Dari Ibu, Aku Belajar Menjadi Perempuan Feminis dan Progresif



Aku tidak pernah bingung mencari perempuan untuk menjadi role model dalam hidupku. Perempuan itu adalah ibuku. Ia meninggalkan ayah yang berpoligami dan segera menyelamatkan hidup kami, anak-anaknya

*Luluk Istiarohmi- www.Konde.co

Hidup dengan keadaan keluarga yang kurang harmonis membuatku lebih dekat dalam mengenal sosok Ibu.

Seiring dengan perkembangan umurku yang makin dewasa, ibu tidak pernah sungkan untuk membagi ceritanya padaku.

Berawal dari rasa pilu yang selalu ia bagi, ketika ia harus merelakan kekasihnya yang membagi hati. Kekasih yang kumaksud ini adalah ayahku. Ya, ayahku memang berpoligami. Sungguh heran, terbuat dari apa kiranya hati ibuku ini. Keputusan untuk memberikan izin poligami pada ayahku tentu tidak terlepas dari berbagai pertimbangan yang telah dipikirannya secara matang-matang.

Sejak saat itu, kami hanya tinggal ber-3, aku, ibu, dan adik. Tak ada lagi ayah di rumah kami. Dengan segera mungkin ibu bangkit dari keterpurukan, menata ulang hidupnya, membangun lagi semangatnya.Ibu tahu yang harus ia lakukan dengan cepat, yaitu segera menyelamatkan kami semua dalam kondisi buruk ini.

Hari demi hari, ibu dedikasikan waktu dan tenaganya hanya untuk aku dan adikku. Baginya, perputaran dunia hanya untuk kebahagiaan anak-anaknya.

Ibu adalah sosok paling cerdas yang pernah ku temui. Pendidikannya memang hanya tamat pada bangku SMA, tetapi caranya dalam mendidik anak kurasa telah jauh melampaui guru terbaik yang pernah ada.

Ia selalu membebaskan anaknya dalam memilih jalan hidupnya. Ibu sadar betul bahwa anak-anaknya memiliki dunianya sendiri. Ia tidak pernah melontarkan tuntutan a,b, atau c dan memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya. Baginya, anak dapat menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Namun bukan berarti Ibu memberikan kebebasan penuh. Tentu tetap ada aturan-aturan bersama, sebagai ungkapan perhatiannya. Tetapi, tetap saja kendali ada di tangan anaknya.

Hal ini kerap kali aku bandingkan dengan teman-temanku yang mengeluh bahwa mereka terlalu banyak mendapat tuntutan, terutama dari orang tua. Ini membuatku bersyukur dapat mengenal sosok seperti Ibu.

Selain itu, ibu selalu dapat menjadi tempat berbagi cerita terbaik untuk anak-anaknya. Apapun itu, tentang cinta, karir, atau pendidikan. Ia tidak pernah memberikan judgement terhadap apa yang aku ceritakan padanya. Dan tak lupa, ibu juga tidak sungkan untuk menanyakan berbagai macam hal, seringkali merendahkan hatinya, dan ingin belajar dari anak-anaknya. Bahkan untuk keputusan besar dalam rumah tangga, ia kerap kali meminta saran dari anaknya. Menurutnya, opini seorang anak penting untuk didengar dan dipertimbangkan.

Saat ini, Ibu juga masih menjadi tulang punggung utama di keluarga. Ia selalu berusaha mencukupi apa yang menjadi kebutuhan dua buah hatinya ini.

Ibu adalah salah satu sosok perempuan yang mandiri dari segi ekonomi, segala aspek ia cukupi sendiri. Tidak pernah ia gantungkan urusan perutnya kepada orang lain, termasuk suaminya sendiri. Hal ini sekaligus meruntuhkan suara sumbang yang meragukan kemampuan perempuan di ranah publik.

Tidak lupa, ibu selalu berpesan kepada anak-anaknya untuk tetap menjadi perempuan independen, dan mandiri. Maksudnya, tidak terlalu bergantung pada orang lain, tidak terlalu bergantung kepada pasangan, dalam hal apapun. Termasuk dalam hal kebahagiaan. Ibu percaya bahwa anak-anaknya dapat menciptakan kebahagiaannya sendiri melalui jalan yang telah dipilih.

Aku tidak menyadari bahwa selama ini ibuku adalah seorang feminis, perempuan yang punya sikap, independen dan mandiri dalam berbagai hal. Nilai-nilai yang ia tanamkan pada anaknya, dan caranya mendidik membuat aku merasa menjadi manusia seutuhnya.

Sejak itulah aku tahu, bahwa role model feminis terbaik dalam hidupku adalah Ibuku sendiri.

*Luluk Istiarohmi, penyuka kucing yang selalu ingin mempelajari hal-hal baru, tertarik dengan ide-ide feminisme, dan bercita-cita menjadi seorang perempuan independen

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!