Pesan Buat Laki-Laki: Stop Poligami Karena Akan Jadi Contoh Buruk Buat Anakmu

Dalam poligami tak ada kesetiaan cinta. Makanya pesan buat siapapun laki-laki, stop poligami karena akan jadi contoh buruk untuk anak perempuanmu

Poligami selalu menjadi momok yang menakutkan bagi perempuan, kecuali mungkin mereka yang sudah siap atau terpaksa siap harus punya dalil akan menjadi ‘bidadari surga.’

Saya sendiri kadang bertanya: dimanakah letak kesetiaan dan ajaran yang menjunjung tinggi hak perempuan ketika laki-laki melakukan poligami?. Bahkan poligami ini akan mengambil hak perempuan untuk dekat dengan anaknya, hak perempuan atau ibu untuk mengajarkan hal-hal penting kepada anaknya, karena poligami bisa memisahkan relasi antara ibu dan anak.

Perempuan juga tidak akan bisa bicara sama anaknya, “Ini loh yang namanya cinta dan kesetiaan. Kamu bisa belajar dari Papa dan Mama.”

Pergi sana kesetiaan cinta, karena dalam poligami tak ada kesetiaan cinta!. Persepsi tentang cinta dan kesetiaan akan sirna seiring dengan dia melihat ayahnya menemui perempuan lain yang bukan ibunya. Sang anak bisa saja menjadi trauma dan takut menikah, atau dia melakukan hal yang sama seperti yang ayahnya lakukan.

Ada seorang anak yang memang terlahir di keluarga yang harmonis dengan orang tua yang menunjukkan romantisme dan kesetiaan. Tapi, ada juga seorang anak yang kurang beruntung dan terlahir di keluarga yang tidak sempurna atau orang tuanya tidak seharmonis seperti keluarga lainnya. Buat saya, cinta dan kesetiaan, satu kata yang mampu mengubah hidup seseorang selamanya.

Kita belajar dicintai dan mencintai pertama kali bukanlah dari pasangan, melainkan dari orang tua kita sendiri, benteng pertahanan yang paling utama. Seorang anak akan memperhatikan segala gerak-gerik orang tuanya dimulai dari dia lahir ke dunia hingga akhir hayatnya. Seorang anak akan belajar kasih sayang dan cara mencintai pertama kali dari orang tuanya.

Mungkin kalian lupa berapa kali orang tua kalian mengucapkan bahwa mereka mencintai kalian. Tapi itu tak perlu dipertanyakan karena setiap orang tua sudah pasti mencintai anak-anaknya.

Ketika dewasa, seorang anak akan membentuk persepsi tentang cinta dari kedua orang tuanya, bagaimana dia mencintai orang lain, berbagi kasih sayang, hingga memilih pasangan.

Lalu, bagaimana dengan nasib seorang anak yang tidak terlahir di keluarga yang tidak harmonis? Bagaimana harapan seorang anak yang terlahir di keluarga broken home? Atau bagaimana harapan seorang anak yang terlahir di keluarga yang ayahnya punya lebih dari satu pasangan seperti poligami?

Kasus poligami di Indonesia sendiri selalu menjadi pro dan kontra, apalagi jika melalui debat agama. Bagi saya, jika poligami kemudian menjadi momok bagi perempuan dan anak-anak, maka tak ada alasan untuk melakukannya. Itu saja.

Bagi siapapun kalian laki-laki yang membaca ini, kalian mungkin nanti akan menjadi ayah suatu saat nanti ataupun jika kalian sudah menjadi ayah dan kalian mempunyai putra dan putri, camkanlah hal ini.

Kalian mempunyai putri yang cinta pertamanya adalah ayah dan ibunya sendiri. Dia berharap cinta pertamanya adalah orang yang akan bersamanya ketika ada laki-laki jahat. Dia berharap bahwa cinta pertamanya adalah orang yang mengajarkan padanya arti sebuah kesetiaan. Dia berharap bahwa cinta pertamanya adalah orang yang mengajarkan artinya mencintai dalam sedih dan senang, sehat dan sakit, kaya dan miskin. Dia berharap cinta pertamanya adalah orang yang akan mencintai perempuan yang paling dicintainya di dunia ini, yaitu ibunya.

Kalian mempunyai putra yang sosok panutannya adalah ayah dan ibunya sendiri. Dia berharap panutannya akan mengajarkan bagaimana caranya menjadi orang yang dihormati dalam keluarga. Dia berharap panutannya adalah orang yang mengajarkannya menjadi suami yang setia dan dipandang hebat oleh istrinya dan juga anak-anaknya. Dia berharap panutannya akan mengajarkan artinya berjuang bersama dari nol dan tetap berpegang teguh pada kesetiaan

Bagi siapapun laki-laki yang membaca ini, camkan ini!

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Rianna Zheid

Seorang Entrepreneur yang mempunyai hobi menulis dan design. Menulis adalah cara mengungkapkan kejujuran yang tidak bisa diucapkan oleh lisan. Menulis adalah cara manusia mengungkapkan opini terdalam dan mencari fakta untuk menemukan sebuah solusi.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!