Kartono Mohamad, Dokter Pejuang Kesehatan Reproduksi Perempuan Telah Tiada

Dalam kenangan sejumlah aktivis perempuan, Kartono Mohamad merupakan orang yang selalu memperjuangkan kesehatan reproduksi perempuan. Tak hanya pada perempuan, Kartono juga memperjuangkan kesehatan reproduksi seksual bagi semua kalangan. Hal-hal yang tak banyak dibicarakan orang di kala itu, tapi Pak Kartono sudah melakukannya

*Luviana- www.Konde.co

Di tangan Kartono Mohamad, persoalan kesehatan perempuan kemudian menjadi persoalan kesehatan yang dianggap penting oleh banyak orang.

Maka tak heran jika laman sosial media aktivis perempuan dibanjiri ucapan duka atas meninggalnya Kartono Mohamad. Dokter kelahiran Batang, Jawa Tengah 13 Juli 1939 meninggal pada 28 April 2020 dalam usianya yang ke 81 tahun.

Dalam sebuah diskusi yang ditulis Kompas.com 28 Agustus 2008, ketika persoalan aborsi menjadi kontroversi di kala itu, Kartono kemudian mengingatkan semua orang, bahwa kehamilan termasuk keputusan aborsi merupakan urusan perempuan. Bagaimana jika yang melakukan aborsi adalah korban perkosaan? Biarkan perempuan yang memilih karena itu merupakan rahim perempuan

Kartono yang merupakan kakak dari penulis dan tokoh pers, Goenawan Mohamad, juga menulis secara tajam persoalan kesehatan perempuan. Kompas pernah menuliskan Kartono Mohamad sebagai dokter yang mempunyai pemikiran luas dan tajam, ini juga terlihat dari tulisan-tulisannya.

Isi tulisannya seperti ditulis Kompas, banyak menyangkut persoalan kesehatan dalam arti luas. Selain persoalan kebijakan kesehatan, pelayanan kesehatan, medis, dan obat-obatan, profesi dokter, etika kedokteran dan layanan rumah sakit juga diulasnya. Kartono mampu menjelaskan kepada pembaca tentang duduk persoalan dari suatu peristiwa secara jernih. Persoalan yang rumit, bisa dipaparkan secara sederhana sehingga mudah dimengerti pembaca

Evie Permatasari, salah satu aktivis perempuan sudah lama mengenal Kartono Mohamad sebagai pejuang kesehatan reproduksi perempuan. Tulisan-tulisan Kartono sangat jelas keberpihakannya pada perempuan.

“Terakhir bertemu Pak Kartono ketika sama-sama bekerja di isu pengendalian tembakau. Pak Kartono selalu berjuang untuk perempuan, tak pernah pelit ilmu. Pak Kartono juga konsentrasi pada isu kampanye merokok yang tidak baik bagi kesehatan perempuan,” kata Evie Permatasari kepada Konde.co pada 28 April 2020

Orang kadang hanya memanggilnya: Pak KM atau Dokter KM, dari kependekan namanya: Kartono Mohamad. Bagi banyak orang yang mengenalnya, Pak KM merupakan teman diskusi yang menyenangkan, hal yang sulit jika dibicarakan dengan pak KM menjadi mudah, ini terlihat dari komentar dalam ucapan duka para aktivis di sosial media

Pada ulangtahun Kartono Muhammad beberapa tahun lalu, Evie sempat datang ke rumahnya, ketika itu Pak Kartono sudah mulai sakit, kondisi kesehatannya ternyata terus menurun. Ia berada di kursi rodanya pasca menderita stroke.

Dengan meninggalnya pak Kartono, Evie Permatasari berharap tulisan-tulisan tentang isu kesehatan perempuan menjadi sangat penting untuk diterbitkan kembali sebagai pengingat pemikiran dan perjuangan pak Kartono.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melalui Direktur Eksekutifnya, Eko Maryadi menyatakan sangat berduka atas meninggalnya Kartono Mohamad. Di PKBI, Kartono Mohamad pernah menjadi Ketua Umum pada periode 1990-1994 dan 1994-1997, dan selanjutnya menjadi Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia/ IDI periode 1985-1988.

“Pak Ton adalah figur ahli kesehatan yang paripurna. Selain sebagai seorang dokter ahli bedah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, almarhum juga dokter militer (Mayor) Angkatan Laut, ahli manajemen kesehatan, jurnalis dan penulis, dan pernah jadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari Utusan Golongan di tahun 1987-1992. Sebagai dokter dan ahli kesehatan masyarakat, dokter KM dikenal rajin menulis di berbagai media,” kata Eko Maryadi pada Konde.co, 28 April 2020

PKBI mencatat, Dokter Kartono Mohamad dikenal kritis terhadap kebijakan kesehatan pemerintah di masa Orde Baru, terutama dalam hal manajemen dan dalam persaingan antara rumah sakit swasta dengan rumah sakit pemerintah.

Kritik lain almarhum ialah soal produksi dan harga obat yang tidak bisa diatur oleh pemerintah, tapi diserahkan kepada mekanisme pasar, sehingga tidak semua jenis obat terjangkau oleh masyarakat miskin.

Ketika menjadi Ketua di PKBI, Kartono Mohamad gencar mempromosikan pendidikan bagi orangtua agar menjadi orangtua yang yang sadar akan kesehatan reproduksi. Selain itu Pak KM juga mengkampanyekan layanan kesehatan reproduksi seksual bagi semua kalangan, bukan hanya kepada perempuan.

“PKBI kehilangan tokoh dan ahli kesehatan yang masyarakat yang progresif dan berwawasan luas,” pungkas Eko Maryadi

*Luviana, setelah menjadi jurnalis di media mainstream selama 20 tahun, kini menjadi chief editor www.Konde.co dan menjadi dosen pengajar ilmu komunikasi di sejumlah universitas di Jakarta. Pedagoginya dalam penulisan isu media, perempuan dan minoritas

(Foto: Facebook)

Referensi:

https://surabaya.kompas.com/read/2008/08/28/17522234/aturan.soal.aborsi.harus.akomodasi.hak.perempuan

https://nasional.kompas.com/read/2009/06/25/05371343/kartono.muhammad.tak.lelah.berteriak

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!