Pentingnya ‘Me Time’ Bagi Perempuan

*Ananda Riska- www.Konde.co

Apakah perempuan sudah mempunyai waktu untuk dirinya sendiri? Secara umum, banyak perempuan yang tidak mempunyai waktu untuk dirinya sendiri.

Padahal banyak teman laki-laki yang selalu mempunyai waktu bagi diri mereka sendiri setiap hari. Bisa pergi ngopi sama teman-temannya setiap malam, olahraga bareng setiap Jumat malam atau ngobrol setiap pulang kantor. Tapi perempuan? jarang punya waktu seperti ini. Biasanya sehabis ngantor, langsung pulang ke rumah karena harus mengerjakan pekerjaan rumah.

Kapan waktu terbaik yang bisa dimiliki perempuan? Banyak perempuan teman-teman saya mengatakan bahwa waktu terbaik buat perempuan itu di saat kita sendiri dan bisa melakukan sesuatu yang kita inginkan. Itulah ‘Me time’.

Ini adalah waktu dimana perempuan tidak mengurus banyak hal, karena setiap hari perempuan harus mengurus banyak hal. Mulai bangun pagi sampai tidur lagi. Sampai mereka lupa bahwa seharusnya ada waktu dimana kita bisa memikirkan diri sendiri, membuat sesuatu yang menyenangkan untuk diri sendiri, lalu merancang hidup yang membuat hidup lebih bahagia.

Kakak saya menghabiskan me time nya dengan pergi liburan bersama sahabatnya. Minggu lalu mereka jalan-jalan ke Serawak, Malaysia dan menelusuri sejarah- sejarah Melayu disana. Sebagai guru sejarah, ini pasti merupakan sesuatu yang menyenangkan, liburan sambil belajar, bareng sahabatnya pula berangkatnya. 5 hari mereka disana. Mereka menyusuri sejarah Malaysia, lalu setelah itu singgah sebentar ke Malaka. Liburan seperti ini membuat mereka fresh kembali.

Anak-anaknya? Suaminya yang mengurusnya. Me time seperti ini sangat baik bagi kesehatan jiwa, begitu katanya waktu itu. Maka liburan bersejarah seperti ini selalu ia rancang setiap tahun bersama sahabat-sahabantnya.

Tahun lalu dengan sahabatnya ini mereka juga pergi ke Jepang, hal yang dilakukannya sama yaitu liburan sejarah melihat tempat-tempat penting disana.

Teman saya yang lain, menghabiskan waktu me time nya dengan bertemu sahabat-sahabatnya seminggu sekali setiap hari Jumat sore sampai malam. Pulang kantor, mereka bertemu 3 jam untuk ngobrol, soal pekerjaan kantor, soal kehidupan sehari-hari. Sepertinya lunas kalau sudah bisa bercerita.

Saya yang bekerja sebagai penulis, banyak menghabiskan me time dengan menonton tv dan membaca buku. Murah dan bisa kita lakukan setiap saat. Ini bisa saya lakukan ketika saya tak ada jadwal untuk keluar kota, tak ada jadwal untuk membuat tulisan, tak ada jadwal untuk bertemu para klien. Maka yang saya lakukan yaitu bisa mengantar ibu pergi ke tempat teman-temannya atau membaca dan menonton film. Buat saya saat seperti ini biasanya menjadi waktu untuk mencari ide menulis.

Teman saya yang lain tidak punya banyak waktu karena mereka bekerja dan selalu pulang larut malam. Tapi untuk menjalin komitmen persahabatan, mereka akan bertemu setiap ulangtahun dan jika ada yang sakit. Perhatian inilah yang didapatkan antar sahabat, dan saat inilah mereka menggunakan waktu ini untuk me time.

Beberapa perempuan saya lihat juga melakukan hal yang sama. Tetangga saya setiap selesai mengantar anaknya sekolah juga punya sedikit waktu. Biasanya mereka bisa bertemu sebentar dengan teman-teman disana yang merupakan sesama orangtua anak dan mengobrol sebentar. Lalu setelah itu bisa pulang.

Dalam perspektif feminis, waktu untuk perempuan ini merupakan sebuah kebutuhan karena selama ini perempuan sibuk untuk mengurus kebutuhan orang lain. Di rumah, ia banyak sibuk untuk mengurus anaknya dan pekerjaan domestik. Setelah itu mereka lalu bekerja di publik. Sesampai di rumah kembali ia harus mengerjakan pekerjaan domestiknya lagi, sampai lupa jika ia harus mengurus dirinya sendiri. Maka me time adalah waktu bagi perempuan untuk mengurus dirinya sendiri, untuk melakukan sesuatu yang tak pernah dikerjakannya. Waktu untuk mengurus dirinya sendiri.

Karena, sangat jarang memang ada orang yang bertanya pada perempuan: apa kebutuhanmu? Apalagi ada orang yang bertanya: Kamu sudah punya waktu untuk me time belum minggu ini?

Perempuan, lebih baik kita mulai memikirkannya. Hal-hal kecil seperti membaca buku atau menonton film selama 2 jam seminggu bisa saja menjadi me time kita di waktu sekarang. Dengan me time, saya jadi punya banyak waktu untuk sharing dengan diri saya sendiri, punya energi banyak untuk berpikir banyak hal, punya waktu untuk mencintai diri kita sendiri.

Ayo, mulai merancang me time untuk diri sendiri, bisa jalan-jalan sendirian di dekat rumah kita, bersepeda pagi atau merancang ke luar kota sendirian. Jika bukan sekarang, kapan lagi?

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

*Ananda Riska, Penulis dan sedang berkampanye ‘Me Time’ untuk perempuan

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!