan dijual hasilnya.

Boneka adalah obyek kontemplasi, dimana May bisa meluapkan suasana hatinya. Kunci sudah tertutup May, dan kamu harus berdiam diri di rumahmu. Inilah bisikan-bisikan yang harus terus dilalui May, sekaligus dihancurkannya.

Pilihan pada boneka dimana May bisa berkontemplasi setiap hari adalah pilihan pada obyek-obyek yang setiap hari sering dijumpai para korban kekerasan. Begitu juga kedatangan sosok Ario Bayu, seorang pesulap yang menjadi tetangganya. Boneka, tokoh pesulap seolah menjadi sesuatu yang selalu menemani May, yang dijumpai secara tak sengaja ketika sedang dalam masa gelap.

Dan bapak adalah sosok yang tak pernah hilang dalam keseharian May. Ia juga memberikan ruang penghiburan, ruang kerja untuk May. Padahal di satu sisi, bapak selalu harus menumpahkan rasa bersalahnya dalam ring tinju. Selalu merasa bersalah karena tak bisa melindungi May.

Menonton 27 Steps of May tak hanya melihat May sebagai seorang perempuan korban kekerasan seksual, namun juga kontemplasi May, proses keluar dari rasa takut sekaligus kesetiaan bapak untuk menjaga anak perempuannya.

Ravi Bharwani, sang sutradara film 27 Steps of May menggarap dengan detail film ini. Film ini juga melalui proses riset yang cukup panjang selama kurang lebih 5 tahun. Bersama Rayya Makarim sebagai penggarap skenario dan bersama Wilza Lubis sebagai produser, Ravi bersama-sama menggarap film ini.

Raihaanun yang berakting sangat bagus, dalam pemutaran terbatas pada 18 April 2019 lalu di Jakarta menyatakan bahwa proses menyelami May sebagai korban adalah proses adaptasi yang kemudian dibantu oleh banyak pemain lain seperti Lukman Sardi dan sutradara. Ia merasakan bahwa film ini membuatnya menyelami para perempuan korban.

Banyak aktivis perempuan yang datang dalam pemutaran terbatas yang dilakukan pada 18 April lalu, juga merasakan hal yang sama. Dian Septi dari Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) menyatakan bahwa film ini seperti menjadi kontemplasi bagi banyak perempuan korban, dan bisa menjadi pengingat tentang tak mudahnya perempuan keluar dari trauma.

Hartoyo dari Suara Kita menyatakan bahwa yang menarik dari film ini adalah detail-detail bagaimana sebuah film digarap hingga memunculkan kesan mendalam tentang trauma yang dirasakan.

Film ini juga bisa menjadi penanda tentang kekerasan seksual yang pernah terjadi pada Mei 1998 lalu dan tanda tentang perjuangan seorang anak perempuan.

Di tengah film-film pahlawan yang banyak bermunculan, 27 Steps of May bisa menjadi salah satu pengingat bahwa pahlawan adalah orang-orang yang ada di lingkungan terdekat kita, pada diri seorang perempuan, yang berjuang untuk melawan sesuatu yang gelap dalam hidupnya.

Film ini akan mulai diputar di sejumlah bioskop di Indonesia pada 27 April 2019 mendatang.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!