Pengalaman Saya Menerbitkan Audio book Karya Sastra untuk Para Diffable

Pembacaan karya sastra tulis ke dalam bentuk audio book ini saya lakukan agar para diffable netra dapat mendengarkan karya sastra. Bagi saya, semua orang mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan bacaan, artikel atau karya-karya termasuk karya sastra.

*Indah Darmastuti- www.Konde.co

“Erica masih di Surabaya. Stasiun Gubeng masih relatif ramai pagi ini. Orang berlalu lalang, entah mengejar atau dikejar waktu. Wajah-wajah panik, wajah-wajah malas menyeret tas roda seperti tak ada habisnya. Aku masih mengantuk.”

“Erica masih di Surabaya” merupakan salah satu karya sastra yang kemudian saya bacakan di audio book sastra. Apakah itu audiobook sastra? Audiobook Sastra adalah sebuah kerja untuk merekam karya-karya sastra yang berupa cerpen dan puisi dari para penulis Indonesia terkini. Dan saya melakukannya untuk para diffable netra atau tuna netra.

Sekitar 4 tahun lalu, perjumpaan saya dengan Agatha, seorang perempuan diffable netra di sebuah acara bincang sastra Pawon dengan Radio Solopos FM seperti menghantui saya untuk terus mencari cara agar teman-teman difabel netra bisa menikmati karya sastra dengan mudah dan ramah. Menurut Agatha, hingga kini masih sangat terbatas sumber pengetahuan yang bisa diakses oleh difabel netra termasuk sastra. Padahal setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan, pengetahuan, hiburan dan informasi. Sastra adalah salah satu wilayah pemenuhan itu. Itu juga menjadi dasar pemikiran saya.

Saat kami berbincang, Agatha juga menyampaikan tentang minatnya pada sastra tetapi kesulitan karena terbatasnya akses. Mereka, teman-teman disabel netra sangat membutuhkan referensi audio book terutama sastra berupa cerpen dan puisi terkini. Kurangnya referensi terutama sastra yang bisa diakses gratis oleh teman-teman disabel netra itulah yang membuat saya berpendapat bahwa audio book ini memiliki urgensi yang sangat penting untuk dilahirkan.

Audio book juga bukan hanya sebagai upaya pemenuhan hak teman-teman diffable netra, tetapi juga untuk masyarakat secara umum. Saya membayangkan ketika dunia semakin riuh, waktu semakin mahal, sastra tetap bisa hadir dengan tenang, bersahabat dan tetap memberi sesuatu yang subtil dengan cara yang berbeda, dalam sebuah audio book.

Barangkali nanti, ketika waktu membaca buku semakin sempit, dan kertas semakin langka, masyarakat bisa memperoleh cerita atau karya fiksi melalui audio book. Mereka bisa mendengar sambil menyetir mobil, memasak, atau bahkan sebagai bahan relaksasi. Sastra tetap bisa hadir dalam segala ruang dan waktu, dan semua individu yang membutuhkannya.

Dalam masa-masa berpikir saya ini, tiba-tiba saya dihubungi mahasiswa Universitas Negeri Negeri Sebelas Maret (UNS), mereka meminta izin untuk membuat kumpulan cerpen saya ke dalam audio book. Ini seperti mimpi yang kemudian menemui kenyataannya. Akhirnya bersama mereka saya dan tim menggarap cerpen dan puisi ke dalam bentuk suara. Kami memulai uji coba dengan mengalih-wahanakan beberapa cerpen saya yang terhimpun dalam buku “Makan Malam Bersama Dewi Gandari” bersama teman-teman dari Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dalam prosesnya saya juga melibatkan teman-teman diffable sebagai narator. Selama 6 bulan saya dan tim menyiapkan dari pengumpulan naskah dari teman-teman penulis, latihan reading, editing dan ilustrasi musik dan kami unggah dalam situs www.difalitera.org.

Pada tahun 2018, kebetulan saya mendapat hibah Cipta Media Ekspresi dari Ford Foundation dan Wikimedia. Saat itulah kami makin bergiat untuk mengumpulkan banyak cerpen dan merekamnya. Kami lalu mengumpulkan 30 cerpen dan 50 puisi selama produksi secara bertahap, mendistribusikan naskah kepada para narator dan latihan secara bertahap. Lalu proses perekaman pembacaan cerpen dan puisi secara bertahap, perekaman musik untuk ilustrasi naskah secara bertahap, melakukan editing naskah dan melakukan pendokumentasian naskah dalam bentuk keping CD yang akan didistribusikan ke Sekolah Luar Biasa dan digital diupload di website www.difalitera.org.

Tantangan yang saya hadapi yaitu saya harus mengumpulkan individu, kelompok yang terlibat dalam proyek ini yang peduli dengan sastra, difabel dan gerakan sosial. Secara khusus juga dibutuhkan tim musik, narator dan editor untuk mewujudkan audio book ini. Disisi lain ada tim program yang terdiri dari organizer, finance dan adminisrasi yang membantu untuk membuat karya-karya ini menjadi referensi di masyarakat yang ramah difabel dan membuat sastra mudah diakses oleh banyak pihak

Akhirnya pada tanggal 10 Nopember 2018 kami berhasil meluncurkan situs web www.difalitera.org yang kami luncurkan di Solo. Sejak diluncurkan dan sosialisasikan, difalitera.org mendapatkan sambutan hangat dari publik. Yang menarik adalah ketika saya menerima pesan di sosial media yang menanyakan produk terbaru atau mereka mengapresiasi dan menyukai konten difalitera.org. Buat saya ini merupakan nilai yang tak terhingga bagi kami.

Tanggapan menantang juga datang dari kawan difabel netra yang meminta dibuatkan cara belajar Bahasa Inggris. Aku bingung saat itu, karena kamus Inggris bisa diakses di mesin Google. Tetapi setelah diskusi panjang, kami sedikit tahu apa yang mereka butuhkan, dan kami mewujudkannya dan menamai konten itu English Lesson yang disajikan dengan cara bercerita.

Kini difalitera sudah mengerjakan lebih dari 150 karya berupa puisi, cerpen, cerita anak, cerita berbahasa jawa, english lesson dan mungkin ke depannya kami akan membuat cerita rakyat. Kami tahu apa yang kami lakukan sangat kecil, tetapi setidaknya, kami bisa mengajak teman-teman untuk berbagi kesenangan dan menjalin kawan terutama disabel netra yang tentu saja harus kita penuhi hak-haknya dalam mendapatkan ilmu pengetahuan dan berbagi cerita

Kini akhirnya lunas sudah saya memenuhi angan-angan ini. Saat ini, berbagai ragam cerita ada dalam audio book ini. Ada isu seperti hak asasi manusia, hak difabel dan gerakan sosial. Upaya ini terus kami lakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak difabel serta membuka akses untuk pengarusutamaan sastra. Hal ini juga diharapkan dapat mengidentifikasi anak-anak muda yang bersedia dan berkomitmen untuk terlibat dalam gerakan ini selain untuk memperkuat kapasitas penggerak lokal, khususnya peran-peran perempuan muda untuk bergabung bersama kami.

(Referensi dan foto: https://www.ciptamedia.org/ciptamediaekspresi/penerimahibah/0496)

*Indah Darmastuti, adalah karyawati sebuah perusahaan batik di Solo. Ia juga penulis prosa, puisi dan esai serta aktif di komunitas Sastra Pawon-Solo sebagai anggota redaksi. Ia penikmat seni pertunjukan, khususnya tari. Beberapa review pertunjukan tarinya bisa dibaca di indahdarmastuti.blogspot.com. Ia sudah menerbitkan novel: Kepompong (Jalasutra, 2006) Kumpulan Novelette Cundamanik (Sheila, 2012) Sehimpun Cerita Makan Malam Bersama Dewi Gandari (Bukukatta, 2016) Mengelola komunitas diffable dalam ranah sastra dan menggawangi web www.difalitera.org.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!