Menjadi Bos Perempuan di Penjara, Wanini Kireri Jadikan Kondisi Penjara Lebih Baik

Wanini Kireri tak cuma disegani karena menghormati hak asasi manusia, ia juga memperjuangkan tak ada diskrinimasi di dalam penjara

Wanini Kireri, adalah perempuan pertama yang menjadi asisten komisioner penjara di Kenya. Ia berusaha mengubah budaya kepemimpinan dalam sistem penjara. Kireri mengawasi penjara laki-laki dan perempuan di negara itu. Gaya kepemimpinannya disebut manusiawi namun tegas.

Posisi Wanini Kireri hanya dua tingkat di bawah jabatan tertinggi di Dinas Penjara Kenya. Ia perempuan pertama yang memegang jabatan wakil komisioner dan perempuan pertama yang menduduki posisi komandan kampus pelatihan staf penjara di Kenya.

Ia bekerja di Penjara Kenya sejak 1982 dan karirnya terus menanjak. Ia menganggap pekerjaan keduanya di Penjara Perempuan Langata di ibukota, Nairobi, sebagai titik penting dalam karirnya dan menjadi awal upayanya mengubah sistem di penjara.

“Saya telah menyaksikan perjalanan saya, apa yang saya lakukan, dampak yang saya buat dalam penjara Kenya, karena saya menjadi agen perubahan, dan itu perlu banyak keberanian,” katanya.

Sebagai penanggungjawab penjara perempuan Langata, Wanini mengizinkan kamera wartawan masuk ke dalam fasilitas itu. Untuk pertama kalinya publik melihat bagaimana narapidana perempuan dan bayi mereka diperlakukan.

Para napi itu tidur di lantai, dengan perlengkapan seadanya. Keinginannya untuk mengubah institusi itu juga terdorong dari apa yang pernah ia saksikan sebagai petugas junior.

“Saya tidak senang dengan keadaan. Banyak perlakuan yang tidak benar, tapi waktu itu saya hanya petugas junior, saya tidak bisa berbuat banyak. Dan apabila kita menjadi sedikit lebih baik kepada para narapidana, kita dianggap aneh,” ujar Wanini,

Meski demikian, ia bisa menyelesaikan tugas-tugas administrasi dengan baik, bahkan di Shimo la Tewa, penjara pria dengan level keamanan sangat tinggi di Mombasa

“Saya tidak punya karakter ‘Saya boss.’ Meski saya seorang administrator, karakter saya seperti seorang ibu. Saya ingat hanya dalam sebulan, mereka semua merasa sangat nyaman, dan saya mendengarkan, dan saya sadar, yang penting mendengarkan.”

Peter Ouko adalah mantan narapidana dan pendiri LSM yang fokus pada keadilan sosial. Dia mengatakan Wanini disegani karena menghormati hak asasi manusia dan memiliki kepribadian yang baik.

“Wanini mampu melakukannya, tapi bergantung pada bawahannya. Dia akrab, pemimpin yang membantu, dan bukan hanya pemimpin bagi pegawainya, tapi juga bagi narapidana. Pendekatannya holistik dan itu sebabnya perubahan terjadi dengan cepat.”

Seorang petugas penjara, Vincent Mapesa, pernah bekerja dengan tujuh bos laki-laki sebelum bekerja dengan Wanini. Dan ia mengatakan keadaan penjara kini jauh lebih baik.

“Dia menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para petugas. Tidak ada diskriminasi, semua terganting pada kemampuan dan semangat kerja dan dia menghargai semua petugas, dan itu perbedaan terbesar dibandingkan para mantan bos laki-laki yang menjabat sebelumnya,” ujar Mapesa.

Wanini berharap ia akan terus naik pangkat dan mungkin suatu hari nanti memimpin seluruh Dinas Penjara Kenya. Ia mengimbau para perempuan untuk tidak ragu mengambil jabatan kepemimpinan dan menantang diri sendiri. [ew]

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Voice of America

Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!