3 Film Tentang Transgender Yang Wajib Kamu Tonton

Banyak film tentang transgender yang bermunculan sepanjang 5 tahun ini. Dalam film-film ini terdapat diskursus yang layak dipelajari.

Dengan banyaknya film transgender yang makin bermunculan, gerakan transgender dengan sendirinya menjadi hal yang banyak diperbincangkan dalam forum formal maupun informal.

Film sendiri menjadi sebuah tuntunan sekaligus tontonan bagaimana memahami transgender melalui media visual. Melalui film masyarakat bisa mengetahui bagaimana kehidupan transgender itu dalam bingkai yang lebih dekat dengan keluarga, lingkungan dan secara emosi lebih menyentuh, sekaligus memberikan pendidikan tentang seksualitas

Beberapa film ini cukup representatif punya nilai kemanusiaan yang kuat tentang transgender:

1.The Danish Girl 

Film “The Danish Girl” yang diproduksi di tahun 2015, diambil dari kisah nyata seorang transgender pertama di dunia Einar Wegener, yang mengubah namanya menjadi Lili Elbe. Digarap dengan tema dan suasana tahun 1920-an

Film ini mengisahkan sepasang suami istri – Gerda Wegener (Alicia Vikander) dan Einar Wegener (Eddie Redmayne) yang begitu serasi dan hidup berdua.

Einar Wegener adalah suami yang hidup bahagia bersama istrinya. Namun tiba-tiba, suatu hari dalam perkawinan mereka, ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang transgender. Ia kemudian mengubah namanya menjadi Lily Elbe. Sejak itu mengalami pergulatan batin yang cukup dalam. Apalagi ketika di awal, ketika tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya transpuan, ia mengalami pergolakan hebat dalam hatinya. Ia sempat menolak dirinya, ia malu terhadap dirinya, dan menganggap dirinya bersalah apalagi terhadap istrinya

Hal yang paling membuatnya harus berjuang menghadapi penerimaan dirinya sebagai transpuan adalah memberi pemahaman mendalam pada istrinya, Gelda Wegener bahwa ia akan menjalani hidupnya sebagai perempuan.

Dengan penuh air mata dan penerimaan yang berat, sang istri rela melepas Lily Elbe yang dulu menjadi pasangannya, kini menjadi sahabat, menjadi saudara perempuannya.

Nilai keperempuanan dalam film ini dapat diambil dari sudut pandang bagaimana seorang mantan istri dapat menerima sepenuh hati pada akhirnya menjadi kunci kebahagiaan Lily Elbe ketika ia mengalami kegagalan dalam operasi penyesuaiannya menjadi transgender yang kedua kalinya.

Kisah dalam film The Danish Girl dapat menjadi pembelajaran mengenai individu transgender ketika di masa lalunya ia menikah dan kemudian menjadi transgender

2.Stonewall

Film “Stonewall” yang juga diproduksi di tahun 2015, mengisahkan tentang perjuangan gerakan keberagaman gender dan seksualitas di Amerika dalam mendapatkan pengakuan atas identitas mereka.  Film ini merupakan film penting tentang bagaimana perjuangan gerakan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) yang sudah dilakukan di Amerika sejak tahun 1960-an

Stonewall terjadi di Stonewall Inn, sebuah bar gay yang di kawasan Manhattan, New York ketika di hari itu terjadi perjuangan yang dipimpin oleh aktivis gay Danny Garvin melawan pihak kepolisian dan komunitas anti-gay disana.

Dari film ini kita bisa melihat bagaimana gerakan LGBT di Stonewall dan memperlihatkan bahwa gerakan LGBT di Amerika sudah terjadi sejak tahun 1960-an atau sejak 60 tahun lalu

3.Tangerine

Film “Tangerine” yang diproduksi di tahun 2015 ini bercerita tentang Sin-Dee (Kitana Kiki Rodriguez), pekerja seks transgender yang baru saja keluar dari penjara setelah ditahan selama 28 hari. Ia bertemu dengan sahabatnya Alexandra (Mya Taylor).

Adegan dimulai dengan pertemuan mereka di kedai donut time, ketika itu Alexandra menceritakan pada Sin-Dee bahwa pacarnya Sin-Dee selingkuh. Tentu saja ini membuat Sin-Dee menjadi marah, dan ingin menyelesaikan ini.

Alexandra merasa menyesal menceritakan kepada Sin-Dee, ia ingin temannya tidak terpancing emosi namun Sin-Dee tetap berniat menuntaskan persoalannya.

Sebenarnya film ini bukanlah film yang menceritakan tentang perjuangan transgender dalam mendapat pengakuan, namun film mengisahkan tentang 2 orang transgender Alexandra dan Sin Dee dan perjuangan mereka di kehidupan nyata, yaitu tentang persahabatan diantara transgender menghadapi persoalan hidup yang sangat pelik dengan laki-laki pasangannya.

Film ini cukup unik karena proses pembuatannya memakai kamera handphone dengan budget rendah, karena sang produser dan sutradara memiliki niat menghidupkan kehidupan pekerja seks transgender secara nyata

(Foto: Wikipedia)

Jessica Ayudya Lesmana

Penulis Waria Autodidak dan Kontributor Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!