Komik Digital Kartini, Masih Minimnya Tulisan tentang Kekritisan Kartini

*Luviana- www.Konde.co

Kartini adalah anak perempuan lincah, cerdas pada masanya. Namun di masa itu, kecerdasan baginya seolah tak bisa menjadi penanda yang baik. Ia tak boleh melanjutkan sekolah di saat ia mulai berpikir secara kritis tentang kondisi sosial di lingkungannya.

Setelah terhempas cita-citanya, Kartini juga harus menikah di usia yang masih cukup muda.

Sebuah komik digital tentang pahlawan perempuan, Kartini (21 April 1879 –17 September 1904) mencoba dituliskan oleh MGMP Sejarah Jawa Timur dan Pendidikan.id. Komik ini juga bisa dibaca secara online dan gratis dalam laman https://kartini.pendidikan.id .

Terbitnya komik digital ini merupakan upaya yang baik bagi generasi masa kini untuk mengetahui tentang sejarah Kartini.

Namun sayang, tulisan dalam komik ini belum menuliskan kekritisan Kartini. Misalnya, ketika tak boleh sekolah, Kartini hanya tertulis: mempertanyakan satu hal saja mengapa ia tak boleh sekolah. Begitu juga ketika Kartini harus menikah dengan suami yang sudah mempunyai beberapa istri (Adipati Djoyodiningrat) , Kartini tertulis: masih minim melakukan penolakan. Disana hanya ditulis bahwa Kartini tak bisa menolak kondisi ini karena tradisi.

Padahal, disinilah titik kekrisisan Kartini, sekaligus titik kekritisan Kartini. Kartini adalah perempuan yang mempertanyakan banyak hal, namun komik ini belum banyak menuliskannya. Padahal inilah yang membuat Kartini kemudian dikenal sebagai salah satu pemikir perempuan, yaitu karena pemikiran-pemikirannya.

Walaupun upaya untuk meluncurkan buku ini tetap patut kita apresiasi. Misalnya dalam buku tertulis, bahwa komik digital ini diterbitkan untuk menuliskan cerita pahlawan perempuan dan untuk mewarnai tulisan bagi anak-anak sekolah di masa sekarang.

Buku ini juga terbit di tengah buku-buku sejarah yang kurang diminati karena dianggap membosankan. Banyak yang berpikiran, membaca sejarah cuma membaca tanggal dan nama belaka. Itulah yang membuat membaca buku sejarah akhirnya kurang disukai.

Pembuatan komik digital sejarah Kartini ‘Pejuang Emansipasi Perempuan’ ini melibatkan berbagai sumber, salah satunya ialah guru sejarah yang menjadi editor komik, disingkat atau diilustrasikan dengan gambar.

Salah satu tujuan dibuatnya komik sejarah ini ialah karena melihat rendahnya budaya literasi di Indonesia, bahkan beberapa orang masih belum mengerti makna literasi. Dengan gambar yang memikat, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan Pendidikan.id juga berusaha menerbitkan buku-buku digital sejarah yang dikemas menarik.

Jika komik digital ini ditambahkan tentang tulisan pemikiran-pemikiran Kartini, cara Kartini ‘memberontak’ dan bagaimana Kartini kemudian dikenal sebagai salah satu pemikir penting perempuan di negeri ini, maka komik digital ini akan menjadi salah satu komik yang mengajak anak muda untuk secara kritis melihat kondisi Kartini.

Misalnya, Kartini yang menolak dipanggil sebagai Raden Ajeng (RA), Kartini yang secara kritis melihat pergulatan batin anak perempuan dan ibunya, Kartini yang menulis secara kritis tentang iman dan kepercayaannya, juga pemikiran dan pergulatan Kartini tentang perkawinan, pendidikan dan kemiskinan yang ada di lingkungan tempatnya tinggal.

Ini adalah pemikiran-pemikiran penting tentang Kartini yang layak untuk dihadirkan sebagai pemikiran penting dari seorang perempuan untuk para perempuan di Indonesia.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!