Minimnya Perempuan Jadi Konseptor Wisata; Komunitas SembaluNina Menggerakkannya

Di sektor pariwisata, perempuan hanya bekerja di bagian pelayanan, kuliner, dan kebersihan, belum ada kesempatan untuk jadi konseptor wisata

Jika laki-laki punya kesempatan untuk menjadi konseptor wisata, perempuan tak punya kesempatan ini. Di pariwisata, banyak perempuan yang kemudian bekerja di bagian pelayanan, kuliner dan kebersihan

Inilah alasan yang membuat komunitas perempuan SembaluNina di Lombok Timur mengajak para perempuan di daerah wisata Sembalun yang bergerak di bidang wisata untuk menjadi konseptor sekaligus pelopor perubahan

Sembalun adalah sebuah desa kecil yang berlokasi di sebelah utara kaki Gunung Rinjani. Desa kecil yang indah di ketinggian sekitar 1.156 m ini menyuguhkan pemandangan alam yang indah sekaligus menjadi salah satu jalur populer titik awal pendakian ke Gunung Rinjani. Sejumlah obyek wisata di Sembalun antaralain Air Terjun Mangku Sakti, Pusuk Sembalun, Desa adat Beleq, Bukit Selong, Air Terjun Umar Maya, Bukit Dandaun dan Gunung Rinjani

SembaluNina, adalah komunitas perempuan yang eksis di daerah Sembalun, Lombok Timur, memberdayakan para perempuan yang berada di daerah pariwisata ini

SembaluNina menyadari bahwa ada banyak kesempatan dan ruang yang bisa dilakukan perempuan untuk membuat perubahan sosial di lingkungan wisata. Hanya saja, selain terkendala dengan stigma-stigma yang masih subordinatif terhadap perempuan, masalah utama karena perempuan yang belum diberikan kesempatan untuk mengisi ruang-ruang di bidang pariwisata ini

Sebagai contoh, di daerah pariwisata Sembalun, perempuan kebanyakan bekerja di bagian pelayanan, kuliner, dan tukang bersih, padahal peluang mereka untuk menjadi konseptor pun sangat terbuka

Berangkat dari hal ini, SembaluNina melakukan gerakan dengan mengadakan berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas perempuan. Berbagai kelas literasi kemudian diadakan, mulai dari mengajak perempuan berorganisasi, mengajak belajar literasi media dan juga bicara di depan publik

Dalam literasi organisasi misalnya, para perempuan Sembalun diajak belajar mengenai pembuatan kegiatan dan menulis, sedangkan dalam literasi Public Speaking, perempuan-perempuan Sembalun diajak untuk membiasakan diri bersuara dan menyampaikan ide-ide.

Gerakan literasi yang dikembangkan SembaluNina tidak melulu berkaitan dengan buku, tapi lebih kepada awareness atau kesadaran untuk selalu ingin belajar serta meningkatkan kapasitas dan kualitas diri mereka. Selain itu, meskipun gerakan literasi ini diinisiasi oleh para perempuan, kegiatan-kegiatannya selalu bersifat terbuka

Dari berbagai kegiatan literasi ini, terwujud berbagai program yang tidak hanya terbatas manfaatnya dalam lingkup rumah tangga komunitas SembaluNina, tapi juga masyarakat luas. Beberapa forum diskusi perempuan berbincang diinisiasi oleh komunitas ini dengan mengangkat isu sosial lingkungan sebagai tema utamanya, seperti public services dan tata kelola lingkungan.

Tak ada dana, tidak jadi masalah bagi komunitas SembaluNina. Mereka tetap bisa mendatangkan narasumber dan melibatkan stakeholder-stakeholder yang berkaitan dengan tema diskusi yang diangkat.

Selain kegiatan tersebut, SembaluNina juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, diantaranya, kemitraan dengan sekolah-sekolah yang berada di wilayah kecamatan Sembalun untuk program sekolah adiwiyata dan pendampingannya, kemitraan dengan pihak Taman Nasional Gunung Rinjani untuk program konservasi yang melibatkan para perempuan, dan kemitraan dengan geopark untuk program Sembalun Ecosystem, pengelolaan air bersih dan sampah.

Beberapa hal yang dicapai oleh SembaluNina membuktikan bahwa perempuan juga bisa mengisi ruang publik dengan menjadi inisiator dan konseptor program, tentunya dengan tetap diiringi semangat belajar yang tinggi lewat berbagai macam kegiatan literasi.

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Suci Wulandari

Pengajar di STAI Darul Kamal Lombok Timur
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!