Lingkungan Patriarki Memecah Belah Perempuan: Kenali dan Tangani

Lingkungan patriarki memecah belah perempuan. Berbagai anggapan patriarki menyebut perempuan sebagai orang yang senang bersaing dengan perempuan lain. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah, lingkungan patriarki menghadap-hadapkan perempuan dalam situasi konflik dan persaingan

Lingkungan patriarki kerap membuat perseteruan antar perempuan. Lihat saja bagaimana cara-cara patriarki yang kerap mengadu domba antar perempuan: yang ini lebih cantik, sedangkan yang itu tidak. Yang ini lebih lembut, yang itu tidak.

Padahal barangkali belum tentu semua orang punya persepsi yang sama atas sesuatu, seperti yang selama ini banyak terjadi: perempuan yang tegas, dibilang sebagai perempuan galak. Perempuan yang lembut dibilang sebagai perempuan yang pasrah. Itulah ritme patriarki di sekitar kita

Berbagai anggapan negatif ini kemudian diyakini sebagai seolah-olah benar jika: antar perempuan senangnya saling bersaing. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah: perempuan dihadap-hadapkan dalam situasi konflik, dimana perempuan yang satu kemudian bisa berada dalam situasi harus membenci perempuan yang lain.

Penilaian seperti ini kemudian membuat antar perempuan bersaing dan harus menjadi nomer satu dibanding yang lain, berlomba-lomba untuk berada dalam titik aman dalam posisi ini. Akibatnya dalam proses ini, ada sesama perempuan yang saling menebarkan komentar-komentar negatif. Ada juga perempuan yang tidak pernah luput dari komentar bernada sumbang 

Beberapa contoh komentar ini pasti pernah kita jumpai.

Jangan-jangan dia (perempuan) simpanan om-om, makanya punya uang untuk perawatan” , 

“Cantik karena make up juga” 

“Coba fotonya tanpa filter, pasti juga burik mukanya”, 

“Cantik sih, badannya juga bagus tapi diumbar-umbar.”

Bullying seperti ini tak hanya terjadi antar perempuan, namun juga kerap terjadi di segala golongan dan umur. Sungguh miris melihat atau mendengar komentar-komentar pedas keluar seperti ini karena nilai-nilai patriarki yang masuk di lingkungan kita sehari-hari. 

Bullying ini tidak hanya menyerang secara fisik, seringkali juga melakukan kontestasi atas apa yang dilakukan perempuan, menyebutkan perempuan yang satu lebih unggul dibanding yang lain, sehingga para perempuan menjadi tidak suka dengan kesuksesan perempuan lain. 

Efek dari nilai patriarki tentu sangat banyak. Pada sebagian perempuan ini membuat rasa percaya diri mereka turun, yang menimbulkan perasaan minder, stres dan merasa ketakutan.

In Sisterhood 

Lalu bagaimana cara menjinakkan patriarki dalam lingkaran seperti ini? Para feminis mengusulkan adanya pertemuan antar perempuan. Secara umum ini bisa disebut sebagai sorority (perkumpulan).

Perkumpulan ini berisi gagasan, pengalaman, ikatan antar perempuan serta penguatan perempuan. Maka pertemuan seperti ini penting untuk mendefinisikan kembali mengenai perempuan. 

Perkumpulan seperti ini didasarkan pada kesadaran yang jelas bahwa semua perempuan tanpa memandang ras, kelas atau bangsa menghadapi tantangan yang sama yaitu: nilai-nilai patriarki. Istilah ini juga banyak diperjuangkan para feminis kontemporer. 

Feminis radikal sebelumnya juga menyatakan bahwa persaudaraan seperti ini mempunyai penegasan soal kebebasan dan tempat pertemuan untuk menentukan sejarah pribadinya. Salah satu feminis, Bell hooks dan para feminis kulit hitam kemudian merujuk perkumpulan pada istilah solidaritas antar perempuan, karena persaudaraan antar perempuan berarti menghapus perbedaan. Solidaritas antar perempuan ini harus menjadi tujuan politik utama untuk memerangi nilai-nilai patriarki

Istilah solidaritas dan perkumpulan ini sebenarrnya sudah tak asing di masa kini. Istilah Woman Support Woman banyak digunakan. Banyak campaign dan juga challenge di media sosial tentang Woman Support Woman. Contohnya seperti tantangan foto Women Supporting Women yang sempat viral di Instagram pada tahun 2020. Beberapa selebriti dunia dan tanah air ikut meramaikan challenge tersebut dan menandainya dengan tagar #WomenSupportingWomen. Tujuan dari tantangan ini adalah untuk menyebarkan pesan positif dan pemberdayaan serta menguatkan para perempuan. 

Woman Support Woman sendiri merupakan gerakan menumbuhkan kesadaran untuk saling dukung sesama perempuan atas pilihan yang diambil oleh perempuan sehingga  tercipta suasana yang positif. Woman Support Woman ingin membuktikan bahwa sesama perempuan bisa saling menguatkan, mendukung dan bekerja sama sehingga tidak akan menghalangi dan membatasi potensi yang ada di diri perempuan yang selama ini dianggap lemah. Karena dukungan dari sesama saudara perempuan sangat berarti untuk menumbuhkan rasa percayaan diri dan menciptakan rasa aman. 

Pentingnya perkumpulan perempuan

Menyoal perkumpulan antar perempuan, banyak Women’s club atau kelompok perempuan untuk menumbuhkan solidaritas antar perempuan yang sudah tumbuh sejak lama dan banyak sekali berdiri di dunia dengan berbagai macam type dan kegiatan yang berbeda.

Di University of California Santa Cruz misalnya, women’s club di sini dibentuk untuk komunitas pemimpin dan perempuan pebisnis. Kegiatan mereka adalah mengumpulkan dana/ fundraising untuk memberikan beasiswa bagi para mahasiswa disana.

Di Genewa, Swiss, para perempuan Amerika yang tinggal disana membentuk The American International of Women’s club. Karena mereka berada di perantauan, maka belajar bahasa menjadi salah satu kegiatan women club ini. Selain itu ada belajar cara membuat berbagai ketrampilan, nonton film, diskusi buku, olahraga dan juga menjadi volunteer.

Di Belanda, ada women’s club yang terdiri dari perkumpulan perempuan-perempuan yang berasal dari negara yang sama. Mereka bertemu sekali dalam sebulan sambil minum kopi dan makan kue. Acaranya sederhana, ngobrol dan saling membantu kesulitan teman-temannya.

Womens’s club pada masa-masa awal, banyak dibuat di Amerika, yaitu pada tahun 1860an. Kelompok perempuan ini biasanya diinisiasi oleh kelas menengah perempuan. Mereka awalnya banyak berdiskusi buku dan film. Lalu lama-lama mereka juga membantu secara sosial seperti menjadi volunteer di rumah sakit atau di perpustakaan. Mereka mengajak masyarakat untuk datang ke perpusatakaan dan mengunjungi komunitas-komunitas masyarakat dan mengajak mereka untuk membaca. Mereka juga mencari dana untuk pembangunan dan pengembangan perpustakaan.

Sejumlah aktivis perempuan melihat pentingnya untuk menumbuhkan rasa solidaritas antar perempuan. Mulanya bisa dari berdiskusi atau bertemu, namun yang paling penting yaitu menumbuhkan solidaritas antar perempuan (in sisterhood) untuk menyelesaikan persoalan persoalan perempuan.

Jadi pertemuan yang dilakukan diharapkan akan menjadi ruang untuk bersolidaritas terhadap perempuan lainnya untuk keluar dari kekerasan dan diskriminasi.

Woman Support Woman, sudah saatnya sesama perempuan saling jaga dan mendukung!

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Putri Amalia NA

Perempuan Kantoran Memiliki Satu Anak, Sibuk Berbagi Peran Sebagai Anak, Ibu, Istri dan Staf di Kantor
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!