Sudah sejak kecil saya mengikuti puasa. Kemarin saya menemukan renungan puasa menarik yaitu renungan untuk tidak melakukan kekerasan dan pelecehan seksual. Ini saya dapatkan ketika saya mengikuti kuliah tujuh menit tentang makna puasa yang diadakan Swararahima 13 April 2021 di channel Youtube. Kultum ini dibawakan oleh Nyai Pera Soparianti, Direktur Rahima
Sharing dari Nyai Pera Soparianti ini penting untuk memaknai puasa dimana situasinya banyak kekerasan dan pelecehan seksual terjadi di sekitar kita
Puasa sendiri disebut dengan shaum, sedangkan secara bahasa mempunyai makna al-Imsaku alasyai menahan dari segala sesuatu.
Lalu apa makna puasa? Profesor Wahbah Zuhaily dalam Fiqhul Islam Waadillatuhu menyatakan bahwa puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu dengan disertai niat, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari
Puasa juga tidak hanya menahan dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, tetapi juga menahan perkataan dusta, berbohong dan dosa. Perbuatan dosa seperti apa sih yang bisa membatalkan puasa? Yaitu perbuatan seperti mencuri, melakukan pelecehan, kekerasan seksual, dll. Kekerasan sendiri bisa dalam berbagai bentuk baik secara verbal maupun non verbal.
Melakukan kekerasan dapat membatalkan dan tidak ada satupun yang membenarkan tentang perilaku pelecehan dan kekerasan seksual ini.
Selanjutnya puasa juga harus menjaga lisan, karena lisan bisa mendatangkan kebaikan, namun juga bisa mendatangkan keburukan seperti menyakiti hati orang lain dalam mengucapkan kata-kata seperti menghina, body shaming, dan mengucapkan kata-kata kasar lainnya. Selain itu tentu saja harus berbuat baik seperti menghormati orang lain, memberikan bantuan serta solidaritas
Selamat lebaran, jika kita sudah melakukan semuanya, itulah kemenangan yang harus kita rayakan di hari lebaran
(Foto/ ilustrasi: Pixabay)