Baju Tak Cuma Soal Penampilan, Tapi Pilihan Politik Perempuan

Wakil Presiden Amerika, Kamala Harris memakai baju warna ungu dalam pelantikan Presiden dan Wapres Amerika, warna ungu mencerminkan harapan dan keinginan pemimpin yang baru untuk persatuan. Sedangkan Mantan Ibu Negara Michelle Obama mengenakan pakaian dari perancang kulit hitam Sergio Hudson. Pilihan ini dianggap sebagai penghormatan pada kelompok kulit hitam dan minoritas lainnya. Baju terbukti tak hanya soal penampilan, tapi juga pilihan ideologis perempuan

Pelantikan Presiden AS, 20 Januari 2021, tidak dipungkiri menjadi panggung luas bagi sejumlah merek pakaian dalam dan luar negeri. Pilihan-pilihan politisi dan keluarga mereka melalui busana yang mereka kenakan, membawa pesan tersendiri bagi sektor industri busana nasional dan internasional.

Ketika kamera-kamera televisi merekam dan menayangkan peristiwa bersejarah pelantikan Presiden AS, ratusan juta mata penonton mengamati pakaian yang dikenakan oleh para pemimpin Amerika.

Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris beserta keluarganya umumnya memakai pakaian dari perancang busana dalam negeri.

Peristiwa dan pemandangan di Amerika ini tidak luput dari perhatian perancang busana Indonesia Didiet Maulana.

“Kapasitas seorang politisi memang sudah dipikirkan secara matang. Jadi, tidak hanya pemikiran, mindset dan kharisma, tetapi secara visual juga merupakan pernyataan politik,” kata Didiet Maulana.

Termasuk pernyataan politik terkait sektor busana dalam negeri.

“Ketika dilihat orang nomor satu di sana dan timnya mendukung merek lokal, maka sudah pasti akan timbul geliat semangat baru untuk para pelaku industri fashion, apakah itu untuk merek lokal yang sudah dikenal maupun merek-merek baru,” jelasnya.

Perancang busana muda Indonesia Rinda Salmun mengatakan dukungan bagi perancang muda dan merek baru oleh pemimpin politik merupakan suatu kebanggaan.

“Sebagai perancang, saya sangat menghargai, melihat merek-merek baru dan merek yang independen ditampilkan, seperti Christopher John Rogers dipakai oleh Kamala Harris. Kemudian Jill Biden juga memakai rancangan Markarian, yang merupakan merek independen, di mana perancangnya sendiri terlibat menyelesaikan jaket dan bajunya,” komentar Rinda.

Mantan Ibu Negara Michelle Obama mengenakan pakaian dari perancang kulit hitam Sergio Hudson. Pilihan Obama ini dianggap sebagai penghormatan pada kelompok kulit hitam dan minoritas Amerika lainnya.

Stacy Stube, perancang busana independen Amerika keturunan Indonesia, di Baltimore, Maryland, mengamati apa yang disebutnya “percakapan busana” lewat penampilan penyair muda kulit hitam Amanda Gorman, yang memakai pakaian berwarna kuning.

“Saya kira fashion bukan hanya mengenai bagaimana seseorang tampil dengan pakaian tapi juga apa yang kita katakan ‘percakapan busana’,” jelasnya.

Gorman mengakui bahwa konflik, tantangan yang terjadi di lingkungan sekitar, juga dalam lingkup dunia, tapi ia juga berbicara mengenai pemimpin, pemimpin individu, diri sendiri dan bagaimana kita tampil di dunia.

“Menyaksikan anak muda melakukan ini, memberi banyak harapan bagi generasi berikutnya dan kepemimpinan AS berikutnya,” imbuhnya.

Stacy juga mengatakan pilihan busana pemimpin politik akan mengilhami perancang untuk menciptakan karya yang berarti.

“Menciptakan gelombang baru dalam industri, perusahaan-perusahaan baru, yang lebih kecil, akan membuat produk lebih sedikit, dan membuat busana yang lebih eksklusif. Mereka kemudian akan membuat busana yang berarti,” lanjut Stacy.

Busana sebagai pernyataan politik juga secara visual tampak pada warna pakaian. Warna ungu yang dipakai Wakil Presiden Kamala Harris adalah warna yang dihasilkan dari campuran Merah dan Biru. Ini mencerminkan harapan dan keinginan pemimpin yang baru untuk persatuan bagi Partai Demokrat dan Partai Republik.

Perancang Didiet Maulana dan Rinda Salmun mengatakan pemilihan busana termasuk pada warna dalam pelantikan dan peristiwa politik penting di Indonesia juga tidak jauh berbeda dengan di AS, meskipun umumnya para politisi cenderung mengenakan busana nasional. [my/ka]

(Foto: Pixabay dan )

Made Yoni

Jurnalis Voice of America (VOA)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!