Jurnalis Perempuan Bicara Soal Kartini dan Hak Kesehatan Reproduksi di Media

Meera Malik- www.Konde.co

Kartini adalah salah satu perempuan Indonesia yang menuliskan pemikiran sekaligus perjuangannya melalui tulisan. Tulisan yang mengalir sampai jauh hingga kini ini, dibaca oleh berbagai kalangan tua dan muda sampai sekarang.

Kartini adalah penulis perempuan. 3 perjuangan Kartini tentang perempuan adalah: emansipasi perempuan, kemiskinan perempuan dan pendidikan perempuan.

Hidupnya kemudian mengalami pertentangan setelah ia menjadi selir Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Setelah hamil, Kartini meninggal diduga akibat proses melahirkan yang berat pada 17 September 1904. Kartini meninggalkan problem maternitas untuk perempuan.

Dan hingga kini, perempuan masih mengalami persoalan dalam memperjuangkan kesehatan reproduksi seperti yang dialami Kartini. Di media misalnya, isu kesehatan reproduksi setelah lebih dari 100 tahun kematian Kartini, belum dianggap sebagai sebuah isu penting.

Persoalan sulitnya minta cuti haid masih terus terjadi, belum semua perempuan mendapatkan cuti melahirkan 3 bulan, belum adanya tempat menyusui bagi jurnalis dan pekerja media, merupakan problem yang masih terus terjadi. Seorang reporter yang baru saja melahirkan, kadang tak diberikan waktu untuk menyusui selama 2 tahun karena harus melakukan liputan di lapangan dan tidak ada tempat menyusui yang memadai. Sedangkan jurnalis yang mengambil cuti haid diberikan stigma sebagai orang yang malas bekerja karena dianggap membebani pekerjaan pada orang lain ketika mereka cuti.

Berdasarkan penelitian Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia tahun 2011 di tujuh kota di Indonesia yakni Jakarta, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Medan, Pontianak, Jayapura, perhatian media terhadap peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI), juga masih kurang. Dari 135 responden, sebagian besar responden (59,79%) mengakui belum ada ketentuan terkait dukungan pemberian ASI.

Selain itu AJI juga mendapatkan data bahwa terdapat 21 media yang disurvey yakni Tempo, Gatra, Kompas, Media Indonesia, Metro TV, TV One, KBR68H, Elshinta, SCTV, Detik.com, Trans TV, Trans 7, Republika, RCTI, Indosiar, Antara, Jakarta Post, Vivanews, TVRI, RRI, MNC TV. Hasil survey menunjukkan dari 21 media, hanya 5 media yang memenuhi kriteria yakni Media Indonesia, Metro TV, TV One, Trans TV, Kompas, Media Indonesia. Ini menunjukkan perusahaan media belum sepenuhnya memberikan dukungan kepada jurnalis perempuan, pada khususnya, terkait menyusui.

Walaupun itu merupakan data 9 tahun lalu, namun kondisi ini hingga sekarang masih relevan. Organisasi perburuhan yang tergabung dalam Aliansi Stop Kekerasan dan Pelecehan di Dunia Kerja hingga sekarang masih memperjuangkan Konvensi International Labour Organization atau ILO 183 tentang maternitas yang masih diperjuangkan dan belum diratifikasi pemerintah selama 6 tahun ini.

Padahal Konvensi ILO ini akan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap pekerja perempuan. Misalnya, hak cuti melahirkan pekerja perempuan minimal 14 pekan. Bandingkan, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hanya memberi cuti melahirkan selama 12 pekan. Di kalangan buruh umumnya, perempuan yang mengambil cuti haid harus menggunakan surat sakit, bahkan ada yang harus membuka celanannya untuk diperiksa, untuk membuktikan bahwa ia benar-benar sedang haid.

Tantangan lain di kalangan jurnalis adalah bagaimana menuliskan isu kesehatan reproduksi yang juga belum menempati posisi penting di media dibandingkan isu lainnya.

Atas dasar ini, Konde.co ingin melakukan diskusi melalui twitter tentang bagaimana cara jurnalis berbicara di media dan memperjuangkan kesehatan reproduksi pekerjanya di media? Apa langkah-langkah taktis yang diambil jurnalis untuk bicara dan menuliskan soal ini di tempatnya bekerja? Acara diskusi ini akan dilaksanakan pada:

Waktu & Tanggal: Selasa, 21 April 2020

Jam: 19.00 WIB

Medium: Twitter @Kondedotco

Pembicara:

1. Nur Aini/ Jurnalis Republika/ Pengurus Serikat SINDIKASI

2. Nurul Nur Azizah/ Redaktur Kumparan.com/ Korrdinator Divisi Gender dan Kelompok Marjinal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta

Moderator: Tika Adriana/ Managing Editor www.Konde.co

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!