Yang Perlu Kamu Tahu: Apakah itu Konferensi Perempuan Sedunia?

Konferensi Perempuan Sedunia Beijing Platform for Action (BPFA) atau Deklarasi dan Platform Aksi Beijing 1995 adalah sebuah konferensi perempuan sedunia yang diselenggarakan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Konferensi ini diselenggarakan untuk membangun persamaan dan perdamaian terhadap perempuan di seluruh dunia

Konferensi ini diselenggarakan karena keprihatinan terhadap persoalan-persoalan perempuan yang mengemuka di seluruh dunia.

Berikut sejumlah informasi tentang Konferensi Perempuan sedunia Beijing Platform for Action (BPFA) yang perlu kamu tahu:

1.Bagaimana sejarah konferensi perempuan sedunia ini?

Keprihatinan para perempuan di seluruh dunia atas persoalan-persoalan yang menimpa perempuan membuat para perempuan, para aktivis kemudian berkumpul untuk membicarakan persoalan dan mencari solusinya:

1975 di Mexico City menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Perempuan Sedunia pertama kali yang dihadiri 133 negara. Konferensi ini menghasilkan rencana aksi dunia atau World Plan of Action untuk Implementasi Tujuan Hari Perempuan Sedunia. Konferensi ini menawarkan serangkaian pedoman untuk kemajuan perempuan hingga 1985.

1980 di Copenhagen menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Perempuan Sedunia kedua dihadiri 145 negara. Konferensi ini membahas pencapaian-pencapaian dari rencana aksi yang ditetapkan pada konferensi pertama. Pada konferensi ini, area yang menjadi fokus adalah dunia kerja, kesehatan dan pendidikan. Selain itu, terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memastikan perlindungan hak-hak perempuan, khususnya tentang kepemilikan dan kontrol perempuan terhadap properti, perlindungan terhadap hak waris, penjagaan anak dan kewarganegaraan.

• Konferensi Perempuan Sedunia ketiga terjadi di Nairobi pada 1985 dan dihadiri 157 negara. Konferensi ini bertujuan untuk mengatasi segala hambatan dalam mencapai upaya perlindungan terhadap hak-hak perempuan selama satu dekade. Selain itu konferensi ini menyepakati tentang langkah-langkah yang perlu ditempuh negara di tingkat nasional untuk mempromosikan keterlibatan perempuan dalam upaya perdamaian dan pembangunan.

Paska tiga Konferensi Perempuan tahun 1975, 1980 dan 1985, maka diselenggarakan Konferensi Perempuan Sedunia keempat pada 1995 di Beijing. Konferensi ini menjadi titik balik upaya mencapai kesetaraan gender secara global.

Di Konferensi inilah disepakati Deklarasi dan Platform Aksi Beijing atau Beijing Platform for Action (BPFA) 1995. BPFA diadopsi oleh 189 negara termasuk Indonesia. Dalam konferensi ini, dihasilkan Deklarasi dan Platform Aksi Bejing atau yang dikenal juga dengan BPFA.

Selain itu, saat konferensi juga terdapat pernyataan Beverley Palesa Ditsi, perempuan lesbian dari Afrika Selatan yang secara terbuka pertama kali membuat pernyataan di Konferensi Perempuan Beijing tentang pentingnya menyertakan hak-hak lesbian dalam diskusi tentang pemberdayaan perempuan. Ini adalah pertama kalinya PBB “disentil” untuk mempertimbangkan hak lesbian sebagai bagian dari perlindungan hak asasi perempuan.

Dalam pidatonya, Ditsi mengatakan bahwa konferensi tentang perempuan berarti juga membahas masalah-masalah perempuan yang bukan heteroseksual. Maka, diskriminasi berdasarkan orientasi seksual adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia.

2. Siapa saja yang bisa hadir dalam konferensi?

Yang hadir dalam konferensi ini adalah negara-negara di dunia yang menjadi anggota PBB.

3. Apakah konferensi masih berlangsung hingga sekarang? 

Konferensi ini selanjutnya dilakukan setiap 5 tahun sekali. Maka sejak tahun 1995 hingga tahun 2020, konferensi sudah dilakukan selama 5 kali. Jika dulu disebut Konferensi BPFA, saat ini di tahun kelimanya disebut Konferensi BPFA+25.

Dalam setiap konferensi pemerintah setiap negara anggota PBB kemudian melaporkan apa kemajuan dan kemunduran yang terjadi pada perempuan di negara mereka.

Dan organisasi masyarakat sipil sebagai wakil dari masyarakat kemudian juga membuat laporan soal kondisi perempuan yang merupakan bagian dari warga negara.

3. Apa saja Isi Konferensi Perempuan Beijing?

Konferensi yang bertema: persamaan, pembangunan, perdamaian ini telah menghasilkan sejumlah rekomendasi yang harus dilaksanakan oleh negara-negara anggota PBB dalam upaya meningkatkan akses dan kontrol kaum perempuan atas sumber daya ekonomi, politik, sosial dan budaya. Seluruh rekomendasi dan hasil konperensi tertuang dalam Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi.

4. Mengapa Indonesia Ikut dalam Konferensi?

Mengapa Indonesia ikut dalam konferensi tersebut? Indonesia, sebagai negara anggota PBB ikut berpartisipasi dalam Konferensi tersebut dan tentu saja mempunyai kewajiban moral melaksanakan Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi tersebut.

Kewajiban itu dibebankan kepada berbagai pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat/Organisasi non-pemerintah, kelompok perempuan, pelaku pendidikan, media massa, pihak swasta dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.

(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)

Sumber: http://www.lbh-apik.or.id/penyelesaian-67-seri-25-12-bidang-kritis-sasaran-strategis-landasan-aksi-hasil-konferensi-beijing.html

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!