Mikha Tambayong, Menjadi Founder Sisters Untuk Membantu Pendidikan dan Kesehatan Perempuan

Mikha Tambayong adalah artis yang oleh UN Women dan ANGIN dipilih sebagai 1 dari 20 perempuan Womens Leader in Gender Lens Investing 2020 atau perempuan yang membangun investasi berbasis gender 2020. Sejak Maret 2020, Mikha Tambayong mendirikan kantor pengacara dan “Sister & Co. Advocacy” untuk mendukung kesehatan dan pendidikan perempuan

Dalam webinar yang digelar pada 23 November 2020 oleh UN Women dan ANGIN, Mikha Tambayong bercerita bahwa dirinya sudah 12 tahun berkecimpung di dunia hiburan ketika itu usianya masih 12 tahun. Selain menjadi aktris, Mikha kemudian juga menyanyi. Dari perjalanan karirnya ini, ia kemudian banyak belajar soal bisnis karena dunianya yang dekat sekali dengan aktivitas ini

Baru-baru ini Mikha memulai di dunia bisnis, dunia usaha yang dimulainya sekitar setahun lalu di tahun 2019. Dalam waktu 1 tahun Mikha sudah mempunyai 3 usaha yang dikelola dan diberi nama “Sisters. Awalnya Sisters, lalu Sisters Enterprise dan kemudian Sisters&Co. Advocacy. Tambahan Advocacy di belakang sisters ini merupakan keinginan Mikha Tambayong yang ingin melakukan supportnya pada perempuan.

“Saya memulai usaha dengan 2 saudara sepupu perempuan karena kami senang sekali untuk melakukan perawatan kecantikan, jadi saya senang sekali dan kami bersepakat untuk mulai usaha di bidang ini.”

Ini bermula di tempat yang kecil, Mikha dan dua sepupunya kemudian menyewa ruko karena usaha di bidang kecantikan ini, dan mereka kemudian memperluasnya lagi pada Februari 2020.

“Dan sekarang usaha kami lebih besar dan kini kami memiliki sendiri tempat dan sudah tidak menyewa lagi dan bisa memperluas pelayanan kami. Lalu kami juga mulai menjual berbagai aksesoris dan pada bulan September 2020.”

Mikha bersama timnya kemudian juga mendirikan perusahaan yang disebut “Sisters Enterprise” yang merupakan talent management.

Kemudian mereka melanjutkan usaha berikutnya yaitu “Sisters& Co. Advocacy” sebuah kantor pengacara yang juga akan membantu advokasi kesehatan dan pendidikan perempuan

“Dan ini sudah ada dibenak saya sejak lama. Karena latar belakang pendidikan saya fakultas hukum tahun 2017, saya ingin sekali menjadi pengacara, tapi dari pengalaman saya ketika magang di perusahaan lawyers selama 4 bulan, saya sadar bahwa saya tidak cocok bekerja di dalam kantor dengan jam kerja yang biasanya, karena saya terbiasa keluar ruangan dan bertemu dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda dan bagi saya agak sulit jika terperangkap didalam kantor.”

Mikha Tambayong lulusan Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH) dan sedang mengambil program Master bisnis di universitas yang sama 

Sister& Co. Advocacy ini kemudian diluncurkan pada peringatan Hari Perempuan Sedunia, 8 Maret 2020.

“Dan disini karena sesuai dengan pendidikan saya, saya ingin usaha ini bukan hanya usaha law firm pada umumnya tetapi saya lebih senang perusahaan ini sifatnya lebih dinamis dan stafnya tidak perlu terperangkap atau bekerja di dalam satu ruangan saja, kita bisa bekerja darimana saja, bisa bekerja dari rumah atau darimanapun kita tidak perlu setiap hari datang ke satu ruangan kantor tertentu. Kami menetapkan sistem kerja yang dinamis dan interaktif.”

Dengan ini Mikha kemudian segera meluncurkan divisi sosial untuk memberikan advokasi kepada kesehatan dan pendidikan perempuan dari pandangan saya berkecimpung di dunia usaha

“Saya sadar bahwa dalam kurun waktu yang singkat penting sekali bagi perempuan menciptakan ekosistem yang membantu para perempuan lain. Ekosistem yang memberikan pelatihan-pelatihan, dukungan-dukungan dari berbagai perusahaan yang sama dimana mereka memberikan bantuan edukasi dengan mengembangkan kapasitas. Mentorship kepada perempuan sehingga membuka wawasan mereka memberikan ilmu baru.”

Bagi Mikha membuka usaha sendiri tak mudah. Ia harus jatuh bangun apalagi di masa pandemi seperti ini yang dituntut untuk bekerja secara fleksibel

“Di masa-masa awal saya membuka wirausaha ini, saya belajar banyak. Waktu tidak menunggu siapapun waktu dan untuk siapapun. Jika anda ingin memulai usaha jangan menunda, bagi saya butuh waktu namun perempuan adalah pihak yang multitasking, punya banyak kemampuan.”

Usaha ini membuat Mikha ingin kolega-koleganya di bidang hukum yang terdiri dari perempuan menunjukan bahwa mereka bisa melakukan yang sama seperti laki-laki

“Walaupun memang tidak mudah, ini sulit sekali dan apalagi kita sudah mulai ekspansi dan banyak sekali tenaga dan waktu yang dicurahkan dalam ekspansi. Jadi bagi kami, ini tidak mudah. Tapi yang saya belajar dari hal ini memang pemasukan bulanan kami menurun dibandingkan sebelum covid karena ada larangan dari pemerintah setempat untuk tidak banyak berada di luaran, padahal kita harus melakukan kunjungan atau layanan ke rumah pelanggan. Jadi sebenarnya dengan adanya pandemi ini, kami dituntut untuk lebih fleksibel siapa yang menyangka kita mengalami lockdown atau PSBB, kita disarankan tidak keluar rumah. Jadi memang ini memberikan dampak yang besar pada usaha kami dan meskipun tidak berjalan sesuai harapan kami. Kami harus fleksibel. Dan usaha kami sudah mulai berjalan kembali karena beberapa bulan sempat tutup dan kami pelan-pelan memulai kegiatan seperti semula. Kuncinya menurut saya kita harus tetap fleksibel di masa pandemi ini,” ujar Mikha Tambayong

Gender Lens Investing oleh UN Women dan ANGIN ini adalah kampanye yang ingin melihat bagaimana analisa gender digunakan dalam analisa keuangan agar kita bisa mendapatkan keputusan yang lebih baik dan analisa gender ini bisa dilakukan dengan berbagai cara contoh, misalnya bagaimana analisa gender bisa dilibatkan ketika kita menganalisa tentang proses ekonomi dan juga bagaimana kita berbicara tentang akses modal para pihak-pihak yang membutuhkan akses-akses ini dan bagaimana kita bisa membantu layanan produk yang bisa memberikan manfaat dari sisi perempuan

(Foto: Wikifamouspeople)

Osi NF

Designer grafis. Menyukai hal-hal baru dan belajar di media online sebagai tantangan awal. Aktif di salah satu lembaga yang mengusung isu kemanusiaan
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!