Aktris Perempuan Thailand Diperiksa Polisi Karena Dukung Gerakan Pro-Demokrasi

Pasca melakukan penggalangan dana terhadap para aktivis pro-demokrasi di Thailand menuntut perubahan disana, aktris Thailand Inthira Charoenpura diperiksa polisi dan dituduh mencemarkan nama baik.

Inthira Charoenpura, seorang aktris paling populer di Thailand, Senin (21/12/ 2020), menjawab panggilan polisi. Ia dituduh mencemarkan nama baik keluarga kerajaan, kasus yang menurut pengamat Hak Asasi Manusia (HAM) belum pernah terjadi selama ini di Thailand.

Inthira Charoenpura, yang dikenal luas dengan julukannya “Sai”, tiba di sebuah kantor polisi Bangkok bersama beberapa pemimpin utama gerakan pro-demokrasi, yang juga dipanggil dengan tuduhan serupa.

Sekelompok kecil pendukung mereka menyambut sambil melangsungkan aksi protes

“Jika saya bisa mendapatkan dakwaan ini, maka siapa pun bisa mendapatkannya,” kata perempuan 39 tahun itu dari sebuah panggung di depan kantor polisi.

“Jika anda berjalan tanpa menunjukkan rasa hormat, seseorang tersenyum kepada anda dan anda membalasnya, atau anda mengenakan kemeja yang tidak bagus, anda semua bisa mendapatkan tuntutan seperti ini,” katanya.

Pernyataannya tersebut ditujukan untuk mengolok-ngolok tuduhan yang dijatuhkan kepadanya.

Thailand memiliki undang-undang ketat yang melarang kritik terhadap raja, ratu, dan keluraga mereka. Siapa pun yang melanggar undang-undang yang dikenal dengan sebutan lese majeste ini dapat dikenai hukuman penjara maksimal 15 tahun.

Inthira selama ini secara terbuka mendukung gerakan pro-demokrasi yang menuntut reformasi monarki di Thailand sebagai salah satu dari tiga tuntutan intinya. Ia menyatakan membantu penggalangan dana bersama para fans K-Pop disana untuk gerakan pro-demokrasi.

Namun aktris yang pernah berperan sebagai putri pejuang dalam film epik tentang raja Thailand ini tidak pernah berpidato di depan umum dalam banyak aksi unjuk rasa yang telah menaikkan suhu politik Thailand sejak Juli 2020

Ketika berjalan ke kantor polisi, ia mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa ia tidak mengerti mengapa ia didakwa seperti ini.

Sunai Phasuk dari Human Rights Watch yang berbasis di New York mengatakan tampaknya Inthira dituduh sebagai bagian dari gerakan protes itu, dan menyebut kasus itu sebagai preseden yang sangat mengganggu.

“Batasannya ditetapkan sangat rendah sekarang dan tidak ada seorang pun yang dapat dianggap aman lagi untuk keterlibatan sekecil apa pun dalam protes pro-demokrasi,” katanya.

Otoritas Thailand baru-baru ini kembali memberlakukan lese majeste setelah berhenti menggunakannya selama tiga tahun. Lebih dari 30 orang telah didakwa dalam beberapa pekan terakhir dalam apa yang tampaknya strategi agresif untuk mengintimidasi gerakan protes. [ab/ka]

(Sumber: Voice of America)

(Foto: facebook)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!