“Ceritrans”: Mengangkat Cerita Para Transpuan di Indonesia

Sabtu, 19 Juni 2021 lalu, sebuah project “Ceritrans” diluncurkan secara daring. Ceritrans: Cerita Transpuan Lintas Batas adalah sebuah proyek seni kolaborasi para transpuan Indonesia untuk berbagi kisah mereka melalui puisi, prosa, website, dan film pementasan.

“Ceritrans” bertujuan merayakan dan memperkuat suara transpuan, dan meningkatkan kesadaran publik untuk menghargai dan berempati atas kisah dan pengalaman para transpuan.

Untuk proyek ini, komunitas sastra dan seni independen InterSastra dan House of the Unsilenced bekerjasama dengan Eliza Vitri & Infinity, sebuah inisiatif seni berbasis lokakarya bersama kelompok-kelompok marjinal dan proses diseminasi karya secara gerilya. Mereka bermitra dengan Sanggar Swara,sebuah sekolah dan komunitas transpuan yang berbasis di Jakarta, serta penyair dan aktivis keadilan disabilitas Khairani Barokka yang tinggal di Inggris. Proyek ini didukung oleh program “Connection through Culture” dari British Council.

Dari bulan Maret hingga Mei 2021, 10 transpuan berpartisipasi dalam lokakarya penulisan prosa dan puisi untuk menyusun kisah-kisah mereka. Tulisan-tulisan tersebut lalu diedit, diterjemahkan, dibuat ilustrasinya, dan diadaptasi untuk pementasan.

Sepuluh transpuan tersebut kemudian ikut serta dalam lokakarya dan pelatihan untuk mengasah penampilan mereka, yang kemudian difilmkan. Akhirnya, tulisan mereka, lengkap dengan ilustrasi dan QR doe yang menuju ke tautan video pementasan di YouTube, dicetak dalam bentuk poster dan disebarkan secara gerilya di ruang publik di Jakarta dan sekitarnya, juga di Inggris. Cerita, ilustrasi, dan video pertunjukannya diluncurkan untuk publik pada 19 Juni 2021.

Prosa, puisi, dan pertunjukan CERITRANS ini juga akan dipublikasikan di situsweb Sanggar Swara (sanggarswara.org/ceritrans/). Diluncurkan bersamaan dengan peluncuran karya-karya CERITRANS pada 19 Juni 2021 melalui daring. Situsweb ini akan menjadi salah satu dari sedikit situsweb yang menjadi rumah khusus untuk karya-karya trans dan queer di Indonesia.

Mentor dan seniman utama CERITRANS, Eliza Vitri Handayani, mengatakan program ini ingin menumbangkan stereotipe pada transpuan

“Dengan para transpuan yang menceritakan sendiri kisah mereka, kita menumbangkan stereotipe representasi yang selama ini ada dan merebut ruang yang lebih besar bagi ekspresi artistik transpuan. Dengan berkolaborasi dengan para seniman dari kelompok minoritas yang beragam, kita mengeksplorasi jalan untuk menumbuhkan solidaritas kreatif lintas sektor. Proses kreatif ini melintasi berbagai batas negara, medium seni, dan halangan bahasa.”

Ia menambahkan, “pun kita bereksperimen dengan cara baru untuk membawa berbagai cerita dan karya seni kepada masyarakat yang lebih luas, terutama mereka yang umumnya tidak mau datang ke acara seni feminis atau mendengarkan cerita para transpuan ataupun individual minoritas lainnya. Dengan menempatkan kisa-kisah mereka di ruang-ruang umum, publik bisa menemukannya ketika mereka sedang melakukan aktivitas kesehariannya. Orang dapat membaca kisahnya di poster-poster yang disebar, atau menonton pertunjukannya di gawai mereka. Saya percaya pada kekuatan cerita yang dapat mengubah kehidupan dan memupuk empati lintas segmen masyarakat,” katanya.

Koordinator utama program CERITRANS, Gaia Khairina, menimpali, bahwa program ini juga menyediakan psikolog untuk membantu para peserta mengatasi traumanya

“Untuk menciptakan ruang yang aman dan inspiratif bagi para peserta, kami menyediakan tim pendamping psikologis di setiap acara untuk membantu peserta andai mereka mengalami respons emosional yang dipicu oleh memori traumatis. Bersama Sanggar Swara dan mitra-mitra lainnya, kami memformulasikan pedoman etika untuk seluruh aktivitas dan melakukan manajemen resikonya di seluruh tahapan proses. Kami juga mengadakan sesi tentang bagaimana menjadi sekutu yang baik bagi transpuan, diampu oleh perwakilan dari Sanggar Swara. Sesi ini dihadiri oleh semua pihak yang bekerja dalam CERITRANS.”

Kanzha Vinaa, ketua Sanggar Swara, mengatakan, proyek seni ini dibutuhkan sebagai ruang ekspresi kreatif transpuan yang semakin banyak dibatasi dan diserang.

“Proyek seni ini justru sangat dibutuhkan di masa ini karena ruang untuk ekspresi kreatif transpuan semakin dibatasi dan diserang. Riset Arus Pelangi pada tahun 2017 dan 2013 memperlihatkan bahwa 92% dari individu LGBTIQ di Indonesia mengalami kekerasan, dan dari seluruh kasus tersebut, 35%nya dialami oleh transpuan. Di media dan budaya populer, representasi dan ekspresi kreatif para transgender seringkali ditindas atau dijadikan lelucon. Lebih jauh lagi, Komisi Penyiaran Indonesia mengeluarkan surat pemberitahuan pada Februari 2016 yang melarang lelaki yang bergaya/berperilaku kewanitaan di televisi.”

Bagi para peserta, proyek ini sangat berpengaruh bagi para transpuan sendiri dan berharap agar bisa berdampak pada masyarakat luas. “Harapanku, selain menjadi komunikasi untuk orang awam, karya seni ini juga merupakan bentuk kampanye untuk kami agar bisa diterima sebagai manusia.” – Restya

“Aku mendapati bahwa ternyata aku bisa menulis, aku bisa bikin puisi, bikin prosa.” – Asya Azia

“Semoga bisa menginspirasi dan memberi semangat, terutama bagi mereka yang juga ingin mengganti nama. Semoga CERITRANS menginspirasi terkait keberagaman isu transgender perempuan di Indonesia.” – Anggun Pradesha

“Agar penonton bisa melihat perjalanan kisah hidup para transpuan.” – Keinarra Hana

“Dengan mendengarkan cerita-cerita ini, semoga tidak ada lagi diskriminasi terhadap transpuan seperti kami, karena ini jati diri kami yang sebenarnya. Semoga dunia ini semakin adil untuk transpuan seperti saya.” – Rari Rahmat

“Untuk teman-teman transpuan juga untuk jujur pada diri sendiri. Untuk semua yang di luar sana, semoga bisa lebih memahami arti kehidupan dan memanusiakan manusia.” – Rere Suketi

“Semoga dengan cerita-cerita kita, masyarakat luas lebih bisa memandang kita dengan lebih baik. Untuk teman-teman transpuan di luar sana, aku ingin kalian tahu bahwa you all are wonderful, you all are precious and we all are beautiful in our own way. And dream high ‘cause if it’s not you then no one will achieve it for you.” – Ian Hugen

“Semoga cerita-cerita kita ini menjadi inspirasi. Orang seperti kami ada dengan banyak cerita. Janganlah memandang kami dengan sebelah mata, karena kami sama dengan masyarakat pada umumnya.” – Ayu Saree

“Semoga dari proyek ini bisa dibangun struktur masyarakat yang inklusif, lebih menghargai cerita-cerita kita dan tidak cuma dijadikan lelucon saja. Proyek CERITRANS ini sudah membentuk sebuah komunitas yang memperkuat satu sama lain.” – Nabillah Putri

(Foto: Ceritrans)

 

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!