Sulitnya Perempuan Mencari Pekerjaan di Masa Pandemi

Banyak Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang dipecat di masa pandemi, karena majikan rata-rata ingin PRT bekerja di dalam atau tak boleh pulang pergi. Situasi ini menjadi sulit ketika saya punya anak Balita dan menyusui, saya harus pulang pergi kerja. Ini membuat saya dan banyak PRT kehilangan pekerjaan

Sebelum pandemi, saya tidak pernah sesulit ini mencari pekerjaan. Tapi ketika masuk di masa pandemi, mencari pekerjaan itu terasa sangat sulit.

Nama saya Winarsih, anak saya dua, yang satu sudah SMP dan anak kedua masih umur kurang lebih 2 tahun.

Awalnya saya bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga/ PRT di sebuah apartemen di kawasan Jakarta Selatan. Selama menjadi PRT, saya bekerja pada orang asing/ expatriate. Tapi semenjak adanya virus covid-19, mereka memecat saya dan saya pun tidak lagi bekerja.

Alasannya, karena mereka tidak mau saya pulang pergi bekerja seperti biasa. Saya diminta untuk menginap karena takut saya terkena virus covid-19 dan menularkan pada majikan. Sejak itu saya tak lagi bekerja. Kondisi ini juga dialami teman-teman PRT saya yang lain. Dengan alasan yang sama, banyak yang tidak bisa menerima PRT bekerja pulang pergi 

Yang membuat saya tak bisa tidur di rumah majikan terus-menerus, karena saya punya bayi di rumah dan saya harus menyusui.

Setelah saya tak lagi bekerja, sejak itu kegiatan saya hanya tinggal di rumah bersama keluargaku dan anakku. Saya kemudian mencoba mencari pekerjaan, baik lewat teman atau lewat media sosial. Ketika saya mendapatkan informasi, saya lalu langsung menghubungi kontak yang ada, dan beberapa hari kemudian saya di telepon untuk datang interview. Saya selalu datang dengan senang hati berharap mendapat pekerjaan yang sesuai.

Tapi sangat disayangkan, setiap interview, majikan selalu meminta saya untuk bekerja menginap, saya bingung walau sangat membutuhkan pekerjaan itu. Dari sana saya tahu bahwa saya harus bisa memilih antara pekerjaan atau mengurus anak yang masih balita. Akhirnya, saya tidak jadi mengambil pekerjaan menginap itu karena saya tidak bisa meninggalkan anak

Dengan perasaan sedih saya selalu berusaha terus mencari pekerjaan yang part time supaya saya bisa membagi waktu dan semua bisa saya lakukan

Terkadang ada teman atau majikan teman yang memberi info kerjaan Sabtu dan Minggu, saya lalu ambil, dan saya mulai menjalani setiap Sabtu dan Minggu untuk bekerja.

Saya pernah bekerja sebagai pengasuh anak di Kawasan Jakarta Selatan setelah itu, saya bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 2  siang setiap Sabtu dan Minggu, dan saya di beri uang Rp. 400 ribu .

Saya bersyukur ini bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, tapi sayangnya itu tak bertahan lama, hanya 2 bulan saja, karena waktu itu saya minta izin ke majikan ketika hari Minggu, namun majikan tidak mengijinkan. Waktu itu saya mencoba mau interview di tempat lain yang gajinya lebih besar, tapi apa mau dikata, saya dipecat setelah minta izin interview itu.

Di awal tahun 2021 saya ditelepon teman untuk interview orang expatriate yang baru datang dari negaranya. Saya pun interview sesuai rekomendasi dari temenku, syukurlah saya mendapatkan pekerjaan yang  saya inginkan, yaitu saya kerja selama 8 jam dengan gaji Upah Minimum Regional (UMR), dan Sabtu- Minggu libur, tanggal merah juga libur.

Januari 2021 saya mulai bekerja sampai 4 bulan, semua berjalan baik, tapi tiba-tiba saja majikan saya mempunyai ide untuk pindah ke Bali, karena di Jakarta masih banyak virus covid-19 yang masih meresahkan semua orang. Majikan saya pindah ke Bali dan tinggal disana. Akhirnya sayapun berhenti bekerja karena tidak mungkin saya ikut ke Bali sedangkan saya masih memiliki anak balita,

Sejak bulan Juni- Agustus 2021, atau kurang lebih 3 bulan saya menganggur. Tidak mudah memang menjadi PRT di masa pandemi covid-19.

Sampai saat ini saya menjalani hari-hari di rumah saja sambil mencari informasi soal pekerjaan  dari teman-teman. Banyak juga yang menawarkan pekerjaan tapi setiap saya interview majikan, mereka selalu mencari PRT yang menginap, alasannya karena masih tingginya angka virus Covid di Jakarta.

Beberapa ada yang menawari, namun saya tidak jadi masuk karena jam kerja yang sangat panjang, dari pagi sampai malam, sehingga saya berpikir itu sama saja kerja menginap, cuma ini saya boleh pulang pergi tapi gajinya tidak sesuai. Kasihan juga anak saya karena harus ditinggalkan pagi-malam

Selama saya tidak bekerja, saya hanya mengandalkan uang tabungan untuk belanja. Terkadang apa yang saya bisa jual, saya jual dulu untuk kebutuhan sehari-hari, kadang-kadang saya juga menghubungi saudara untuk meminjam uang.

Kadang-kadang saya juga diminta untuk menjaga anak tetangga atau membantu seterika pakaian tetangga. Ini semua saya jalani.

Sebagai PRT yang sudah berorganisasi, saya juga mendapat bantuan sembako dari JALA PRT organisasi saya. Saya bersyukur bisa membantu kebutuhan  keluargaku dengan sembako ini.

Suami saya bekerja serabutan dan penghasilan pun tidak tetap, jadi hari-hari kami diisi dengan makan seadanya, yang penting ada beras, mie telur, itu sudah membuat kami bersyukur, yang penting di masa pandemi ini kita bisa bertahan untuk makan dan bayar kontrakan

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

“KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisan. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co dengan Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT)

Winarsih

Sehari-hari Aktif di Organisasi JALA PRT
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!