Laki-Laki Memakai Skin Care: Saatnya Akhiri Stigma Berbasis Gender

Banyak laki-laki masih gengsi memakai skincare karena stigma yang melekat di masyarakat bahwa produk perawatan kulit hanya untuk perempuan. Padahal, sama halnya dengan perempuan, laki-laki pun punya kulit yang wajib dirawat dan dijaga.

Siapa bilang laki-laki tidak boleh menggunakan skincare? Sama halnya dengan perempuan, laki-laki pun punya kulit yang wajib dirawat dan dijaga. Apalagi menurut penelitian, kulit laki-laki dan perempuan memiliki beberapa perbedaan seperti, kulit yang lebih tebal sekitar 15-20 persen dari perempuan dan produksi keringat yang lebih banyak sehingga dapat memicu timbulnya jerawat.

Dari fakta tersebut, at least para laki-laki harus rutin mencuci muka sebanyak dua kali sehari supaya terhindar dari minyak berlebih yang menimbulkan jerawat, menggunakan moisturizer supaya kulit tidak kusam, dan mengaplikasikan sun screen ketika sedang beraktivitas di luar ruangan.

Namun dalam realitanya, masih banyak laki-laki yang masih gengsi memakai skincare. Hal tersebut terjadi karena stigma yang sudah melekat di masyarakat bahwa produk perawatan kulit hanya diperuntukkan bagi perempuan, karena hanya perempuan yang terobsesi dengan kecantikan. Sehingga laki-laki yang memakainya akan terkesan terlalu feminin dan tidak mencerminkan ‘cowok tulen’.

Bahkan baru-baru ini salah satu TikTok creator Indonesia, Avan the Love membagikan kisahnya yang pernah di-judge oleh netizen ketika ia memakai eye cream. Avan mengatakan bahwa di zaman sekarang ini sudah tidak sama dengan zaman dulu. Laki-laki pakai skin care karena memang kebutuhan dan keinginan untuk memiliki penampilan yang baik. Avan pun sempat menyinggung perihal emansipasi pria yang mana hal tersebut memiliki makna tersirat bahwa laki-laki juga memiliki kesamaan hak dengan perempuan. 

Lebih jauh dari itu, anggapan tabu ketika laki-laki memakai skin care ternyata juga memicu timbulnya toxic masculinity. Racun maskulinitas tersebut merujuk pada anggapan bahwa laki-laki yang melakukan aktivitas yang dianggap hanya milik perempuan seperti memakai skin care, adalah tindakan yang tidak maskulin. 

Merujuk pada dunia pertelevisian, kita tahu bahwa salah satu public figure Indonesia yaitu Ivan Gunawan merupakan contoh laki-laki yang sangat antusias dalam dunia kecantikan. Dilansir dari suara.com, menurut Ivan Gunawan, saat ini bukan hal yang tabu lagi apabila para laki-laki menggunakan produk kosmetik atau produk kecantikan lainnya. Karena pada dasarnya skin care adalah sebuah kebutuhan bagi siapapun.

Tidak seharusnya stigma bahwa skin care hanya boleh digunakan perempuan masih dipertahankan di peradaban masa kini. Mengingat bahwa skin care memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan kulit dan memberikan penampilan yang terbaik. Of course, tidak hanya perempuan yang butuh untuk merawat diri, laki-laki pun berhak melakukannya. 

Beberapa publik figur seperti Rio Dewanto, Rizky Nazar, hingga Bambang Pamungkas, ketiganya merupakan bintang iklan produk sabun wajah khusus laki-laki. Baru-baru ini Jerome Polin juga meng-endorse salah satu serum dari brand Somethinc. Dan ada juga Lee Min Ho yang menjadi brand ambassador Innisfree. Mereka secara tidak langsung telah merepresentasikan bahwa menggunakan produk perawatan kulit itu tidak sama sekali menghilangkan jiwa ‘lelaki’ mereka. Maka dari itu, tak seharusnya para laki-laki masih merasa gengsi untuk melakukan perawatan diri.Beberapa produk skincare yang bisa dipakai laki-laki selain facial wash dan deodorant adalah sun screen, terutama bagi yang gemar beraktivitas di luar ruangan, moisturizer apabila kulit sedang kering, dan juga krim malam atau serum jika diperlukan. Perlu diingat bahwa, bagian terpenting dalam memakai skincare adalah menggunakannya sesuai kebutuhan dan konsisten dalam melakukannya. Dengan begitu, kulit akan tetap terjaga dan kaum lelaki pun bisa tampil lebih percaya diri. 

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)
(Sumber: https://plainmovement.id)

Adissa

Penulis Plainmovement.id
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!