Inilah cerita perjalanan saya, Astri Yanti. Dari seorang penjaga tempat bilyard, penjahit hingga menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT).
Di umur 20 tahun, tepatnya di tahun 1974, saya menikah dengan suami saya. Di Jakarta, kami mengontrak satu kamar. Satu tahun kemudian, anak pertama kami lahir. Perempuan. Kami sangat bahagia. Tiga tahun berselang, anak kedua lahir. Laki-laki. Semakin lengkap kebahagiaan kami.
Suami saya waktu itu bekerja sebagai supir pribadi dan bekerja dengan orang berkebangsaan Jepang. Gaji yang ia terima sebesar Rp12.500,00. Dengan kondisi rumah mengontrak dan dengan dua anak, saya pun bekerja di sebuah tempat bilyard dari sore sampai malam. Semua demi anak-anak saya karena gaji suami yang tak seberapa.
Setelah anak kedua berumur 3 tahun, saya ikut kursus menjahit. Begitu lulus, saya langsung buka jasa menjahit di rumah. Segala puji bagi Tuhan, pelanggan usaha saya banyak, bahkan saya sering sampai kewalahan menerima jahitan. Penghasilan saya saat itu bisa 3 kali lipat lebih banyak dari gaji suami yang sebagai supir. Saya seperti mendapat berkah
Dua tahun kemudian, suami saya pindah pekerjaan. Ia mulai bekerja sebagai supir di sebuah perusahaan minyak. Bosnya orang berkebangsaan Amerika. Saya pun diminta untuk kerja di rumah bos tersebut untuk bersih-bersih. Saya tinggalkan pekerjaan menjahit, karena saya ingin mencoba sesuatu yang baru dan mencoba peruntungan baru untuk memperbaiki ekonomi keluarga kami
Dan di sinilah awal saya bekerja sebagai seorang Pekerja Rumah Tangga/ PRT karena ingin mencoba sesuatu yang baru. Saya menangis saat hari pertama bekerja. Namun, lama-kelamaan saya terbiasa karena bos sangat baik pada saya. Ia juga perhatian dan sayang pada anak-anak saya.
Ternyata lama-lama saya bisa menikmati pekerjaan ini. Setelah kontrak dengan bos pertama selesai, saya lalu bergonta-ganti bos dari berbagai macam negara. Ada banyak hikmah yang saya petik saat menjadi PRT, karena saya bekerja dengan ekspatriat, saya kemudian bisa menyicil rumah dan menyekolahkan anak-anak saya sampai lulus. Rumah tersebut kemudian bisa saya beli.
Saya terus bekerja di ekspatriat. Terakhir saya bekerja pada tahun 1997, ketika itu saya dibawa ke Australia namun hanya di sana selama 3 bulan bekerja, saya memutuskan pulang ke Indonesia
Sesudah pulang dari Australia itulah, saya menjadi agak sulit mencari pekerjaan lagi sebagai PRT. Saya tidak tahu ini kenapa, atau mungkin karena faktor usia? Sampai saat ini saya masih menunggu pekerjaan baru sebagai PRT, namun tak juga kunjung datang. Mungkin saya harus sabar menghadapi situasi ini, mungkin juga ini karena situasi pandemi. Saya mesti sabar menghadapi ini.
“KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisan. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co dengan Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT)