Survei di 52 Negara: Ketidaksetaraan Gender di Media Meningkat di Masa Pandemi

Lebih dari setengah jurnalis perempuan di 52 negara telah mengalami ketidaksetaraan gender karena COVID-19. Ini merupakan hasil survei baru yang dilakukan oleh International Federation of Jurnalist (IFJ) pada 500 jurnalis perempuan di 52 negara

Tim Konde.co

Survei IFJ tentang dampak Covid-19 pada jurnalis perempuan ini dilakukan antara 19 -30 Juni 2020.

Dari pernyataan pers yang diterima Konde.co, IFJ menyerukan kepada industri media, organisasi dan serikat pekerja untuk menjadikan kesetaraan gender sebagai prioritas terutama selama pandemi dan menuntut langkah konkret memberikan kondisi kerja yang layak kepada pekerja media perempuan.

Hasil survei mengungkapkan, lebih dari setengah responden mengalami peningkatan ketidaksetaraan gender dalam industri media, dengan konsekuensi yang bisa menghancurkan pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka (62%), bisa menghancurkan tanggung jawab kerja mereka (46%) dan berdampak pada gaji (27%).

Survei terhadap 558 jurnalis perempuan ini di antaranya mendapatkan data bahwa sebanyak 66% adalah anggota serikat pekerja. Lebih dari responden mendapatkan tingkat stres mereka yang meningkat, setengah dari mereka menyatakan ada beberapa tugas yang menjadi penyebab utama mereka stress.

Lebih dari setengah responden mengatakan kesehatan mereka telah terpengaruh yang mengakibatkan mereka bermasalah dalam tidur.

Hanya 4 dari 10 jurnalis perempuan yang mengaku menerima peralatan pelindung kesehatan Covid-19 dari perusahaan.

Lebih dari separuh responden menyatakan serikat pekerja mereka belum mengembangkan strategi khusus untuk mengatasi ketidaksetaraan gender selama pandemi; 60% mengatakan industri media tempat mereka bekerja telah menyediakan beberapa bentuk protokol Covid seperti melakukan kerja secara online.

Sepertiga responden menyatakan mereka bekerja terutama dari rumah dan sepertiga lainnya bekerja di kantor dan 15% bekerja di lapangan

Responden menyataan berbagai alasan sebagai penyebab stress termasuk bekerja dalam isolasi selama pandemi, intimidasi dari atasan, persoalan keluarga, membagi waktu untuk bekerja dan mengurus sekolah anak di rumah, meningkatnya beban kerja dan tenggat waktu yang ketat, jam kerja yang panjang, dampak psikologis karena Covid dan stress akibat takut kehilangan pekerjaan.

Seorang jurnalis dari Indonesia mengatakan sangat takut kehilangan pekerjaannya.

“Beberapa media telah menutup atau tidak lagi mempekerjakan kontributor mereka dan mengurangi gaji tingkat menengah-atas mereka. Saya khawatir kantor saya akan tutup juga. Saya juga stress dengan koneksi internet dan mengerjakan banyak pekerjaan di depan laptop sepanjang hari atau sampai malam. ”

“Di setiap pasangan heteroseksual, saya tahu perempuan akan menanggung beban terbesar dari situasi ini,” kata seorang jurnalis dari Spanyol.

“Perempuan bekerja dari rumah, melakukan pengasuhan anak dan mendidik anak-anak di samping pekerjaan mereka. Beberapa mengurangi waktu berjam-jam untuk mengatasi hal ini, yang lain harus mengambil risiko kesehatan orang tua mereka yang rentan untuk pengasuhan anak, alih-alih sang ayah akan membantu mengambil tugas-tugas ini. “

Responden kemudian membuat rekomendasi konkret untuk meningkatkan protokol pekerjaan secara online seperti seharusnya perusahaan media menyediakan peralatan kerja yang memadai termasuk bandwidth yang memadai, menentukan jam kerja dan istirahat, dan memahami kenyataan bekerja dari rumah sambil merawat anak-anak bagi jurnalis perempuan

Mereka juga menunjukkan dampak negatif dari pemotongan dana media. Responden mengecam perusahaan yang hanya mau fokus pada laba dan persaingan dan tidak mengubah prioritas media pada pekerjanya

“Berjuang untuk kesetaraan gender harus ditangani sebagai prioritas. Keseimbangan antara waktu pribadi dan jam kerja harus dinyatakan dengan jelas. Kesetaraan upah harus dianggap ‘normal’ yang baru,” kata seorang fotografer dari Swiss.

Koordinator Dewan Gender IFJ, Maria Angeles Samperio mengatakan bahwa media dan serikat pekerja harus berbuat lebih banyak untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dan memperhitungkan pekerjaan dan kehidupan pribadi di masa-masa yang bergejolak ini.

“Mereka harus mendengar panggilan dari perempuan yang telah bekerja dan stress selama COVID-19 dan menanggapinya. Sudah waktunya untuk membuat kebijakan teleworking yang tepat, memastikan dukungan diberikan kepada perempuan sebagai karier keluarga dan memberikan pekerjaan yang layak dan upah yang sama.”

Sekretaris Jenderal IFJ Anthony Bellanger mengatakan, “kami meminta afiliasi kami untuk menempatkan kesetaraan gender di atas agenda mereka dan merefleksikan cara terbaik mereka agar dapat mendukung afiliasi perempuan mereka. Dukungan tersebut termasuk menyediakan data tentang perempuan dalam profesi, mengarusutamakan gender dalam semua kegiatan, menawarkan pelatihan, menempatkan perempuan dalam peran utama dalam struktur serikat pekerja sendiri, membentuk komite perempuan dan kebijakan gender dan menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik untuk perempuan dengan manajer di media. Sangat mendesak untuk mengubah narasi untuk gender pada normal baru ini.”

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!