2 Film Natal Kisah Personal Perempuan Yang Bisa Menemanimu Di Masa Pandemi

Natal tahun ini pasti menjadi Natal yang berbeda bagi banyak orang di dunia. Tak bisa ketemu keluarga, hanya bisa di rumah karena pandemi. Di momen Natal yang sulit ini, ada 2 film Natal lama yang bisa kamu tonton untuk ‘merayakan’ Natalmu di masa pandemi

Dua film ini merupakan film lama yang bisa mengguncang hatimu, yang mengisahkan tentang cerita personal para perempuan, tentang bagaimana para perempuan yang hidup sendiri, berjuang dan selalu berefleksi dengan hidupnya. Film-film ini cocok kamu tonton sebagai sharing personalmu:

1. Film While You Were Sleeping (1995)

While You Were Sleeping adalah film Natal lama yang diputardi tahun 1995. While You Were Sleeping bercerita tentang perempuan muda bernama Lucy (Sandra Bullock) yang hidup lajang. Momen penting dalam hidupnya hanya bekerja, dari apartemennya bolak-balik ke tempat kerjanya. Ketika Natalpun, ia selalu sendiri, bekerja sampai malam, lalu pulang dan sendirian.

Sejak keluarganya tidak ada, ia selalu merayakan Natal dengan bekerja sampai larut, lalu pulang dan merayakan Natal sendirian di apartemen tempat tinggalnya.

Sehari-hari Lucy bekerja sebagai petugas tiket kereta api. Ketika bekerja itulah, Lucy tertarik pada seorang laki-laki yang tiap hari naik kereta,  Peter.

Menjelang Natal, Peter jatuh dari kereta dan ada yang mau mencopetnya. Lucy menolong Peter yang tidak sadarkan diri dan membawanya ke rumah sakit dan mengurusnya, hingga ia bertemu keluarga Peter. Lucy menjadi tak kesepian karena seperti mendapatkan keluarga baru yang hangat, hingga akhirnya Lucy jatuh cinta pada adik Peter, Jack (Bill Pullman) dan seperti mendapatkan keluarga baru.

Film komedi romantis ini cocok ditonton di saat Natal, dimana ternyata ada banyak kegembiraan yang tak kita duga ada di sekitar kita

2.Film “Last Christmas” (2019)

Mengalami depresi, sakit dan pengalaman hidup yang tak menyenangkan, tampaknya tidak ada yang cocok untuk Kate (Emilia Clarke), perempuan muda warga London yang frustrasi yang bekerja sebagai peri di sebuah toko Natal.

Natal lalu, Kate juga harus menjalani transplantasi jantung. Hidupnya menjadi rumit karena ini.

Sebelum sakit, Kate dikenal sebagai perempuan yang selalu bersemangat dan menyenangkan. Dia bekerja keras dan bercita-cita untuk menjadi penyanyi. Tetapi setelah operasi, sesuatu berubah. Semua orang terus memberi tahu Kate bahwa dia beruntung masih hidup, tetapi Kate tidak merasa hidup lagi setelah sakit.

Ia mengalami titik terendah dalam hidupnya. “Last Christmas” adalah gambaran bagaimana seorang perempuan muda yang hidupnya mulai berubah, dari terpuruk, hingga Kate mulai sadar dan bingung bagaimana mengatasi hidupnya.

Film “Last Christmas” berkisah tentang Kate perempuan dalam mengatasi depresi, di titik nol hidupnya ia melakukan banyak hal yang menyebabkan semua yang ada di dekatnya jengkel.

Walau semua segera berubah menjadi lebih baik ketika menjelang Natal, dia bertemu Tom (Henry Golding), laki-laki yang kemudian membantunya menemukan hidupnya yang menyenangkan. Kate selalu merasa yakin bahwa ada hadiah Natal indah yang tak boleh dilewatkannya.

New York Post menulis bahwa “Last Christmas” merupakan film yang manis tentang bagaimana Kate yang berjuang dengan depresi sekaligus membenci diri sendiri, lalu belajar bagaimana menyembuhkan hatinya.

Film ini merupakan film yang direkomendasikan ditonton di saat Natal. Ini merupakan film komedi romantis keluaran Universal Pictures yang disutradarai Paul Freig dan ditulis oleh Bryony Kimmings, Emma Thompson dan Greg Wise. Film ini berdasarkan lagu yang terinspirasi dari lagu The Last Christmas yang dinyanyikan George Michael.

Universal Pictures merilis film ini pada 8 November 2019 di Amerika Serikat

(Foto: Wikipedia)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!