BTS Pidato Soal Optimisme Anak Muda Di SDGs Moment PBB: Welcome Generation

Boy band Korea, BTS berpidato di SDG's Moment dalam laporan sidang PBB. Mereka berpidato tentang kondisi pandemi yang membuat banyak anak muda kehilangan harapan.

Laporan Sustainable Development Goals (SDGs) yang disampaikan dalam SDG Moment, menjadi salah satu agenda dalam Sidang Umum PBB yang membuat kita khawatir. Namun pidato BTS memberikan harapan bagi generasi ini. Generasi yang mereka sebut sebagai welcome generation.

BTS datang dengan membawakan pidato yang mengharukan dan penuh harapan. Boy band ini membawakan pidato setelah laporan dari Claire Casey, setelah sebelumnya President Moon Jae-in menyampaikan sedikit pidato.

Mereka berpidato mengenai kondisi pandemi yang membuat banyak anak muda kehilangan harapan. Namun, mereka juga menunjukkan melalui poster yang sengaja mereka bawa bahwa banyak anak muda yang mencoba menjalani kehidupannya saat ini sebaik yang mereka bisa.

Anak muda di seluruh dunia berduka karena ada banyak hal yang selama ini mereka anggap biasa saja. Banyak diantara mereka mengatakan mereka juga merindukan nature. BTS pun mengungkapkan bahwa mereka juga berduka karena rencana-rencana mengadakan konser di seluruh dunia harus dibatalkan.

BTS juga menyinggung mengenai bagaimana banyak anak muda yang kemudian menjadi tertarik pada isu lingkungan. Anak-anak muda ini terus bergerak dan mencari jalan keluar bagaimana cara terbaik untuk menjalani kehidupan saat ini maupun di masa depan.

“I hope we don’t just consider the future as grim darkness. We have people that are concerned about the world and searching for the answer. There’s still many pages left in the story about us and I thought we shouldn’t talk like the ending has already been written,” ungkap V, salah satu member BTS.

Mereka juga mendengar bahwa anak-anak muda pada usia anak-anak dan remaja saat ini disebut sebagai lost generation akibat pandemi. Karena anak-anak tersebut kehilangan jalan mereka ketika mereka pada usia dimana mereka harus mencari jati diri mereka melalui kesempatan yang baik dan mencoba hal-hal yang baru.

Namun, anak-anak muda itu menemukan cara untuk beradaptasi. Mereka tetap bisa belajar atau memulai hal baru. Mereka tidak terlihat tersesat, mereka terlihat seperti orang-orang yang menemukan keberanian baru dan mengambil tantangan-tantangan yang baru.

“That’s why instead of lost generation, the more appropriate name will welcome generation,” sambung Jin.

Ini karena generasi ini bukannya takut pada perubahan mereka justru menyambutnya dan tetap maju kedepan. Ketika orang-orang memiliki harapan dan keberanian, mereka tidak akan tersesat, sebaliknya mereka akan menemukan jalan yang baru.

BTS juga menyinggung mengenai vaksinasi sebagai salah satu cara untuk mengontrol pandemi dan bertemu dengan fans mereka dengan aman. Mereka optimis bahwa pertemuan tatap muka akan segera bisa dilaksanakan. Sampai saat itu tiba, mereka mengajak semua orang untuk mengisi kehidupan mereka dengan energi positif dan menyambut perubahan ke arah yang lebih baik.

Sebagai tanda penyambutan akan masa depan yang lebih baik itu, BTS kemudian membawakan salah satu lagu mereka, Permission to Dance.

Sustainable Development Goals (SDGs) sendiri adalah international framework yang telah diadopsi banyak negara dunia termasuk Indonesia. Berisi 17 tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2030, komitmen ini pertama kali dicetuskan pada 2015 sebagai lanjutan dari Millennial Development Goals (MDGs). Setelah 6 tahun, negara-negara dunia mengadopsi komitmen ini, PBB kemudian melakukan evaluasi melalui Sidang Umum PBB ke-76 yang dilakukan pada 20 September 2021 waktu Indonesia dimana boy band Korea, BTS juga menghadiri dan menyampaikan pidato.

Sidang Umum PBB sendiri dilakukan di New York, namun semua orang dapat menontonnya melalui akun youtube resmi PBB.

Kehadiran BTS, tentu saja menyedot banyak perhatian warga dunia terhadap agenda yang satu ini. Satu jam sebelum kegiatan dimulai, kolom komentar akun youtube resmi PBB telah dibanjiri oleh Army dan juga emoticon hati berwarna ungu. Jauh setelah penampilan BTS pun, kolom komentar masih terus dibanjiri oleh Army, sebutan untuk fans BTS.

BTS memang dijadwalkan memberikan pidato dan menampilkan satu lagu mereka dalam SDGs Moment yang menjadi salah satu rangkaian Sidang Umum PBB ke-76.

Sebelum BTS tampil, ada beberapa agenda yang mendahuluinya, seperti pembukaan, pidato pembuka, film pendek mengenai SDG, kemudian pidato pembuka dari Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB dan pidato dari Abdulla Shahid, Presiden Sidang Umum PBB. Dilanjutkan dengan presentasi mengenai laporan progres SDG oleh Claire Casey, Global Head and Insights at Economist Impact.

Laporan Progres Mengenai SDG’s

Claire Casey dalam laporannya mengenai progress SDGs mengungkapkan bahwa Covid-19 memperlihatkan betapa rapuhnya progres yang sudah dibuat selama ini. Ia kemudian memecah penjelasannya ke dalam beberapa fokus yang menjadi tujuan SDG.

Tujuan pertama adalah untuk menghapuskan kemiskinan pada tahun 2030. Namun, pandemi Covid-19 membuat 97 juta orang kembali kedalam jurang kemiskinan ekstrim. Tanpa adanya aksi nyata, ia memprediksi di tahun 2030 kita akan sampai pada titik dimana 600 juta orang akan hidup dalam jurang kemiskinan ekstrim.

Di dalam tujuan kelima SDGs, yaitu kesetaraan gender, ia memaparkan bahwa ada progres yang telah terjadi sejak tahun 2015. Tetapi, progres itu tidak cukup banyak. Angka Kematian Ibu (AKI) terus menurun tapi angka ini perlu diturunkan 4 kali lebih cepat jika ingin mencapai tujuan kurang dari 70 AKI per 100.000 angka kelahiran pada 2030.

Dalam politik, saat ini perempuan menduduki 26% kursi pemerintahan dalam parlemen secara global. Dengan kecepatan progres seperti ini, diperkirakan perlu waktu 40 tahun untuk mendapatkan representasi gender yang setara.

Representasi gender ini juga bisa dilihat dari keterlibatan perempuan dalam dunia kerja. Perempuan masih memiliki angka partisipasi yang rendah. Hanya ada 45% perempuan yang berpartisipasi, dibandingkan 72% laki-laki. Rasio ini belum berubah sejak 2015.

Namun, Covid-19 justru memperparah representasi yang ada. Perempuan yang biasanya bekerja di sektor informal di seluruh dunia terkena dampak langsung. Akibatnya, 54 juta perempuan di seluruh dunia di tahun 2020 kehilangan pekerjaan.

Selama pandemi berlangsung, negara-negara di seluruh dunia meliburkan sekolah dan mengurangi akses terhadap kesehatan reproduksi. Ini mengakibatkan 10 juta anak perempuan beresiko menjalani pernikahan anak pada 2030. Angka kekerasan juga meningkat. Sebelum pandemi, 1 dari 3 perempuan menjadi korban kekerasan. Namun, selama pandemi, beberapa negara melaporkan angka kekerasan yang meningkat tajam, beberapa bahkan melaporkan terjadi peningkatan laporan meminta bantuan hingga 5 kali lipat. 

Menyambut Masa Depan

Pandemi memang membuat progres SDGs tidak optimal bahkan mungkin melambat. Banyak diantara kita semua yang juga mungkin kehilangan harapan. Tapi, masa depan masih sangat mungkin diubah. Hal-hal yang kita lakukan saat ini, sekecil apapun akan berdampak pada masa depan. Jadi, mari lakukan perubahan, menyambut tantangan baru dan bekerja sama menciptakan masa depan yang lebih baik tanpa meninggalkan satu orang pun.

Penulis: Rizki Febriani

(Foto: Jawa Pos dan Twitter)

(Sumber: https://plainmovement.id)

Rizki Febriani

Penulis Plain Movement
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!